Dirut Kimia Farma Angkat Bicara Soal Kerugian

NERACA

Jakarta –Adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait praktik window dressing pada laporan keuangan perusahaan farmasi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Indofarma dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membuat pihak manajemen KAEF angkat bicara. Bahkan direktur utama KAEF, David Utama buka-bukaan perihal rugi bersih yang diderita perseroan sebesar Rp 1,82 triliun di tahun 2023.

Disampaikannya dalam keterangan tertulis kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, kemarin, angka kerugian yang diderita KAEF tersebut membengkak dari rugi tahun berjalan tahun buku 2022 yang tercatat sebesar 126,02 miliar. Kerugian yang diderita terjadi justru saat angka penjualan mengalami pertumbuhan sebesar 7,93% secara year on year (yoy) menjadi senilai Rp 9,96 triliun. Pada periode yang sama tahun 2022, penjualan KAEF tercatat sebesar Rp 9,23 triliun.

Perseroan, lanjutnya juga mampu menurunkan kewajiban (liabilitas) pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa fundamental bisnis KAEF masih kuat. Perihal besarnya nilai kerugian yang diderita David menyebut disebabkan 2 faktor, yaitu faktor operasional dan non-operasional.

Adapun kondisi operasional yang mempengaruhi penurunan laba kata dia yaitu, adanya inefisiensi operasional, di mana salah satu penyebabnya karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perseroan.‘’Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik,’’katanya.

Selanjunya Harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp 6,86 triliun, naik 25,83% secara tahunan (Year-on-Year/ YoY). Kenaikan HPP sebesar 25,83% masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93%. Kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya sehingga penjualan menjadi kurang tercapai.

Penyebab ketiga yaitu, beban keuangan Perseroan tahun 2023 naik 18,49% (YoY) menjadi Rp622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga. ‘’Ke depannya, Perseroan akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan,’’beber dia.

Sementara faktor non-operasional penyebab membangkaknya kerugian peresroan yaitu adanya dugaan pelanggaran integritas di tubuh anak usaha perseroan yaitu, PT Kimia Farma Apotek (KFA). Hal ini berpengaruh pada pos pendapatan, HPP, dan beban usaha yang kemudian berkontribusi signifikan terhadap kerugian di tahun 2023.

Dikatakan, kenaikan beban usaha tahun 2023 juga meningkat secara dominan pada KFA dan ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.‘’Menindaklanjut hal ini, KAEF bersama Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero) melakukan pembenahan di KFA,’’ kata David.

Saat ini Manajemen KAEF mengaku tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Ke depannya Perseroan akan menyampaikan hasil audit investigasi atas dugaan tersebut kepada pemegang saham dan otoritas pasar modal.‘’Manajemen KAEF tidak akan memberikan toleransi apabila dugaan terkait persoalan integritas dimaksud terbukti dan akan mengambil tindakan tegas kepada pihak-pihak yang terlibat,’’ tegasnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…

Marak Kompetisi dan Edukasi Aktif - Investor Ritel Saham Bisa Tembus 7,5 Juta

NERACA Jakarta -PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pertumbuhan investor ritel pasar saham Indonesia dapat melebihi 7,5 juta orang pada…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…

Marak Kompetisi dan Edukasi Aktif - Investor Ritel Saham Bisa Tembus 7,5 Juta

NERACA Jakarta -PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pertumbuhan investor ritel pasar saham Indonesia dapat melebihi 7,5 juta orang pada…