Menjadi Binaan UMKM BRI - Brand Sepatu Lokal Blankenheim Unjuk Gigi Pasar Global

Berdikari dengan usaha sepatu yang terinspirasi dengan keunggulan sepatu dari Eropa menjadi lahirnya, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) produsen kulit asal Indonesia. “Dirinya pada tahun 2013 dengan dengan ide dasar menggabungkan fashion Eropa dengan keterampilan pengrajin lokal Indonesia,”kata Beny sofara, owner dari Blankenheim kepada Neraca.

Disampaikannya, nama "Blankenheim" sendiri terinspirasi dari nama jalan di Deventer Belanda, tempat tinggal dirinya semasa studi master selama satu tahun disana (2010-2011). “Ide awalnya adalah kami ingin menciptakan sepatu kulit yang tidak hanya estetik tapi juga fungsional dan tahan lama yang terinspirasi dari gaya fashion Eropa yang minimalis dan modern,”katanya.

Dalam perjalanan usahanya, Beny menuturkan, lumayan penuh tantangan. Di awal, usahanya mengalami kendala produksi karena keterbatasan modal dan pengrajin yang sesuai standar kualitas. Selain itu, lanjutnya, pemasaran juga menjadi tantangan besar karena harus membangun kepercayaan pelanggan dari nol. Namun, melalui konsistensi kualitas dan pendekatan storytelling brand, usahanya mulai membangun basis pelanggan yang loyal.

Keren, Brand Blankenheim Asal Bandung Tembus Pasar Amerika - Suara Merdeka  Jakarta

 

Lambat tapi pasti, berkat kualitas dan model yang inovatif menjadikan produk sepatu kulit asal Bandung ini mampu direspon positif, baik dari pasar lokal hingga mampu ekspor. Bahkan publik figur dan pejabat sudah memesan produk sepatu kulit Blankenheim.

Menurut Beny, inovasi menjadi kunci bertahan dan tumbuh ditengah ketatnya persaingan industrti alas kaki. “Kami terus bereksperimen dengan desain baru dan penggunaan material ramah lingkungan. Untuk menghadapi persaingan, kami mengandalkan kualitas, keunikan desain, serta pendekatan personal ke pelanggan,”jelasnya.

Produk Blankenheim telah terjual ke berbagai kota besar di Indonesia dan sudah merambah pasar ekspor. Momen yang membanggakan adalah ketika Blankenheim mendapatkan perhatian Menteri BUMN, Bapak Erick Thohir di suatu kesempatan rapat dengan Pak Wishnutama yang pada saat itu mengenakan sepatu Blankenheim. “Dari situ peluang menjadi binaan berbagai institisi BUMN mulai berdatangan, termasuk BRI,”ungkap Beny.

Menurutnya, BRI menjadi salah satu institusi yang memiliki peran penting dalam perkembangan Blankenheim, terutama melalui program pemberdayaan UMKM. “Bantuan yang kami terima berupa akses permodalan, serta kesempatan untuk tampil di berbagai event pameran BRI,”katanya.

Saat ini, kapasitas produksi Blankenheim mencapai sekitar 300–500 pasang sepatu per bulan, semua produk dibuat handmade. “Kami juga sering menerima order dalam jumlah besar, termasuk dari institusi dan perusahaan yang memesan secara khusus,”tuturnya.

Seiring dengan pesanan yang mulai ramai dan berbagai pameran yang diikutkan, disampaikan Beny, Blankenheim menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 2–3 kali lipat dalam dua tahun ke depan. “Dari sisi bisnis, kami ingin memperkuat posisi Blankenheim sebagai brand sepatu lokal premium yang mampu bersaing secara global, serta memperluas lini produk seperti aksesori kulit dan servis perawatan sepatu,”tandasnya.

Sebagai informasi, industri alas kaki di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi bisnis yang prospektif di pasar lokal dan global. Berdasarkan data World Footwear Yearbook 2022, di tahun 2021 Indonesia merupakan konsumen produk alas kaki terbesar keempat di dunia dengan total konsumsi sebesar 806 juta pasang sepatu atau 3,8% dari total konsumsi produk alas kaki dunia. “Di tahun 2021, Indonesia juga merupakan eksportir alas kaki terbesar ketiga di dunia setelah China dan Vietnam. Kuantitas ekspor produk alas kaki Indonesia mencapai angka 427 juta pasang, atau 3,3 persen dari total produk alas kaki yang diekspor di seluruh dunia,”kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita.

Menurut Reni, data tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif dan mendukung eskalasi beberapa SDGs, diantaranya SDG1 (menghapus kemiskinan), SDG2 (mengakhiri kelaparan), SDG8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan), dan SDG 10 (mengurangi ketimpangan).

BERITA TERKAIT

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…

Manfaatkan KUR BRI - Usaha Toko Multi Jaya Berikan Asa Ekonomi Lebih Baik

Selalu jeli menangkap peluang menjadi kunci usaha untuk maju. Begitu juga yang dilakukan Diaz (35), pemilik toko Multi Jaya Electronic…

Buka Layanan QRIS Bantu Pedagang Sate Madura Berdaya Saing

Menjalankan usaha sate secara turun menurun, tidak membuat Sari (46) wanita asal Madura ini lupa mengikuti tren zaman kekinian dan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…

Manfaatkan KUR BRI - Usaha Toko Multi Jaya Berikan Asa Ekonomi Lebih Baik

Selalu jeli menangkap peluang menjadi kunci usaha untuk maju. Begitu juga yang dilakukan Diaz (35), pemilik toko Multi Jaya Electronic…

Buka Layanan QRIS Bantu Pedagang Sate Madura Berdaya Saing

Menjalankan usaha sate secara turun menurun, tidak membuat Sari (46) wanita asal Madura ini lupa mengikuti tren zaman kekinian dan…