Saat Perjalanan Mudik - Pembesaran Prostat Tak Dianjurkan Konsumsi Minum Manis

Mudik sehat, aman dan nyaman tidak hanya disiapkan dari infrastruktur jalan tetapi juga perlu diperhatikan kesiapan dan kesehatan para pemudik. Apalagi perjalanan jauh ke kampung halaman memerlukan ekstra tenaga, sehingga stamina fisik perlu dijaga dan tidak memaksakan diri bila fisik kurang sehat. Namun para pemudik yang memiliki masalah pembesaran prostat tidak dianjurkan oleh para urolog untuk mengonsumsi minuman manis selama di perjalanan karena dapat berdampak buruk pada kondisi kantung kemih.“Bagi pemudik penderita pembesaran prostat, selama dalam perjalanan hal yang harus diperhatikan pertama adalah menghindari minuman yang menyebabkan frekuensi kantung kemihnya meningkat,” kata Dokter Spesialis Urologi Rumah Sakit Abdi Waluyo dr.Samycha Jusuf, Sp.U di Jakarta, kemarin.

Dirinya menuturkan, dalam perjalanan mudik, waktu untuk buang air kecil akan sangat terbatas sehingga menyebabkan banyak orang terpaksa untuk menahannya. Akibatnya, orang yang menahan buang air tersebut akan berisiko lebih tinggi terkena infeksi. Jika hal tersebut dilakukan dalam waktu yang panjang, dia khawatir seseorang akan terkena gangguan fungsi ginjal karena adanya pembengkakan.

Maka dari itu, dia menganjurkan agar penderita menghindari minuman manis seperti teh dan kopi yang dapat meningkatkan frekuensi berkemih atau ingin buang air kecil semakin meningkat terutama pada waktu malam hari.“Jangankan waktu lebaran, saat bulan puasa pun dengan menggunakan teh, itu pasti frekuensi berkemih malamnya saja sudah meningkat,” ujar Samycha.

Selanjutnya, hal yang sebisa mungkin harus dihindari oleh penderita pembesaran prostat adalah mengonsumsi obat-obatan yang berlawanan dengan jenis alpha blocker. Misalnya obat flu yang dijual bebas karena akan melawan terapi yang sedang diberikan hingga menyebabkan pemberatan gejala.

Mudik ramah bagi penderita prostat, Kepala Departemen Urologi Rumah Sakit Abdi Waluyo dr. Rochani, Sp.B, Sp.U(K) menyarankan agar pemerintah dan pengelola jalan tol untuk lebih memperhatikan banyaknya jumlah tempat istirahat bagi pemudik yang akan melintas di jalur yang dilewati. Kedua pihak, katanya, harus dapat memahami bahwa toilet harus tersedia setidaknya setiap jarak 50 kilometer di jalan yang dilewati pemudik.

Sebab, rata-rata orang butuh waktu empat jam sekali untuk buang air kecil.“Pemerintah kita imbau untuk mudik lebaran lebih memperhatikan ini. Apalagi yang WC perempuan, itu bisa antre sampai 100 orang akhirnya ngompol di jalan, itu sudah enggak bisa diatasi memang. Sulit sekali jutaan orang harus bepergian, sedangkan WC-nya enggak mencukupi,” kata Rochani.

Dokter Spesialis Urologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) dr. Adistra Imam Satjakoesoemah, Sp.U, FICS membenarkan, obat flu yang dikonsumsi penderita akan berlawanan dengan terapi yang diberikan dokter untuk melancarkan keluarnya air kencing dari kantung kemih.

Dengan mengonsumsi obat-obatan seperti obat flu tadi, banyak pasien dalam kasus yang dirinya tangani datang ke IGD dan mengeluh mengalami keluarnya air kecil secara tidak lancar.“Jadi sebenarnya obatnya simpel, tinggal stop obat flu, sama dikasih alpha blocker tadi, kalau tidak mempan tinggal dioperasi. Jadi mohon dicatat obat flu jangan dikonsumsi,” kata Adistra.

 

Terapi Water Vapor

Menurutnya, terapi minimal invasif berupa water vapor thermal therapy dapat membantu upaya penyembuhan pembesaran prostat menurut dokter spesialis urologi."Water vapor thermal therapy merupakan benchmark tertinggi yang ada di dunia saat ini untuk pengobatan pembesaran prostat. Terapi ini menggunakan frekuensi radio untuk menciptakan energi dalam bentuk uap air," kata dr. Adistra.

Disampaikannya, water vapor thermal therapy dilakukan dengan menyuntikkan uap air ke dalam prostat. Tindakan tersebut akan menimbulkan kematian jaringan prostat sehingga prostat bisa mengecil. Menurutnya, terapi tersebut direkomendasikan bagi pasien dengan ukuran prostat tidak terlalu besar, berkisar 30 sampai 80 ml.

Dia menjelaskan, water vapor thermal therapy dapat dilakukan dalam waktu 15 hingga 20 menit saja. Risiko pasien bisa merasakan nyeri, pendarahan, infeksi dan komplikasi akibat operasi pun minim. Demikian pula kemungkinan terjadi gangguan fungsi ejakulasi dan ereksi.

Adistra mengatakan, water vapor thermal therapy dapat membantu mengatasi ketergantungan terhadap obat pembesaran prostat yang biasanya harus diminum seumur hidup dan menimbulkan berbagai konsekuensi seksual."Tujuan akhir yang diharapkan adalah pasien bisa terbebas dari obat, kualitas hidup pasien lebih meningkat, dan angka kekambuhan yang relatif minimal," katanya.

Dia menekankan bahwa penggunaan terapi tersebut harus dilakukan berdasarkan asesmen dari para dokter ahli. Jika pembesaran prostat sudah parah, dia melanjutkan, maka dokter dapat memberikan pilihan terapi lain seperti operasi laser prostat."Thilium merupakan salah satu jenis laser terkini di dunia. Dengan laser itu dapat dilakukan berbagai macam teknik operasi laser prostat seperti teknik enukleasi, yakni memisahkan daging prostat dengan kulit atau kapsul prostat, yang dinamakan Thulium Laser Enucleation of the Prostate atau ThuLEP ataupun Thulium Fiber Laser (ThuFLEP),"jelasnya.

Selain itu, menurut dia, ada pula teknik operasi yang disebut vaporeseksi Thulium Vaporesection of the Prostate (ThuVARP). Adistra menjelaskan, pembesaran prostat merupakan jenis penyakit yang umum terjadi pada pria berusia di atas 50 tahun. Pada pria dalam kelompok umum itu, insiden kasus pembesaran prostat hampir 50%."Prostat pada dasarnya merupakan organ seksual pria. Oleh karena itu, segala pengobatan gangguan prostat dapat menimbulkan gangguan fungsi seksual pada pria," katanya.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…