Implementasi IEV dan IEP Redam Harga Tak Wajar

Praktisi pasar saham dan Co Founder @ngertisaham, Frisca Devi Choirina menilai, implementasi fitur Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) dalam sistem perdagangan saham dapat meningkatkan transparansi dan meredam pembentukan harga saham yang tidak wajar.

Menurutnya, langkah ini merupakan progres positif dalam meningkatkan transparansi dan efisiensi perdagangan saham, serta akan membantu mengurangi ketidakpastian harga saham yang seringkali dialami oleh investor, khususnya yang baru terjun ke dunia pasar modal.“Sebenarnya dua hal itu (IEP dan IEV) sudah diberlakukan dari jauh hari di saat pre-opening dan pre-closing. Hal ini saya lihat tujuannya adalah untuk meredam pembentukan harga yang tidak wajar,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, melalui mekanisme IEP dan IEV, menurutnya, perilaku Herding Behaviour dan Fear of Missing Out (FOMO) dalam membeli saham dapat diminimalisir, terutama untuk investor ritel pemula. “Mekanisme ini kan sebenarnya prinsipnya sama seperti di pasar-pasar tradisional pada umumnya, investor bisa melihat harga pasar dan bisa melakukan tawar menawar, sampai akhirnya bertemu harga yang match. Jadi IEP dan IEV ini akan menarik harga saham ke equilibrium-nya. Ketika harga equilibrium sudah terbentuk, ya nanti terserah investornya mau jadi beli atau tidak,”kata Frisca.

Disampaikannya pula, peran IEV dan IEP dalam papan pemantauan khusus Full Call Auction (FCA), yang mana secara positif dapat meredam atau meminimalisir pembentukan harga yang tidak wajar. Dirinya berharap sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ke depan dapat ditingkatkan, sehingga akan semakin melindungi investor ritel khususnya investor pemula dan membuat pasar modal Indonesia semakin inklusif ke depan.“Dan harapannya aturan-aturan yang bagus lainnya di bursa-bursa negara maju dapat diimplementasikan juga di BEI secara bertahap,” ujar Frisca.

 

BERITA TERKAIT

BEI Sebut 17 Perusahaan Aset Besar Antre IPO

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 17 perusahaan beraset skala besar berada dalam antrean (pipeline) untuk melangsungkan initial public…

Transcoal Pacific Jual Dua Unit Kapal Rp24 Miliar

Remajakan armada kapal, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mengungkapkan telah menjual aset, berupa dua unit kapal, masing-masing bernama, Kapal Motor…

Nusa Konstruksi Bidik Kontrak Baru Rp1,9 Triliun

Di tahun 2025, PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) membidik kontrak baru sebesar Rp1,6-1,9 triliun. Target tersebut naik 25% dari…

BERITA LAINNYA DI

HUT KPR KE-48, BTN Tawarkan Bunga 3,48%

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menggelar BTN Properti Expo 2024 sebagai bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT)…

Lagi, TIM Borong Saham BLES Rp153,76 Miliar

Pertimbangan investasi, Transcorp Investama Mulia (TIM) sebagai salah satu  pemegang saham PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES)  kembali membeli saham…

BYAN Tebar Dividen Interim US$ 300 Juta

Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) berencana membagikan dividen interim untuk tahun buku yang berakhir…