NERACA
Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan literatur berperan kuat dalam membentuk ideologi kekerasan.
Dalam acara bedah buku seri Tercerahkan dalam Kedamaian di Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC), Jawa Barat, Senin (16/6), Direktur Penegakan Hukum BNPT Brigadir Jenderal Polisi Sigit Widodo mengatakan selama ini terdapat temuan barang bukti buku bermuatan ekstrem yang disita dari para pelaku terorisme saat penangkapan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri.
"Sejumlah buku yang disita dari pelaku terorisme ini menjadi bukti masih terjadinya proses radikalisasi melalui literatur dalam membentuk ideologi kekerasan. Buku-buku radikal ini ditemukan dalam jumlah besar di lokasi penangkapan," tutur Brigjen Pol. Sigit, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (20/6).
Untuk itu, dirinya menilai kegiatan bedah buku menjadi langkah penting dalam memperkuat kolaborasi antara BNPT dengan kalangan akademisi dalam upaya kontra-radikalisasi.
Selain itu sebagai langkah kontra-radikaliasi terhadap buku radikal, BNPT bersama akademisi, peneliti, birokrat, dan mantan narapidana terorisme (napiter) telah melakukan kajian menyeluruh terhadap 15 buku paling berpengaruh di kalangan kelompok teroris.
Hasilnya, Sigit menyebutkan bahwa lahir dua buku reflektif dan edukatif, yakni Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan serta Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia.
Dia berpendapat jika buku bisa digunakan untuk menyebar kebencian dan kekerasan, maka buku pula yang harus digunakan untuk menyebarkan kedamaian dan pencerahan.
Melalui kegiatan bedah buku yang digelar bersinergi dengan civitas academica UINSCC tersebut, dia berharap seluruh mahasiswa, termasuk para dosen UINSSC, dapat menjadi bagian dari upaya bersama melawan dan mencegah masuknya paham radikal terorisme di Indonesia.
“Mari kita bangun kolaborasi yang tercerahkan dalam keikhlasan. Kita ingin Indonesia maju, damai, dan terbebas dari ideologi kekerasan,” katanya.
Sementara itu, Rektor UINSSC Prof. Aan Jaelani mendukung kegiatan bedah buku di kampusnya sebagai sinergi upaya pencegahan paham radikal terorisme.
"Kami sangat menyambut gembira kegiatan ini dan tentunya punya irisan dari peran utama kami, yaitu dengan melakukan pendidikan dan pembelajaran di samping penelitian dan juga pengabdian kepada masyarakat," ujar Aan dalam kesempatan yang sama.
Ia menyampaikan bahwa salah satu tugas akademisi berupa publikasi ilmiah, sehingga jalur yang paling cepat untuk mendoktrin orang, yakni melalui buku. Dengan demikian, hal itu menggambarkan pentingnya pengkajian buku.
Oleh karena itu, Aan berharap agar para mahasiswa dapat memahami berbagai nilai lokal yang khas dengan sejarah berdirinya Cirebon, yaitu nilai-nilai spiritualisme dan multikulturalisme.
"Nilai - nilai spiritual dan multikulturalisme sangat erat dengan Cirebon. Nilai-nilai tersebut dapat dikaji kemudian ditarik ke masa kini untuk memitigasi radikal terorisme," ungkapnya. Ant
NERACA Malang - Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Luthfi Rauf menyampaikan bahwa pendidikan bukan sekedar proses memperoleh gelar, tetapi…
NERACA Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menyebut pentingnya memprioritaskan keterampilan atau skill manusia di…
NERACA Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan mengusulkan perihal penetapan batas wilayah diatur dengan undang-undang (UU) tersendiri…
NERACA Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan literatur berperan kuat dalam membentuk ideologi kekerasan. Dalam acara bedah buku…
NERACA Malang - Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Luthfi Rauf menyampaikan bahwa pendidikan bukan sekedar proses memperoleh gelar, tetapi…
NERACA Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menyebut pentingnya memprioritaskan keterampilan atau skill manusia di…