Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Gigi dan Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah

 

Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Gigi dan Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah
Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim PKM Video Gagasan Konstruktif (VGK) yang terdiri dari Aulia Pradnya Maharani, Orchidthania Putri, Gugun Hutagalung, Danial Bagus Setiawan, dan Anna Hamidah mengusung ide pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang berasal dari manusia dan hewan.  Tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu ini merancang bagaimana pemanfaatan limbah gigi dan tulang tersebut agar dapat digunakan lebih optimal pada proses filtrasi air limbah menjadi air yang siap pakai untuk sistem irigasi sawah. “Kami melihat bahwa limbah gigi dan tulang yang ada di Indonesia masih belum banyak digunakan. Sebagian besar masyarakat membuang limbah tersebut. Padahal, dalam limbah tersebut terdapat kandungan hidroksiapatit yang dapat digunakan menjernihkan air,” ujar Aulia sebagai ketua tim, Rabu (4/90 di Kampus UGM.
Menurut Aulia ide inovasi yang diusung berasal dari permasalahan yang terletak di daerah Sleman. Pada kawasan tersebut, terdapat kawasan pemukiman yang padat penduduk dan terdapat sawah yang berada di dekat kawasan tersebut. Pada sisi lain, pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang masih  minim dapat diintegrasikan untuk dijadikan sebagai filtrat untuk mengolah air limbah tinja yang berasal dari kawasan penduduk sekitar.
Danial, anggota PKM lainnya mengatakan bahwa ide yang bernama “Hydrosan” dapat memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik pada sistem sanitasi air. “Tentunya kami berharap bahwa inovasi yang diusung dapat menciptakan ketahanan pangan yang ada di Indonesia di tengah ketidakpastian iklim dan memberikan manfaat kepada para petani,” tuturnya.
Riset yang dilakukan dimulai dari mengidentifikasi masalah dan menelusuri terkait campuran filtrat yang digunakan untuk proses filtrasi air. Awalnya, limbah akan ditampung dalam satu tempat untuk selanjutnya diproses di tempat penjernihan air. Selama proses pengolahan, air akan mengalami berbagai proses, mulai dari pembersihan, penjernihan, hingga penyaringan. Setelah itu, air akan disalurkan ke reservoir terlebih dahulu sebelum menuju saluran irigasi sawah. “Integrasi antara reservoir dengan sistem irigasi sawah dilakukan menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air,” katanya.
Orchidthania Putri menambahkan bahwa sistem yang dirancang sebenarnya sudah diterapkan di berbagai instalasi pengolahan air bersih, tetapi penggunaan hidroksiapatit sebagai filtrat merupakan salah satu bagian istimewa dalam rancangan sistem ini.  Harapannya, dengan dilaksanakannya kegiatan ini dapat dimanfaatkan guna mengurangi limbah gigi dan tulang yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas air dan sebagai hasilnya meningkatkan kualitas hasil tani yang dihasilkan oleh sektor pertanian.

 

 

Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim PKM Video Gagasan Konstruktif (VGK) yang terdiri dari Aulia Pradnya Maharani, Orchidthania Putri, Gugun Hutagalung, Danial Bagus Setiawan, dan Anna Hamidah mengusung ide pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang berasal dari manusia dan hewan.  Tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu ini merancang bagaimana pemanfaatan limbah gigi dan tulang tersebut agar dapat digunakan lebih optimal pada proses filtrasi air limbah menjadi air yang siap pakai untuk sistem irigasi sawah. “Kami melihat bahwa limbah gigi dan tulang yang ada di Indonesia masih belum banyak digunakan. Sebagian besar masyarakat membuang limbah tersebut. Padahal, dalam limbah tersebut terdapat kandungan hidroksiapatit yang dapat digunakan menjernihkan air,” ujar Aulia sebagai ketua tim, sebagaimana dikutip dari laman ugm.ac.id

Menurut Aulia ide inovasi yang diusung berasal dari permasalahan yang terletak di daerah Sleman. Pada kawasan tersebut, terdapat kawasan pemukiman yang padat penduduk dan terdapat sawah yang berada di dekat kawasan tersebut. Pada sisi lain, pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang masih  minim dapat diintegrasikan untuk dijadikan sebagai filtrat untuk mengolah air limbah tinja yang berasal dari kawasan penduduk sekitar.

Danial, anggota PKM lainnya mengatakan bahwa ide yang bernama “Hydrosan” dapat memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik pada sistem sanitasi air. “Tentunya kami berharap bahwa inovasi yang diusung dapat menciptakan ketahanan pangan yang ada di Indonesia di tengah ketidakpastian iklim dan memberikan manfaat kepada para petani,” tuturnya.

Riset yang dilakukan dimulai dari mengidentifikasi masalah dan menelusuri terkait campuran filtrat yang digunakan untuk proses filtrasi air. Awalnya, limbah akan ditampung dalam satu tempat untuk selanjutnya diproses di tempat penjernihan air. Selama proses pengolahan, air akan mengalami berbagai proses, mulai dari pembersihan, penjernihan, hingga penyaringan. Setelah itu, air akan disalurkan ke reservoir terlebih dahulu sebelum menuju saluran irigasi sawah. “Integrasi antara reservoir dengan sistem irigasi sawah dilakukan menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air,” katanya.

Orchidthania Putri menambahkan bahwa sistem yang dirancang sebenarnya sudah diterapkan di berbagai instalasi pengolahan air bersih, tetapi penggunaan hidroksiapatit sebagai filtrat merupakan salah satu bagian istimewa dalam rancangan sistem ini.  Harapannya, dengan dilaksanakannya kegiatan ini dapat dimanfaatkan guna mengurangi limbah gigi dan tulang yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas air dan sebagai hasilnya meningkatkan kualitas hasil tani yang dihasilkan oleh sektor pertanian.

BERITA TERKAIT

Mengenal Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam Transformasi Pendidikan

  Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sebagai konsep yang…

Waduh, Jumlah Kekerasan ke Anak Meningkat

  FEDERASI Serikat guru Indonesia (FSGI) mencatat  tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan. Pada Januari- September 2024 sebanyak 36 kasus terjadi yang terdiri…

Tidak Kuliah Tapi Bisa Menerima Gelar Doktor, Kenali Gelar Doktor Honoris Causa

  Belakangan ini banyak dibahas oleh netizen soal pemberian gelar doctor honoris causa kepada salah satu publik figur. Banyak yang…

BERITA LAINNYA DI

Mengenal Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam Transformasi Pendidikan

  Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sebagai konsep yang…

Waduh, Jumlah Kekerasan ke Anak Meningkat

  FEDERASI Serikat guru Indonesia (FSGI) mencatat  tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan. Pada Januari- September 2024 sebanyak 36 kasus terjadi yang terdiri…

Tidak Kuliah Tapi Bisa Menerima Gelar Doktor, Kenali Gelar Doktor Honoris Causa

  Belakangan ini banyak dibahas oleh netizen soal pemberian gelar doctor honoris causa kepada salah satu publik figur. Banyak yang…