Pemerintah Ubah Aturan Ekspor Mutiara

NERACA

Jakarta - Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 37/M-DAG/PER/7/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 02/M-DAG/PER/1/2012 tentang Ketentuan Impor Mutiara. “Revisi tersebut dimaksudkan untuk mensinkronkan Permendag dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) atas usulan KKP. Sebelum ditetapkan, Permedag tersebut telah dibahas beberapa kali secara bersama dengan Kementerian dan instansi terkait,” jelas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (4/8).

Ia menjelaskan ada beberapa pokok perubahan yang tercantum dalam Permendag, antara lain soal ketentuan tentang pelabuhan tujuan, yaitu yang semula Soekarno Hatta Jakarta diubah menjadi Soekarno Hatta Tangerang, karena menyesuaikan dengan nama pelabuhan di Indonesia National Single Window (INSW). Kedua, penambahan ketentuan Surat Keterangan Asal (SKA) dalam hal-hal yang diverifikasi oleh Surveyor.

Ketiga, penambahan pengecualian dari ketentuan verifikasi setiap mutiara yang mendapat Persetujuan Impor (PI), yaitu untuk impor mutiara yang merupakan barang kiriman, paling banyak 50 gr per pengiriman. Keempat, penambahan ketentuan yang menyatakan bahwa impor mutiara yang merupakan barang bawaan, barang kiriman, dan barang yang ditolak eskpornya, dapat diimpor melalui seluruh bandara internasional.

Kelima, pemberian masa transisi Permendag sampai pada 15 Juli 2014 dan masa pemberlakuan Laporan Surveyor (LS) akan dimulai pada 1 Agustus 2014. Keenam, perubahan Lampiran Permendag menyesuaikan pada ketentuan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012. Partogi mengatakan bahwa peraturan menteri tersebut akan mulau berlaku pada tanggal diundangkan yaitu pada 8 Juli 2014.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, mengatakan bahwa mutiara merupakan komoditas unggulan Indonesia karena produksi mutiara alam laut selatan yang terbesar terletak di kawasan perairan Republik Indonesia. “Mutiara merupakan salah satu komoditas unggulan di sektor kelauran dan perikanan karena memiliki pengembangan usaha yang sangat baik,” ungkap Sharif Cicip.

Menurut Sharif, hal itu dapat dilihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari sisi perdagangan, ujar dia, Indonesia menempati urutan ke-9 dunia atau 2,07% dari total nilai ekspor mutiara dunia yang mencapai US$1,4 miliar. “Negara tujuan ekspor meliputi Jepang, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru dan Perancis,” ujarnya.

Dia berpendapat, kemilau cahaya mutiara alam laut selatan dari Indonesia ("Indonesian South Sea Pearl"/ISSP) belum diikuti dengan ketenaran namanya di dunia bisnis mutiara internasional. Padahal, lanjut Menteri Kelautan dan Perikanan, mutiara di Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang sangat tinggi. “Indonesia telah menjadi produsen terbesar penghasil mutiara laut selatan sejak tahun 2005. Indonesia menguasai 50% dari total produksi mutiara dunia dan nilai ekspornya telah menyentuh angka US$29 juta,” katanya.

Nilai itu, menurut dia, masih berpotensi untuk ditingkatkan, mengingat Indonesia memiliki dan menguasai faktor-faktor pendukung seperti areal budidaya, tenaga kerja, peralatan pendukung dan teknologi. Untuk itu, pemerintah melalui KKP juga akan terus mendorong promosi ISSP secara intensif dan tepat agar dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Saut Hutagalung, menjelaskan, pasar mutiara dunia didominasi empat jenis mutiara. Empat mutiara itu adalah Mutiara Laut Selatan (negara produsen adalah Indonesia, Australia, Filipina dan Myanmar), Mutiara Air Tawar (Tiongkok), Mutiara Akoya (Jepang dan China), dan Mutiara Hitam (Tahiti).

Nilai ekspor mutiara tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara mengembangkan dan memperkuat program pemasaran. Untuk itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan stakeholders akan terus melakukan upaya-upaya terobosan melalui promosi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing mutiara Indonesia dan meningkatkan kinerja ekspor mutiara Indonesia. “Namun banyaknya mutiara air tawar, mutiara imitasi, mutiara tiruan/buatan serta manik-manik yang masuk dan diperdagangkan di wilayah Republik Indonesia sangat merugikan citra South Sea Pearl SSP Indonesia,” jelasnya.

Mutiara merupakan salah satu komoditas unggulan KKP yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang akan dating. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan penghasil mutiara South Sea Pearl (SSP) yang berasal dari kerang Pinctada maxima baik dari alam maupun hasil budidaya. Sentra pengembangan Pinctada maxima di Indonesia tersebar di beberapa daerah yaitu Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.

BERITA TERKAIT

Triwulan I-2025, Volume Penyaluran Gas PGN Sebesar 861 BBTUD

Triwulan I-2025, Volume Penyaluran Gas PGN Sebesar 861 BBTUD Jakarta –  PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas Pertamina,…

Mei 2025, Harga Referensi CPO Sebesar USD924,46/MT

Mei 2025, Harga Referensi CPO Sebesar USD924,46/MT Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk…

Optimis Ekspor Tuna Semakin Meningkat

 Optimis Ekspor Tuna Semakin Meningkat Maluku Utara – Tingginya permintaan ekspor ikan laut seperti tuna maka pemerintah membangun sentra-sentra perikanan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Triwulan I-2025, Volume Penyaluran Gas PGN Sebesar 861 BBTUD

Triwulan I-2025, Volume Penyaluran Gas PGN Sebesar 861 BBTUD Jakarta –  PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas Pertamina,…

Mei 2025, Harga Referensi CPO Sebesar USD924,46/MT

Mei 2025, Harga Referensi CPO Sebesar USD924,46/MT Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk…

Optimis Ekspor Tuna Semakin Meningkat

 Optimis Ekspor Tuna Semakin Meningkat Maluku Utara – Tingginya permintaan ekspor ikan laut seperti tuna maka pemerintah membangun sentra-sentra perikanan…