Program KB Diperlukan untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Pemerintah Indonesia tetap perlu menerapkan program Keluarga Berencana (KB), salah satunya untuk kesiapan menghadapi Revolusi Industri 4.0 dimana tenaga manusia semakin sedikit diperlukan dalam pengembangan industri.

"Dengan perubahan zaman, tetap kita butuh keluarga berencana. Bukan karena kekhawatiran pangan, tapi justru revolusi industri yang tadi sempat dibicarakan, Revolusi Industri 4.0, industri akan berkembang tapi tidak lagi membutuhkan banyak pekerja," kata Wapres JK saat membuka Simposium Nasional Tantangan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Istana Wakil Presiden Jakarta, Senin (25/2).

JK mengatakan Revolusi Industri 4.0 nantinya akan menggunakan lebih sedikit tenaga pekerja manusia, sehingga tren otomasi dan robotik tersebut cocok diterapkan di negara dengan kondisi penuaan penduduk atau "ageing population", seperti Amerika, Singapura dan Jepang.

Untuk mengikuti tren revolusi industri tersebut, penggunaan tenaga kerja manusia ke depan akan semakin berkurang dalam industri. Apabila dahulu suatu pabrik memerlukan 1.000 tenaga pekerja, maka saat ini hanya diperlukan 200 hingga 300 orang saja untuk mengerjakan sistem otomasi dan robotik itu. "Yang akan menjadi masalah kemudian adalah justru teknologi yang dibutuhkan lebih banyak daripada (jumlah) orang pada waktunya. Walaupun teknologi itu dibikin oleh orang, tapi kemudian teknologi akan mengganti sebagian orang, lebih sedikit," jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nofrijal mengatakan target penurunan laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Indonesia diharapkan mencapai 1,21 persen per tahun di 2019, setelah sebelumnya 1,38 persen per tahun di 2015.

Penurunan laju pertumbuhan penduduk tersebut antara lain disebabkan oleh pengendalian angka kelahiran dengan penggunaan alat kontrasepsi dan meningkatkan median usia kawin pertama perempuan. "Disamping penggunaan kontrasepsi yang terus meningkat, perempuan Indonesia menunjukkan kecenderungan menikah pada usia yang lebih matang, dari 18 tahun pada 1991 menjadi 21 tahun pada 2018," ujar Nofrijal. Simposium Nasional BKKBPK Tahun 2019 mengusung tema "Meningkatkan Sinergitas Implementasi Program Kerja Pusat dan Daerah dalam Mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas".

 

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Kementan Siap Gelar ToT, Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional

NERACA Jakarta - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Kementerian Pertanian RI siap menggelar Training of Trainers…

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…