Turunnya BI Rate akan Berdampak Positif ke Sektor Rill dan Perbankan

 

 

NERACA

Jakarta – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI rate ke angka 5,5%. Turunnya suku bunga acuan tersebut disebut akan berdampak positif terhadap perekonomian secara bertahap, terutama melalui transmisi ke perbankan dan sektor rill.

“Dalam jangka pendek, keputusan ini akan menurunkan biaya dana antar bank (PUAB), yang kemudian menurunkan suku bunga deposito dan pada akhirnya suku bunga kredit,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, sebagaimana dikutip Antara, kemarin.

Berdasarkan praktik umum, lanjut dia, penyesuaian suku bunga deposito dapat terjadi dalam waktu sekitar satu bulan, sementara transmisi ke suku bunga kredit memerlukan waktu 3–6 bulan, tergantung kondisi likuiditas dan risiko kredit perbankan. Dengan demikian, penurunan suku bunga kredit akan terlihat secara lebih nyata pada paruh kedua 2025.

Lebih lanjut, survei Perbankan BI menunjukkan bahwa standar penyaluran kredit telah menjadi lebih longgar sejak awal 2025 dan diperkirakan akan terus dilonggarkan pada kuartal II-2025. Indikator Lending Standard (ILS) negatif menunjukkan bahwa bank mulai menurunkan suku bunga kredit dan memperlonggar syarat administrasi.

“Sebagai hasilnya, kredit baru diperkirakan tumbuh signifikan pada kuartal II dengan SBT mencapai 81,99 persen, naik dari 55,07 persen di kuartal sebelumnya. Jenis kredit seperti KPR, multiguna, dan kredit modal kerja akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini,” tambah dia.

Sementara itu, Chief Economist BNI Leo Putera Rinaldy menyambut positif dari Keputusan BI. “Kami menyambut positif penurunan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini. Kebijakan ini juga sudah sejalan dengan estimasi kami,” kata Leo.

BNI melihat terdapat tiga faktor utama yang melandasi penurunan BI-Rate, yaitu penguatan nilai tukar rupiah, inflasi yang terjaga sesuai target BI, dan perlambatan ekonomi domestik. Di saat yang sama, BI juga merelaksasi kebijakan makropurudensial untuk mendukung likuditas perbankan sekaligus merespons perlambatan kredit dan dana pihak ketiga (DPK).

“Dengan adanya penurunan BI-Rate, kami memperkirakan SRBI-rate akan turun lebih lanjut dari posisi terakhir 6,47 persen (SRBI-rate 12 bulan),” ujarnya. Selain itu, lanjut Leo, pemangkasan BI-Rate dapat berpotensi menurunkan imbal hasil SBN karena ekspektasi aliran dana asing dan potensi shifting dana dari SRBI yang jatuh tempo ke obligasi pemerintah.

Nilai tukar rupiah juga diperkirakan bisa tetap stabil bila risiko global tidak berubah, diikuti dengan penurunan permintaan valas setelah pembayaran dividen dan musim pembayaran utang pada April dan Mei. “Kami juga melihat adanya potensi penurunan suku bunga perbankan, dimana penurunan bunga dana akan terjadi lebih dulu diikuti oleh penurunan bunga kredit,” tambah Leo.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan, penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi 5,5 persen yang diputuskan pada RDG Mei 2025 diharapkan bisa mempengaruhi atau tertransmisikan ke pasar uang dan pasar keuangan.

“Penurunan suku bunga ini, tentunya kami berharap akan bisa tertransmisi, di mana akan tercermin di pasar uang dan pasar keuangan. Sehingga tentunya ini akan menurunkan biaya modal ataupun biaya dana, baik itu untuk perbankan ataupun untuk sistem keuangan secara keseluruhan,” kata Destry.

Destry mencatat, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga IndONIA turun menjadi 5,77 persen pada 20 Mei 2025 dari semula sebesar 6,03 persen pada awal Januari 2025.

Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 Mei 2025 juga turun, yakni dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,40 persen; 6,44 persen; dan 6,47 persen. Kemudian, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 2 tahun turun dari 6,96 persen menjadi 6,16 persen. Sementara imbal hasil SBN untuk tenor 10 tahun turun dari 6,98 persen menjadi 6,84 persen.

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Emas Bank Muamalat Tumbuh Pesat

  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatat kinerja pembiayaan kepemilikan emas melalui produk Solusi Emas Hijrah tumbuh…

Bank Jasa Jakarta Resmi Ubah Nama Jadi Bank Saqu

  NERACA Jakarta - PT Bank Jasa Jakarta, yang dimiliki oleh Astra Financial dan WeLab, resmi berganti nama menjadi PT…

Likuiditas Perbankan akan Longgar Seiring dengan Penurunan Suku Bunga

NERACA Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memandang likuiditas perbankan akan semakin longgar seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Emas Bank Muamalat Tumbuh Pesat

  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatat kinerja pembiayaan kepemilikan emas melalui produk Solusi Emas Hijrah tumbuh…

Bank Jasa Jakarta Resmi Ubah Nama Jadi Bank Saqu

  NERACA Jakarta - PT Bank Jasa Jakarta, yang dimiliki oleh Astra Financial dan WeLab, resmi berganti nama menjadi PT…

Likuiditas Perbankan akan Longgar Seiring dengan Penurunan Suku Bunga

NERACA Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memandang likuiditas perbankan akan semakin longgar seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank…