NERACA
Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (2/4) mengumumkan kombinasi tarif universal senilai 10 persen untuk barang-barang yang masuk ke AS dari berbagai negara dan tarif timbal balik yang lebih tinggi sebesar 11-50 persen atas ratusan negara dan entitas yang dinilai memiliki defisit perdagangan tertinggi dengan AS. AS juga mengenakan tarif timbal balik terhadap produk asal China sebesar 34 persen.
China merespon kebijakan AS dengan membalas menerapkan tarif yang sama untuk produk AS. Alih-alih perang tarif mereda, justru Presiden AS Trump mengancam tarif tambahan sebesar 50% atas impor dari China. Hal tersebut justru akan memperumit keadaan. “Mengingat karakter Trump, hal ini memang memperumit keadaan. Namun sebagai figur yang unpredictable, segala hal masih dapat terjadi,” ungkap Analis Doo Financial Futures Lukman Leong, sebagaimana dikutip Antara, kemarin.
Jika China tak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada hari ini, Trump akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada negara tersebut, yang mulai berlaku pada Rabu (9/3). Selain itu, semua pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka dengan AS akan dihentikan.
Pemberlakuan tarif 34 persen dari China per 10 April nanti merupakan respons dari tarif timbal balik AS terhadap Beijing yang memberikan tarif sebesar 34 persen juga. Secara keseluruhan, tarif Pemerintah AS terhadap barang impor dari China mencapai 54 persen.
Sebelumnya, Trump sudah mengenakan tarif tambahan 25 persen untuk mobil yang diproduksi di luar AS mulai 3 April 2025 dan tarif 25 persen pada seluruh impor baja beserta aluminium. Pemerintahan Trump pun telah mengenakan bea tambahan impor sebesar 20 persen terhadap barang-barang asal China.
Adapun China pada Februari hingga Maret sudah mengumumkan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan produk gas alam cair dari AS. Ada pula tarif 10 persen untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar. Selanjutnya, Beijing menetapkan tarif tambahan hingga 15 persen untuk impor produk pertanian utama AS, termasuk ayam, babi, kedelai, dan daging sapi.
China tercatat eksportir terbesar kedua AS setelah Meksiko dan pasar ekspor terbesar ketiga AS, setelah Kanada dan Meksiko. China tercatat mengekspor 426,9 miliar dolar AS ke AS berupa ponsel pintar, furnitur, mainan dan produk lainnya, tetapi juga membeli produk-produk AS seperti semikonduktor, bahan bakar fosil, barang pertanian dan barang lain senilai 147,8 miliar dolar AS. “Trump masih bisa menggunakan TikTok dan mungkin Taiwan (sebagai alat tawar menawar) untuk menyelamatkan dunia dari perang dagang dua ekonomi terbesar dunia. Namun tentunya sekarang akan semakin sulit, dampaknya akan kolosal,” kata Lukman.
Lalu apakah Presiden Trump akan menangguhkan kebijakan tersebut mengingat banyak negara yang merasa keberatan dengan kebijakan tersebut? Trump menyatakan tidak memiliki rencana apapun untuk menangguhkan pemberlakuan tarif impor produk asing ke AS, tapi tetap terbuka terhadap tawaran negosiasi dari negara lain.
“Kami tak punya niat apapun ke arah itu,” ucap Trump saat merespons pertanyaan wartawan tentang kemungkinan menunda berlakunya tarif impor dalam konferensi pers bersama pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
“Sudah ada banyak, cukup banyak negara yang mau merundingkan kesepakatan dengan kami. Kesepakatan tersebut pasti akan jadi kesepakatan yang adil dan, dalam beberapa kasus, mereka akan membayar tarif yang cukup substansial,” kata Presiden AS.
Lebih lanjut, Trump menyatakan telah berbincang dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Senin pagi. “Saya katakan satu hal padanya. Anda harus membuka negara Anda (untuk kami) karena mobil-mobil buatan kami sama sekali tak terjual – nol yang terjual – di Jepang, sementara mereka menjual jutaan mobilnya di negara kami,” kata Trump.
Menurutnya, hampir semua negara mengincar negosiasi dengan AS, termasuk Israel yang produk-produknya dipungut tarif impor sebesar 17 persen. Namun untuk Israel, Trump berkata bahwa AS bisa jadi tak akan menurunkan nilai tarif impornya. “Jangan lupa, kami sudah membantu Israel banyak sekali. Anda tahu, kami memberi dana kepada Israel hingga 4 miliar dolar AS per tahun. Itu jumlah yang sangat banyak,” ucap Presiden AS. bari
Jakarta-Menjelang pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (5/5), sejumlah ekonom memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada…
Pelemahan Fundamental Ekonomi Domestik Tidak Pengaruhi Nilai Rupiah Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali…
NERACA Jakarta - Tahap pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sudah memasuki tahap akhir. Dalam Rapat Finalisasi dipaparkan bahwa skema pendanaan…
Jakarta-Menjelang pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (5/5), sejumlah ekonom memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada…
Pelemahan Fundamental Ekonomi Domestik Tidak Pengaruhi Nilai Rupiah Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali…
NERACA Jakarta - Tahap pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sudah memasuki tahap akhir. Dalam Rapat Finalisasi dipaparkan bahwa skema pendanaan…