Dampak Teknologi: Keragaman dan Radikalisme di Era Digital

Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak besar pada keragaman dan radikalisme di masyarakat. Di satu sisi, internet dan media sosial memperluas akses informasi, memungkinkan interaksi lintas budaya, dan mempromosikan kebebasan berekspresi.

Di sisi lain, ada risiko teknologi ini dapat digunakan sebagai alat untuk menguatkan kelompok-kelompok radikal atau ekstremis.”Era digital, jenis informasi menjadi semakin beragam, begitu pula dengan keragaman sudut pandang dan opini,” tutur Zulfan Ikhram, dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, di Kabupaten Bengkalis, Kamis (16/5).

Koordinator Sub Bagian Program Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis itu menegaskan, ragam informasi di era digital terjadi karena banyaknya sudut pandang dan opini yang berbeda dalam melihat satu permasalahan. ”Hal ini bisa memperkaya diskusi dan memperluas pemahaman, tetapi juga dapat menciptakan filter bubble di mana individu cenderung hanya mendengar opini yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri,”ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, dalam ekosistem media sosial yang serba cepat, informasi yang tidak diverifikasi dapat dengan mudah menyebar luas dan mempengaruhi opini publik. Baginya, penting untuk mengenali peran teknologi digital dalam memperkuat atau meredam keragaman dan radikalisme. Pendekatan yang inklusif dalam penggunaan teknologi, pendidikan digital yang mendalam, regulasi yang bijaksana, serta promosi dan dialog antar budaya dapat membantu meminimalkan risiko radikalisme.”Tentu sambil mempertahankan keragaman dan kebebasan berekspresi. Di sinilah perlunya etika dalam bersosial media,” pungkas Zulfan Ikhram.

Dari perspektif budaya digital, Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari mengatakan, mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopansantunan, dan menghilangnya budaya Indonesia berganti budaya asing di ranah digital, merupakan tantangan budaya digital saat ini.”Di samping itu, budaya digital juga menghadapi tantangan minimnya pemahaman hak-hak digital, ekspresi yang kebablasan, berkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan, maupun menghilangnya batas-batas privasi,” rinci Meithiana Indrasari.

Sementara drummer kelompok musik Hijau Daun, Rio Aries Kusnanto mengingatkan pentingnya menyaring informasi sebelum meneruskannya. ”Saring sebelum sharing, agar tidak mudah termakan informasi hoaks. Menjaga sopan santun di media sosial, dan bersikap kritis untuk menangkal faham radikal,” imbuhnya.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Dukung Industri Sepak Bola - BTN Resmi Jadi Sponsor Tiga Klub Liga 1 Nasional

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) resmi menjadi sponsor bagi tiga klub sepakbola Liga 1 Nasional dalam rangka meningkatkan…

Dukung Ketahanan Pangan - PP Presisi Bagikan Sembako dan Makanan Gizi Gratis

Dukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) melaksanakan kegiatan sosial melalui program…

Bank Permata dan Savyavasa - Hadirkan Solusi Pembiayaan KPA Bagi WNA

Genjot pertumbuhan penjualan, Savyavasa yang merupakan hunian mewah hasil kolaborasi Swire Properties dan JSI Group yang dikembangkan oleh PT Jantra…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Dukung Industri Sepak Bola - BTN Resmi Jadi Sponsor Tiga Klub Liga 1 Nasional

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) resmi menjadi sponsor bagi tiga klub sepakbola Liga 1 Nasional dalam rangka meningkatkan…

Dukung Ketahanan Pangan - PP Presisi Bagikan Sembako dan Makanan Gizi Gratis

Dukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) melaksanakan kegiatan sosial melalui program…

Bank Permata dan Savyavasa - Hadirkan Solusi Pembiayaan KPA Bagi WNA

Genjot pertumbuhan penjualan, Savyavasa yang merupakan hunian mewah hasil kolaborasi Swire Properties dan JSI Group yang dikembangkan oleh PT Jantra…