Pengusaha Desak Bank Turunkan Bunga

Jakarta – Kalangan pengusaha mendesak perbankan segera menurunkan suku bunga menyusul penurunan BI Rate dari 7,5% menjadi 7,25%, sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri di tengah perlambatan ekonomi global saat ini.

NERACA

Kalangan pengusaha dari kelompok Real Estate Indonesia (REI) menyambut baik penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 7,25%. Dengan pemangkasan suku bunga acuan tersebut, maka industri properti dapat bergairah dalam tahun ini.

Menurut Ketua Umum REI, Eddy Hussy di Jakarta, pekan ini, maka diharapkan perbankan dapat segera meresponnya dengan menurunkan suku bunganya lebih rendah lagi. Hal tersebut sejalan agar industri properti dapat tumbuh lebih baik lagi.

“Kami masih tetap berharap bunga bank bisa turun lagi, karena kita tahu properti itu membutuhkan biaya yang besar dalam jangka panjang, apalagi kalau kita bicara KPR, itukan kreditnya di atas 5 tahun,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menilai, jika perbankan tidak segera merespon kebijakan BI yang sudah menurunkan suku bunga acuannya, maka kondisi ini tentu akan memberatkan masyarakat. Menurutnya, dengan suku bunga bank yang rendah tentu juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Jadi tentu harapan kami bunga bank kalau bisa turun lagi, karena ini juga bisa dorong pertumbuhan ekonomi, tentunya pertumbuhan ekonomi itu akan mendorong lapangan kerja lebih banyak juga,” ujarnya.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda pernah mengatakan, momentum penurunan BI rate harus bisa dimanfaatkan oleh industri properti untuk meningkatkan kinerja pembangunan dan penjualan perumahan di berbagai daerah di Tanah Air.

“Dengan turunnya suku bunga ini, suku bunga perbankan pun harus dipaksa turun untuk dapat memberikan stimulus yang nyata bagi pergerakan pasar perumahan nasional,” ujarnya.

Penurunan suku bunga acuan tersebut, kata dia, dapat menjadi momentum yang baik bagi pihak perbankan. Hal ini, menyusul analisis yang dilakukan oleh IPW terhadap penjualan rumah di Bodetabek-Banten yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup potensial.

“Dapat dijelaskan hubungan dengan turunnya setiap 1% suku bunga KPR akan meningkatkan potensi pangsa pasar empat persen sampai lima persen,” tutur dia.

Kalangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sekarang memiliki kepercayaan diri tinggi untuk berekspansi setelah BI menurunkan suku bunga acuan dari 7,5% menjadi 7,25%.

Menurut Hariyadi B. Sukamdani, ketua umum  Apindo, penurunan suku bunga telah sesuai dengan prediksi dunia usaha serta diluncurkan pada waktu yang tepat. “Momennya pas. Ini sesuai prediksi. Bahkan perkiraan dan ekspektasi awal kami BI Rate akan turun menjadi 7%. Kita harus tetap confident. Pelaku usaha tidak satupun memiliki keraguan untuk bergerak,” ujarnya.

Faktor terbesar yang meningkatkan kepercayaan diri pelaku usaha, menurut dia, adalah sikap Presiden Jokowi yang tegas membangun iklim usaha dan investasi menjadi lebih baik.

Haryadi mengatakan, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat bunga kredit tertinggi di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara lain."Harapan kita bisa di bawah 10%. Karena tetangga kita di bawah 10% semua. ASEAN kan rata-rata sudah rendah semua. Coba sebutkan negara mana yang masih double digit? Kayaknya lucu juga kalau kita masih double," ujarnya.

Jika fundamental ekonomi telah membaik, dia menyakini rupiah akan lebih stabil dari sebelumnya. "Kita ini selalu ada kekhawatiran kalau rate diturunkan, rupiah akan melemah. Padahal kalau fundamental baik, FDI (foreign direct investment) baik, itu tidak perlu khawatir," tandasnya.

Hal itu terlihat dari laju inflasi yang relatif rendah pada 2015 serta eksekusi APBN 2016 yang dilakukan sejak awal tahun. Selain itu, penetapan target pajak yang terlampau tinggi yakni di atas Rp1.000 triliun juga menjadi sinyal positif bahwa pemerintah akan melakukan berbagai perbaikan untuk membiaya pembangunan infrastruktur.

Bersaing di MEA

Sebelumnya Presiden Jokowi meminta perbankan nasional untuk bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Pasalnya, selama ini, suku bunga kredit perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di ASEAN.

Menurut dia, hal ini sejalan dengan akan datangnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bagi perbankan yang akan dilaksanakan pada 2020 mendatang, sehingga dengan suku bunga yang rendah diharapkan perbankan nasional dapat bersaing dengan perbankan asing.

“Bank-bank di ASEAN bunganya hanya 5%-6%. Bank-bank dalam negeri harus bisa bersaing,” ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, pekan lalu.

Masih tingginya suku bunga kredit perbankan nasional di antara bank-bank di ASEAN, Jokowi mengaku akan berupaya untuk mencari jalan agar suku bunga kredit perbankan bisa rendah, sehingga saat pasar bebas ASEAN hadir, perbankan nasional dapat bersaing dengan bank-bank negeri jiran. “Saya akan cari jalan agar bunga kredit bisa diturunkan, kita tunggu saja,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo menambahkan, jika suku bunga kredit perbankan rendah, maka tentunya akan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Ke depan, ekonomi Indonesia akan terdongkrak naik.

“Perintah pak Jokowi untuk menurunkan bunga bank suatu saat harus 7%-8% di Indonesia, bunga bank kepada kreditur. Nah, kalau itu jalan buat ekonomi bagus, buat pasar modal bagus. Itu message yang paling penting dari Pak Jokowi,” tukasnya.

Menurut Tito, dengan adanya statement Jokowi tersebut, respon para bankir pun positif. Sektor perbankan mengaku senang, namun begitu, funding dipastikan juga harus murah, yakni dengan berpatokan dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan repo obligasi yang harus turun.

“Nah yang kedua adalah, pendanaan jangka panjangnya harus siap. Tapi saya cek lagi ke BPJS, dia bilang siap kita beli obligasi panjang dan murah. Jadi ini satu-satunya kata pak Jokowi nyebut angka bunga bang harus turun, ini yang paling menarik,” tutup Tito.

Sebelumnya Bank Indonesia juga mengimbau agar perbankan nasional dapat segera merespon kebijakan BI terkait penurunan suku bunga acuan menjadi 7,25%. Respon kebijakan yang dapat diambil perbankan yakni dengan ikut menurunkan suku bunga bank.

 “Harusnya sih perbankan segera merespon dengan menurunkan suku bunga kredit,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung

Menurut dia, jika perbankan tidak merespon kebijakan BI tersebut, maka akan menghambat perekonomian nasional. Oleh sebab itu, perbankan diminta agar segera meresponnya lebih cepat, sehingga perekonomian nasional akan lebih tertopang.

“Jadi transmisinya itu harus jalan. Jadi BI Rate turun, diharapkan juga ada penyesuaian di suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Artinya dengan begitu perekonomian akan semakin cepat,” tukas Juda.

Sebagaimana diketahui dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13-14 Januari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,25% dan Lending Facility pada level 7,75%.

Keputusan ini sejalan dengan pernyataan BI sebelumnya bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, serta mempertimbangkan pula dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global pascakenaikan Fed-Fund Rate. bari/mohar/fba

 

 

BERITA TERKAIT

TEMUAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK): - Pemborosan Pembelian Pupuk Bersubsidi Rp2,92 T

    Jakarta:Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya pemborosan pembelian pupuk subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 2,92 triliun pada periode…

Konsumsi dan Ekspor Sawit Terus Naik, Tapi Stok Menurun

NERACA Jakarta –  Produksi crude palm oil (CPO) bulan Maret 2025 mencapai 4.391 ribu ton lebih tinggi 15,9 persen dibandingkan…

Rieke: Konsep Kopdes Merah Putih Sudah Ada Sejak 1957

NERACA Jakarta - Laju program pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia, tampaknya…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

TEMUAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK): - Pemborosan Pembelian Pupuk Bersubsidi Rp2,92 T

    Jakarta:Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya pemborosan pembelian pupuk subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 2,92 triliun pada periode…

Konsumsi dan Ekspor Sawit Terus Naik, Tapi Stok Menurun

NERACA Jakarta –  Produksi crude palm oil (CPO) bulan Maret 2025 mencapai 4.391 ribu ton lebih tinggi 15,9 persen dibandingkan…

Rieke: Konsep Kopdes Merah Putih Sudah Ada Sejak 1957

NERACA Jakarta - Laju program pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia, tampaknya…