Diversifikasi Pasokan Energi

 

Kebijakan proteksionis  Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump, dengan penerapan tarif impor yang tinggi, menjadi tantangan tersendiri bagi banyak negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Alih-alih sekadar merespon kebijakan tersebut dengan retorika politik, pemerintah Indonesia mengambil pendekatan strategis dan konstruktif melalui langkah diversifikasi pasokan energi. Pendekatan ini tidak hanya berfungsi sebagai tameng terhadap gejolak eksternal, tetapi juga sebagai fondasi jangka panjang untuk memperkuat kemandirian energi nasional.

Diversifikasi pasokan energi telah menjadi titik tumpu kebijakan energi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Dalam konteks ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), sebagai Subholding Gas dari Pertamina, memainkan peran vital dengan beragam inisiatif untuk memastikan ketersediaan energi yang berkelanjutan dan terjangkau. Salah satu langkah menonjol adalah pengembangan synthetic natural gas (SNG) berbasis batu bara berkalori rendah yang belum termanfaatkan secara optimal. Kolaborasi PGN dengan PT Bukit Asam Tbk dalam proyek ini mencerminkan respon konkret terhadap kebutuhan diversifikasi energi nasional.

Pemanfaatan batu bara kalori rendah untuk memproduksi gas sintetis bukan semata-mata terobosan teknologi, tetapi juga upaya strategis dalam memanfaatkan sumber daya domestik yang selama ini kurang dieksplorasi. Lokasi proyek di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, yang berdekatan dengan jaringan pipa transmisi PGN, menunjukkan bahwa pemerintah berupaya meminimalkan pengeluaran untuk infrastruktur baru. Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, menegaskan bahwa Pendekatan efisien ini mencerminkan pemikiran jangka panjang dalam pengelolaan energi dan mendukung agenda hilirisasi sumber daya alam, sesuai prioritas pemerintah.

Langkah ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor gas, terutama mengingat tekanan tarif yang dapat berdampak pada biaya energi dalam negeri. Dengan mengarahkan pasokan SNG ke kawasan industri seperti Jawa Barat yang menghadapi tantangan pasokan, pemerintah juga memperkuat daya saing industri nasional. Dalam jangka panjang, kemampuan untuk menyediakan energi dari sumber dalam negeri akan menjadikan Indonesia lebih tahan terhadap fluktuasi harga dan ketentuan perdagangan global.

Tidak berhenti pada SNG, PGN juga mengembangkan proyek biometana berbasis limbah cair kelapa sawit (POME), bekerja sama dengan konsorsium dari Jepang. Upaya ini tidak hanya menambah keragaman sumber energi, tetapi juga mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam sektor energi nasional. Produksi biogas dari limbah kelapa sawit yang dikompresi menjadi compressed natural gas (CNG) dan didistribusikan ke sektor industri, layanan kesehatan, hingga pusat perbelanjaan menjadi bukti nyata bahwa energi bersih bukan sekadar wacana.

Dalam konteks ekonomi global yang dipenuhi ketidakpastian, langkah semacam ini merupakan bentuk nyata kesiapan pemerintah menghadapi dinamika eksternal. Proyek biometana ini juga menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya bertumpu pada bahan bakar fosil, tetapi aktif dalam mengembangkan sumber energi rendah karbon yang mendukung target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Strategi ini memberikan manfaat ganda: menjaga ketahanan energi sekaligus memperkuat komitmen terhadap agenda lingkungan global.

Pemerintah pun memberikan dukungan penuh terhadap upaya-upaya semacam ini, yang dianggap selaras dengan visi pembangunan jangka panjang. Dalam hal efisiensi energi, PGN mencatat penurunan intensitas energi sebesar 14% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 2,22 GJ/MMSCF. Ini menunjukkan bahwa efisiensi bukan hanya slogan, melainkan hasil dari inovasi dan konsistensi dalam pengelolaan operasional.

Langkah diversifikasi dan keberlanjutan tersebut juga membuahkan hasil dalam kepercayaan pasar. Saham PGN (PGAS) mencatat penguatan signifikan hingga menyentuh level tertinggi tahunan, dipicu oleh antusiasme investor terhadap arah kebijakan dan proyek strategis yang dijalankan.

Penguatan saham ini mencerminkan keyakinan publik dan pelaku pasar terhadap kemampuan Indonesia dalam membangun kemandirian energi yang tangguh. Di tengah tekanan eksternal seperti tarif impor, respons pasar yang positif terhadap PGAS menjadi sinyal kuat bahwa strategi pemerintah berada di jalur yang tepat.

 

BERITA TERKAIT

Outsourcing vs Keadilan Pekerja

    Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem outsourcing patut didukung sebagai wujud nyata komitmen negara dalam menjamin hak-hak…

Penghapusan Outsourcing?

    Komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem outsourcing atau alih daya menandai babak baru dalam perjalanan ketenagakerjaan nasional.…

Mimpi Besar Terancam Macet

  Program 3 (tiga) juta rumah yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran memang memiliki tujuan mulia: menyediakan hunian layak bagi rakyat, mengentaskan…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Diversifikasi Pasokan Energi

  Kebijakan proteksionis  Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump, dengan penerapan tarif impor yang tinggi, menjadi tantangan tersendiri bagi…

Outsourcing vs Keadilan Pekerja

    Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem outsourcing patut didukung sebagai wujud nyata komitmen negara dalam menjamin hak-hak…

Penghapusan Outsourcing?

    Komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem outsourcing atau alih daya menandai babak baru dalam perjalanan ketenagakerjaan nasional.…

Berita Terpopuler