NERACA – Sebagian dari Anda tentu pernah mengalami nyeri pinggang. Keadaan nyeri yang teramat sangat ini tentunya menyulitkan kita untuk bergerak dan melakukan aktifitas. Penelitian menunjukkan hampir 80 % penduduk di seluruh dunia pernah mengalami nyeri pinggang.
Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Tiga studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8% dengan frekuensi terbanyak pada usia antara 45 hingga usia 65 tahun.
Nyeri pinggang merupakan kondisi umum yang dialami banyak orang dan biasanya dipicu oleh aktivitas fisik, seperti melakukan pekerjaan berat, jarang berolahraga, obesitas, dan gaya hidup yang tidak sehat. Nyeri pinggang terbagi atas akut dan kronik. Nyeri pinggang akut biasanya kurang dari 6 minggu dan kebanyakan disebabkan oleh cedera saat berolah raga, melakukan aktivitas sehari-hari atau mengangkat benda yang berat. Sementara nyeri pinggang kronik berlangsung lebih dari 2 bulan dan rasa nyerinya seringkali memberat seiring waktu. Nyeri pinggang seharusnya mendapatkan perhatian serius, karena kemungkinan terkait dengan suatu penyakit seperti radang, infeksi atau osteoporosis.
Banyak anggapan bahwa pengobatan nyeri pinggang, terutama nyeri pinggang kronik, harus melalui operasi yang akan mengakibatkan luka sayatan besar, banyak pendarahan dan perlu istirahat selama berminggu-minggu, sehingga orang lebih memilih membiarkan rasa nyeri pinggang mereka berlarut-larut. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, produktivitas mereka pun kemudian menurun karena nyeri berkepanjangan. Nyeri pinggang dapat berakibat serius jika tidak ditangani dengan benar dan jika dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan pembengkokan tulang belakang
Padahal penanganan bagi penderita nyeri pinggang tidak harus selalu melalui operasi. Beberapa diantaranya dapat dilakukan melalui penggunaan obat anti inflamasi dan pain killer atau fisioterapi dengan ultrasound dan UKG, termasuk physical treatment seperti manipulasi otot dan pemijatan. Untuk kasus nyeri pinggang ringan, penderita dapat melakukan olah raga seperti berenang, yoga dan senam pilates dengan konsentrasi di area tulang belakang, bisa juga dengan menggunakan korset secara tepat atau dengan menjalani pola hidup sehat.
Sedangkan tindakan medis lanjutan bagi pasien nyeri pinggang adalah suntikan yang dikenal dengan Selective Nerve Root Block untuk mendiagnosa sumber rasa sakit dan juga sebagai terapi untuk mengurangi nyeri pinggang serta perawatan lebih lanjut dan Suntikan Epidural Steroid yaitu penyuntikkan steroid ke daerah epidural (sac disekitar urat saraf yang mengandung cairan cerebrospinal) mengendalikan nyeri punggung dengan mengurangi inflamasi yang terkait dengan kondisi seperti spinal stenosis (penyempitan lubang saraf tulang belakang), hernia disc atau penyakit disc degenaratif. Kedua metode tersebut merupakan tindakan medis non operatif untuk mengatasi nyeri pinggang setelah serangkaian pengobatan dan terapi fisik dilakukan.
Menjadi negara tropis, potensi penyebaran malaria tentunya sangat besar. Indonesia sendiri juga termasuk dalam daftar negara dengan kasus malaria tinggi,…
Meskipun penyakit diabetes merupakan penyakit keturunan, namun mereka yang tidak punya riwayat keterunan juga bisa terkena apabila pola makan tidak…
Dokter spesialis dermatologi venereologi estetika Fitria Amalia Umar menyampaikan saran untuk para calon haji persiapan dalam menjaga kesehatan kulit…
Menjadi negara tropis, potensi penyebaran malaria tentunya sangat besar. Indonesia sendiri juga termasuk dalam daftar negara dengan kasus malaria tinggi,…
Meskipun penyakit diabetes merupakan penyakit keturunan, namun mereka yang tidak punya riwayat keterunan juga bisa terkena apabila pola makan tidak…
Dokter spesialis dermatologi venereologi estetika Fitria Amalia Umar menyampaikan saran untuk para calon haji persiapan dalam menjaga kesehatan kulit…