Kalamo Biak Siap Ekspor Produk Tuna - PERLUAS PASAR PERIKANAN

NERACA

Biak – Kampung Nelayan Modern (Kalamo) Biak, Papua menatap peluang ekspor tuna langsung ke berbagai negara. Optimisme kampung nelayan yang diinisiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini muncul setelah Koperasi Samber Binyeri atau pengelola Kalamo menandatangani perjanjian kerjsama (PKS) PT Perikanan Nusantara Jaya, PT  PINDAD International Logistik (PIL)  dan PT Pelindo.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo mengungkapkan, “Alhamdulillah, Kalamo Biak menunjukkan progres yang semakin bagus dan bersiap untuk bisa ekspor produk tuna."

Budi pun menjelaskan, Samudra Ulam kini juga tengah membangun fasilitas UPI pengolahan fillet tuna dengan brand "Nusa Tuna" berkapasitas 300 ton perbulan dan siap beroperasi pada Juni mendatang. Dikatakannya, Kalamo juga semakin lengkap dengan kesepakatan PT  PINDAD International Logistik (PIL) dan PT Pelindo yang akan memanfaatkan lahan di area pelabuhan untuk digunakan sebagai Unit Pengolahan Ikan (UPI) penanganan produk. 

Pembangunan UPI tersebut bagian dari kemitraan Ditjen PDSPKP dan PT Pindad International Logistik serta Sinergi BUMN antar PT Pindad dan PT Pelindo. "Untuk yang PT PIL sudah ground breaking dan targetnya selesai bulan Juli 2024," jelas Budi.

Sehingga dalam hal ini, Budi memastikan UPI memenuhi prinsip Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) dalam proses pendaratan ikan di Pelabuhan Pelindo sebagai wilayah kerja Pelabuhan Perikanan Pandoi. Rencananya, UPI penanganan ikan ini akan dilengkapi fasilitas berupa bangunan proses (ruang pilah, timbang, pembersihan, packaging, administasi dan stuffing) berkapasitas proses 750 ton per minggu. Kemudian bangunan gudang (gudang penerimaan) kapasitas 200 ton, 100 plugging container yard, 100 container empty yard, listrik 1 megawatt. 

Tak hanya itu, ada juga layanan sandar bongkar dan jasa pengiriman. Budi mengatakan, target awal penanganan produk ikan dari 43 kapal penangkap ikan berizin nasional serta 1 kapal berizin daerah sebelum dikirim ke Surabaya dan Jakarta menggunakan moda kapal angkut container dari pelabuhan Pelindo 4 regional Biak.

"Untuk proses yang akan dilakukan di UPI antara lain sortasi, grading, timbang, packaging dan stuffing di container," jelas Budi.

Budi pun pernah mengatakan, KKP telah menggandeng Marine Stewardship Council (MSC), yaitu organisasi non-pemerintah yang turut mendorong pasar produk seafood berkelanjutan, terutama tuna. Salah satu poin yang disinergikan adalah sertifikasi MSC untuk memastikan keberlanjutan stok dan dampak ekosistem yang minimum, serta sertifikasi chain of custody (CoC) untuk memastikan dan menelusuri produk bersertifikasi berasal dari sumber perikanan berkelanjutan.

"Sertifikasi CoC bisa dipenuhi unit pengolah ikan (UPI) jika mereka mengimplementasikan STELINA atau sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional," tutur Budi.

Tak hanya itu, Budi menegaskan komitmen KKP dalam memasarkan produk tuna berkelanjutan. Seperti saat berpartisipasi dalam Seafood Expo North America (SENA) 2024 di Amerika Serikat dan Seafood Expo Global (SEG) 2024 di Spanyol, produk tuna yang dipamerkan telah tersertifikasi dan mengimplementasikan prinsip ketertelusuran dan keberkelanjutan.

Hasilnya, pengunjung SENA terpikat dengan tuna Indonesia yang ditunjukkan dengan capaian nilai transaksi potensial tuna sebesar 50,45% atau USD29,50 juta dari total nilai USD58,47 juta selama SENA 2024. Adapun di SEG nilai potensial transaksi tuna sebesar 21,62% atau USD13,79 juta dari total nilai USD63,8 juta.

Sekedar catatan bahwa kolaborasi di Kalamo ini melibatkan 11 mitra bisnis yang terdiri dari BUMN dan swasta. Ground breaking dilakukan pada Sabtu, 11 Mei 2024 dan dihadiri Pj Bupati Biak, Dirut PIL Pindad, GM Pelindo Regional IV Biak dan Dirjen PDSPKP.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengubah wajah kampung nelayan tradisional menjadi modern dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendorong produktivitas dan kompetensi masyarakat. Kampung Nelayan Modern berada di Desa Samber-Binyeri, Distrik Yendidori. Lokasinya berjarak 40an menit perjalanan darat dari Bandara Utara Internasional Frans Kaisiepo Biak.

Indonesia sendiri merupakan produsen tuna terbesar di dunia dengan jumlah produksi sekitar 19,1% dari total pasokan tuna dunia. Jumlah produksi tersebut meningkatt dan mencapai 1,5 juta ton pada tahun 2023. Nilai ekspor tuna Indonesia (termasuk cakalang dan tongkol) pada tahun 2023 sebesar USD 927.2 juta atau 16,47% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia. 

 

BERITA TERKAIT

Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup Dukung Transformasi Hijau Berkelanjutan

NERACA Jakarta- Berdasarkan keseluruhan mekanisme pengelolaan dana lingkungan hidup yang terintegrasi, maka diharapkan BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup) dapat…

Manfaatkan Pasar Ekspor di Kawasan Afrika

NERACA Tengerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengajak pelaku usaha memanfaatkan pasar ekspor di kawasan Afrika. Sejumlah produk makanan dan minuman,maupun…

IA-CEPA Salah Satu Instrumen Majukan Sektor Perdagangan Internasional

NERACA Tangerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney bekerja sama dengan Indonesia Business Council (IBC)…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup Dukung Transformasi Hijau Berkelanjutan

NERACA Jakarta- Berdasarkan keseluruhan mekanisme pengelolaan dana lingkungan hidup yang terintegrasi, maka diharapkan BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup) dapat…

Manfaatkan Pasar Ekspor di Kawasan Afrika

NERACA Tengerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengajak pelaku usaha memanfaatkan pasar ekspor di kawasan Afrika. Sejumlah produk makanan dan minuman,maupun…

IA-CEPA Salah Satu Instrumen Majukan Sektor Perdagangan Internasional

NERACA Tangerang – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney bekerja sama dengan Indonesia Business Council (IBC)…