NERACA
Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sao Paulo, Brazil, mengharapkan produk kelapa dan kakao dari Tanah Air mampu menembus pasar Negeri Samba, khususnya untuk meningkatkan ekspor nonmigas. “Kami ingin menerobos pasar Brazil dan kawasan Amerika Latin lainnya untuk meningkatkan ekspor nonmigas,” kata Kepala ITPC Sao Paulo Tonny Hendriawan yang disalin dari Antara.
Tonny mengatakan pertumbuhan industri makanan di Brazil yang cukup signifikan merupakan peluang bagi eksportir produk bahan campuran makanan olahan, khususnya produk kelapa dan kakao. Produk Indonesia tersebut diboyong dalam pameran Food Ingredients South America (FISA) 2016 di Sao Paulo, Brazil pada 23-25 Agustus 2016.
Brazil yang berpenduduk sekitar 204 juta jiwa dan memiliki pendapatan per kapita mencapai 11.500 dolar Amerika Serikat (AS), merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Kebutuhan Brazil akan produk-produk seperti kelapa dan kakao tersebut akan terus meningkat seiring membaiknya kondisi ekonomi Brazil pascapergantian Presiden Brazil beberapa waktu yang lalu.
Untuk menembus pasar tersebut, ITPC Sao Paulo memfasilitasi PT Coco Sugar Indonesia dengan produknya berupa gula kelapa, serta PT Danora Agro Prima yang memamerkan cocoa powder, cocoa liquor, cocoa cake dan cocoa butter. Dalam pameran itu, kedua perusahaan membukukan kontrak dagang sebesar dua juta dolar AS.
Tercatat, impor Brazil untuk produk kakao (powder) HS 1805 dari dunia pada 2014 mencapai 22,85 juta dolar AS. Angka tersebut meningkat menjadi 28,38 juta dolar AS pada 2015 atau naik 24,21 persen.
Sementara itu, total impor Brazil dari Indonesia pada 2014 sebesar 1,05 juta dolar AS, dan mengalami kenaikan menjadi 8,77 dolar AS pada 2015. Untuk produk cocoa butter, fat and oil (HS 1804), impor Brazil dari dunia pada 2014 sebesar 1,25 juta dolar AS, dan naik menjadi 1,29 juta dolar AS pada 2015 atau naik 3,33 persen.
Dari total impor produk cocoa butter, fat and oil tersebut, impor Brasil dari Indonesia pada 2014 sebesar 37.180 dolar AS dan naik menjadi 44.620 ribu dolar AS pada 2015. Untuk produk gula kelapa (HS 170290), total impor Brasil dari dunia pada 2014 hanya meningkat sebesar 5,85 persen pada 2015, dengan impor dari Indonesia tercatat sebesar 24.850 dolar AS pada 2014, dan naik menjadi 540.620 dolar AS pada 2015.
Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR RI Imam Suroso mendorong pemberian hak paten bagi komoditas kelapa kopyor yang merupakan hasil perkebunan asli dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Menurut Imam, langkah tersebut perlu untuk dilakukan sebagai langkah antisipasi agar tidak didahului negara lain, karena ada kabar komoditas tersebut akan diklaim oleh salah satu negara tetangga.
“Jika ada usaha untuk mengklaim hasil perkebunan asli kita, maka langkah dan usaha kita adalah dengan segera mempatenkannya,” kata Imam disalin dari Antara. Dia juga mengemukakan agar ada anggaran tersendiri untuk pengembangan kelapa kopyor serta pihaknya juga akan membantu mencarikan investasi dalam pengembangan komoditas tersebut.
Selama ini, jenis kepala kopyor yang paling terkenal akan kualitas dan telah melalui penelitian dari Balitbang Kementerian Pertanian adalah jenis kelapa kopyor genjah dari Pati, Jawa Tengah. “Jenis kelapa kopyor genjah Pati memiliki ciri fisik yang lebih kecil dari tipe kelapa dalam. Tetapi untuk rasa kelapa kopyornya jauh lebih enak daripada kelapa kopyor yang dihasilkan dari tipe kelapa dalam,” ucapnya.
Ia memaparkan, kelapa kopyor genjah Pati dikembangkan oleh warga sekitar dengan cara sistem generatif (indukan) yang memiliki kualitas unggulan sehingga menghasilkan pula bibit keturunan yang baik.
Sebagaimana diwartakan, Kementerian Perindustrian berupaya mendorong produktivitas lahan kelapa sawit yang dihasilkan lahan yang ada di tengah rencana moratorium lahan yang sedang dibahas. “Kemenperin akan mendorong produktivitas lahan yang ada untuk meningkatkan produksi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (9/8). Selain itu, lanjut Airlangga, Kemenperin juga akan mendorong nilai tambah dari produk tersebut misalnya Crude Palm Oil (CPO) hingga turunannya.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong peluang investasi di sektor industri pengolahan sumber daya alam seperti hilirisasi pertanian dan perkebunan di wilayah Sumatera. Dalam kegiatan Regional Investment Forum (RIF) di Palembang, Selasa (26/7), Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan dua industri itu potensial dikembangkan di Sumatera yang wilayahnya kaya akan sumber daya alam.
NERACA Jakarta – Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KemenUMKM) bersama Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menjajaki dan membahas peluang sertifikat…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) memanggil promotor konser Mecimapro,…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerima kunjungan dari Pemerintah Australia melalui Australian Fisheries Management Authority (AFMA) di…
NERACA Jakarta – Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KemenUMKM) bersama Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menjajaki dan membahas peluang sertifikat…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) memanggil promotor konser Mecimapro,…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerima kunjungan dari Pemerintah Australia melalui Australian Fisheries Management Authority (AFMA) di…