NERACA
Jakarta - Korea Selatan (Korsel) siap menjadi salah satu dari lima besar negara penanam modal terbesar di Indonesia. Negeri ginseng itu, mulai menanamkan modal di republik ini pada awal tahun 2011. Saat ini total investasinya mencapai US$ 0,3 miliar.
“Padahal negara tersebut sebelumnya hanya berada di peringkat ke-242 sebagai penanam modal di Indonesia,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan di Jakarta, Kamis (21/7).
Berdasarkan data realisasi penanaman modal di BKPM, sampai dengan Juni tahun 2011, negara yang menanamkan modalnya terbanyak di Indonesia adalah Singapura dengan investasi sebesar US$ 1,9 miliar. Di susul Amerika Serikat dengan investasi sebesar US$ 0,9 miliar, lalu Jepang US$ 0,7 miliar, dan Belanda sebesar US$ 0,7 miliar. Khusus
Gita memaparkan, perusahaan Korsel yang diperkirakan akan menanamkan modal paling besar yaitu Samsung. “Samsung sudah menyatakan ketertarikannya untuk melakukan investasi ke Indonesia. Fokusnya memang lebih besar ke telekomunikasi, tapi Samsung juga akan masuk ke infrastruktur, khususnya pembangunan power plant, jembatan, rel kereta api dan jalanan serta industri petrokimia,” jelasnya.
Meski belum mengetahui berapa jumlah investasi yang akan dikucurkan, tapi Gita mengaku yakin jumlah investasinya akan besar sebab perusahaan tersebut menunjukan minat yang tinggi.
Menurut Gita, makin banyaknya investor luar negeri masuk karena fundamental ekonomi Indonesia yang relatif stabil. Dimana faktor fiskal dan demografi Indonesia sangat baik sebagai tempat investasi baru.
Selain Korea Selatan, imbuh Gitu, India juga sangat antusias menanamkan modalnya di Indonesia. Hingga diperkirakan bakal menggeser dominasi negara lainnya dalam investasi terbesar di Indonesia.
Data penanaman modal asing juga mencatat sektor usaha yang paling diminati saat ini adalah pertambangan dengan investasi sebesar US$ 2,5 miliar. Sedangkan transportasi, gudang dan telekomunikasi mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya sebesar US$ 1 miliar. Kemudian industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi sebesar US$ 0,9 miliar, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik sebesar US$ 0,8 miliar, serta tanaman pangan dan perkebunan US$ 0,7 miliar.
Selain PMA, data BKPM juga menunjukan, lonjakan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sampai dengan Juni 2011, investasi paling besar dari para pengusaha lokal saat ini di industri makanan yang mencapai Rp 4,5 triliun. Sektor lainnya yaitu transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan investasi sebesar Rp 4,3 triliun, industri non logam mineral Rp 3,5 triliun, serta industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik sebesar Rp 3,2 triliun.
Untuk lokasi investasi, investor dalam negeri maupun asing masih lebih tertarik untuk menanamkan modalnya di pulau Jawa, terutama DKI Jakarta yang mampu menghimpun dana investasi asing sebesar US$ 1,5 miliar dan dari investor dalam negeri sebesar Rp 5 triliun. Sedangkan untuk daerah di luar pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur, jumlah investasi masih terlalu kecil.
Karena itu, lanjut Gita, pihaknya saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan pendekatan dan edukasi ke daerah-daerah untuk lebih membuka diri lagi terhadap para investor. Alasannya, kehadiran investor akan sangat membantu untuk pengembangan kemajuan daerah.
“Ribetnya sistem di daerah mungkin menyebabkan enggannya investor untuk menanamkan modalnya ke daerah. Jadi kami berusaha meminta pemerintah daerah untuk lebih melonggarkan peraturannya. Adanya investasi akan menguntungkan daerah itu sendiri,” terang dia.
Dia menambahkan, Papua dan Sumatera Selatan menjadi pemain baru dalam target investasi di daerah. Hal ini menandakan hal yang positif bahwa investasi tidak lagi di dominasi Pulau Jawa.
Saat ini, total investasi yang telah masuk ke Indonesia sebesar Rp 115 triliun dari target tahun 2011 sebesar Rp 240 triliun. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan periode yang sama, untuk tahun ini realisasi PMA mencapai Rp 82,6 triliun atau meningkat sebesar 16,2% dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp 71 triliun. Sedangkan PMDN sebesar Rp 33 triliun atau naik sebesar Rp 50,7% dari tahun lalu sebesar Rp 21,9 triliun. Melihat hal tersebut, Gita yakin target tahun ini akan tercapai.
Dia menyebut, realisasi investasi juga meningkat seiring dengan capital inflow yang semakin deras ke Indonesia. Bank Indonesia mencatat masuknya modal asing hingga semester I mencapai US$ 119,65 miliar.
Menghabiskan sisa tahun tersebut, BKPM akan menggenjot investasi pada sektor infrastruktur seperti, pembangunan power plant, jembatan, rel kereta api dan jalanan. Untuk itu BKPM berkepentingan untuk segera diselesaikan Rancangan Undang-Undang (RUU) pengadaan tanah, yang kini masih ada di DPR. "Ini penting, karena ga bisa merealisasikan pembangunan infrastruktur," ungkapnya.
Permasalah insentif Tax Holiday juga menjadi cara ampuh memperbesar realisasi investasi di Indonesia. Meski demikian pemberian Tax Holiday tidak bisa dilakukan sembarangan.
Hanya proyek investasi besar, yang akan mendapat keringanan pajak dari pemerintah. "Kalau Rp 1-2 triliun ke atas itu skala besar, itu yang dapat. Kita juga nggak mau sembarangan. Kita terus selektif, jangan seakan-akan kita obral," tegasnya.
NERACA Jakarta - Pemerintah membuka peluang bagi investor asing untuk terlibat dalam pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) di…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transisi energi dan dekarbonisasi sektor industri nasional sebagai bagian dari upaya menuju…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus meningkatkan peran kawasan industri sebagai pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional.…
NERACA Jakarta - Pemerintah membuka peluang bagi investor asing untuk terlibat dalam pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) di…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transisi energi dan dekarbonisasi sektor industri nasional sebagai bagian dari upaya menuju…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus meningkatkan peran kawasan industri sebagai pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional.…