Pemprov Jabar Berupaya Mengalihkan Pertanian Konvensional ke Organik

Pemprov Jabar Berupaya Mengalihkan Pertanian Konvensional ke Otganik 1b
NERACA
Garut - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) melakukan upaya untuk mengalihkan pertanian konvensional ke organik dalam rangka menyelamatkan kondisi lahan pertanian agar tetap sehat, produktif, berkualitas, dan ramah lingkungan, sehingga memberikan manfaat banyak bagi kehidupan makhluk hidup.
"Jadi kita coba tumbuhkan di masing-masing kota sesuai dengan potensinya, kemarin ada di Bandung, lalu di Garut, di Garut potensial," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Jabar Dadan Hidayat usai pertemuan dengan petani padi organik di Desa Mangkurakyat, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Selasa (28/5).
Ia menuturkan pertanian organik di Jabar bukan sesuatu yang baru melainkan sudah 13 tahun lalu dikembangkan, yang saat ini tercatat sudah ada lahan pertanian organik seluas 7 ribuan hektare, dari total pertanian di Jabar seluas 928.218 hektare.
Lahan pertanian organik itu, kata dia, masih harus terus diperluas ke seluruh kota/kabupaten yang lahannya memiliki potensi untuk pengembangan lahan organik.
Ia mengungkapkan alasan mendorong beralih pada pertanian organik, karena kondisi lahan saat ini berdasarkan laporan badan peneltiian dan pengembangan (balitbang) sebesar 88 persen dalam kondisi sakit karena sudah lama cara pengolahannnya tidak secara organik.
"Balitbang tanah itu mengatakan lahan pertanian pada sakit, ada yang sakit berat, sakit ringan, kemudian juga ada sakit setengah berat, kan itu saya simpulkan hampir 88 persen sakit, yang sehatnya 12 persen saja dari 928.218," katanya.
Ia menyampaikan alasan untuk beralih ke lahan pertanian organik karena produktivitas pertanian bukan organik di Jabar tidak terjadi peningkatan selama ini hanya di kisaran 5,6 dan 5,7 ton per hektare, tidak sampai 6 ton per hektare.
Sedangkan cara pengolahan pertanian organik, kata dia, hasilnya terus berkembang dan produktivitasnya semakin naik dengan biaya produksi rendah seperti yang sudah dilakukan di daerah lain di Bandung, kemudian di Yogyakarta.
"Padi organik ini cara kerjanya seperti mesin diesel, semakin panas semakin bagus, semakin lama menggunakan bahan organik produktivitas semakin tinggi, biaya produksi semakin rendah," katanya.
Ia mengatakan upaya mendorong pertanian organik itu dengan terus melakukan sosialisasi, dan mengedukasi kelompok tani menyampaikan berbagai manfaat dan kemudahan, serta hasilnya yang memuaskan dengan nilai harga jual lebih tinggi daripada hasil pertanian bukan organik.
Selama ini, lanjut dia, pertanian organik sudah mulai dikembangkan di 22 kabupaten/kota di Jabar, meskipun masih skala kecil, namun hal itu akan terus didorong agar lebih luas lagi dengan disiapkan berbagai dukungan dari pemerintah.
Ia menambahkan upaya mendukung pengembangan pertanian organik itu, salah satunya dengan menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Penyelenggaraan Pertanian Organik yang saat ini masih dibahas rancangannya oleh DPRD Jabar.
"Kita kan sekarang buat perda ini dalam rangka mengakselerasi, tantangan kita ke depan harus semakin sehat. Bagaimana menyiapkan pupuk pestisida dengan cara yang lebih sehat, terhadap petaninya, terhadap lingkungan," katanya. Ant

 

NERACA

Garut - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) melakukan upaya untuk mengalihkan pertanian konvensional ke organik dalam rangka menyelamatkan kondisi lahan pertanian agar tetap sehat, produktif, berkualitas, dan ramah lingkungan, sehingga memberikan manfaat banyak bagi kehidupan makhluk hidup.

"Jadi kita coba tumbuhkan di masing-masing kota sesuai dengan potensinya, kemarin ada di Bandung, lalu di Garut, di Garut potensial," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Jabar Dadan Hidayat usai pertemuan dengan petani padi organik di Desa Mangkurakyat, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Selasa (28/5).

Ia menuturkan pertanian organik di Jabar bukan sesuatu yang baru melainkan sudah 13 tahun lalu dikembangkan, yang saat ini tercatat sudah ada lahan pertanian organik seluas 7 ribuan hektare, dari total pertanian di Jabar seluas 928.218 hektare.

Lahan pertanian organik itu, kata dia, masih harus terus diperluas ke seluruh kota/kabupaten yang lahannya memiliki potensi untuk pengembangan lahan organik.

Ia mengungkapkan alasan mendorong beralih pada pertanian organik, karena kondisi lahan saat ini berdasarkan laporan badan peneltiian dan pengembangan (balitbang) sebesar 88 persen dalam kondisi sakit karena sudah lama cara pengolahannnya tidak secara organik.

"Balitbang tanah itu mengatakan lahan pertanian pada sakit, ada yang sakit berat, sakit ringan, kemudian juga ada sakit setengah berat, kan itu saya simpulkan hampir 88 persen sakit, yang sehatnya 12 persen saja dari 928.218," katanya.

Ia menyampaikan alasan untuk beralih ke lahan pertanian organik karena produktivitas pertanian bukan organik di Jabar tidak terjadi peningkatan selama ini hanya di kisaran 5,6 dan 5,7 ton per hektare, tidak sampai 6 ton per hektare.

Sedangkan cara pengolahan pertanian organik, kata dia, hasilnya terus berkembang dan produktivitasnya semakin naik dengan biaya produksi rendah seperti yang sudah dilakukan di daerah lain di Bandung, kemudian di Yogyakarta.

"Padi organik ini cara kerjanya seperti mesin diesel, semakin panas semakin bagus, semakin lama menggunakan bahan organik produktivitas semakin tinggi, biaya produksi semakin rendah," katanya.

Ia mengatakan upaya mendorong pertanian organik itu dengan terus melakukan sosialisasi, dan mengedukasi kelompok tani menyampaikan berbagai manfaat dan kemudahan, serta hasilnya yang memuaskan dengan nilai harga jual lebih tinggi daripada hasil pertanian bukan organik.

Selama ini, lanjut dia, pertanian organik sudah mulai dikembangkan di 22 kabupaten/kota di Jabar, meskipun masih skala kecil, namun hal itu akan terus didorong agar lebih luas lagi dengan disiapkan berbagai dukungan dari pemerintah.

Ia menambahkan upaya mendukung pengembangan pertanian organik itu, salah satunya dengan menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Penyelenggaraan Pertanian Organik yang saat ini masih dibahas rancangannya oleh DPRD Jabar.

"Kita kan sekarang buat perda ini dalam rangka mengakselerasi, tantangan kita ke depan harus semakin sehat. Bagaimana menyiapkan pupuk pestisida dengan cara yang lebih sehat, terhadap petaninya, terhadap lingkungan," katanya. Ant

 

BERITA TERKAIT

Eksplorasi Migas PHE, Dukung Kemandirian Energi dan Pertumbuhan Ekonomi

NERACA Jakarta-Peneliti ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi menilai positif upaya PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Sub Holding Upstream PT…

Tahun Ini Opini BPK Untuk Kuningan Menurun, Ternyata Tiga Dinas Ini Penyebabnya

Tahun Ini Opini BPK Untuk Kuningan Menurun, Ternyata Tiga Dinas Ini Penyebabnya  NERACA Kuningan - Tiga dinas di lingkup Pemkab…

Pemkot Memastikan Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

NERACA Bandung - Pemerintah Kota Bandung memastikan tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Kota Kembang, meskipun Kementerian Kesehatan RI telah…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Tahun Ini Opini BPK Untuk Kuningan Menurun, Ternyata Tiga Dinas Ini Penyebabnya

Tahun Ini Opini BPK Untuk Kuningan Menurun, Ternyata Tiga Dinas Ini Penyebabnya  NERACA Kuningan - Tiga dinas di lingkup Pemkab…

Pemkot Memastikan Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

NERACA Bandung - Pemerintah Kota Bandung memastikan tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Kota Kembang, meskipun Kementerian Kesehatan RI telah…

Pemprov Jabar Serahkan Bantuan ke Keluarga Korban Longsor

NERACACirebon -  Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) memberikan bantuan sebesar Rp50 juta kepada masing-masing dari 33 keluarga korban longsor…