Ada Apa di Kuala Linggi?

Oleh: Siswanto Rusdi

Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

 

Dalam dunia persepakbolaan, dikenal istilah brace untuk menggambarkan seorang pemain yang bisa mencetak dua gol dalam sebuah laga. Dalam bisnis kepelabuhan negeri jiran Malaysia, istilah ini dapat juga disematkan. Tentu saja dalam konteks yang berbeda. Bila brace dalam pertandingan sepak bola berlaku dalam satu kali tanding, dalam sektor pelabuhan bumi “Singa Malaya” ceritanya sedikit lain: selangnya setahun. Demikianlah yang saya catat. Sebelum Kuala Linggi, otoritas kepelabuhan di salah satu negeri di sana mengungkapkan rencana pengembangan pelabuhan di Pulau Carey atau Carey Island yang disebut-sebut bakal melambungkan fasilitas eksisting di sana.

Sekadar catatan. Proyek Pulau Carey ditaksir akan menelan biaya sebesar RM 28 miliar atau sekitar Rp 90 triliun lebih. Proyek ini akan membangun Carey Island dengan fasilitas kepelabuhanan, terminal peti kemas dan konvensional, dari nol alias greenfield. Sayang, tidak ada informasi dari mana duit sebanyak itu berasal. Dari sisi kapasitas terminal, rencananya terminal-terminal yang akan dibangun di Pelabuhan Carey Island akan memilik kapasitas terpasang sebesar 30 juta twenty foot equivalent unit atau TEU untuk terminal peti kemas. Dan 20 juta ton untuk terminal konvensional – terminal yang melayani bongkar muat komoditas curah kering (dry bulk), barang dalam kemasan kantong, karung atau bag dan lain sebagainya.

Sementara itu, dari sisi spesifikasi lokasi, bakal pelabuhan baru itu masih berada di kawasan Pelabuhan Klang. Untuk diingat, saat ini di pelabuhan ini terdapat terminal Northport, Westport dan Southport. Pembangunan dermaga Carey akan menggabungkan seluruh dermaga di ketiga terminal yang disebutkan tadi dan itu artinya akan ada lebih kurang 15 km total panjang dermaga. Bolehlah disebut pengembangan Pelabuhan Pulau Carey akan mengubah peta (game changer) bisnis kepalabuhan kawasan Asia Tenggara, atau, paling tidak, di Semenanjung Malaysia.

Lantas, bagaimana dengan pembangunan Pelabuhan Kuala Linggi? Sekilas soal lokasinya. Pelabuhan ini terletak di Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Dengan rencana pengembangan yang ada, Malaysia nampak sekali ingin mengeksplorasi posisi strategisnya yang dekat selat penting itu dengan maksimal. Sedikit berbeda dengan kita di Indonesia. Padahal, kita juga memiliki beberapa pelabuhan di sepanjang Selat Malaka, Pelabuhan Dumai salah satunya. Namun, ia belum sepenuhnya dikembangkan untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari sana. Mudah-mudahan pemerintah dan operator pelabuhan domestik segera menggarap potensi Pelabuhan Dumai.

Kembali ke pembangunan/pengembanganakan Pelabuhan Kuala Linggi. Direncanakan, pelabuhan ini akan dilengkapi dengan fasilitas tangki penyimpanan LPG dan LNG, galangan kapal, tempat pabrikasi industri berat, area penanganan kargo, dermaga dan fasilitas pergudangan. Peletakan batu pertama proyek sudah dilakukan oleh Ab. Rauf Bin Yusoh, Ketua Menteri Malaka pada 23 Januari lalu. Sementara itu, Noormustafa Kamal Yahya, Chairman Kuala Linggi Internasional Port (KLIP) berharap nantinya pelabuhan ini dapat menjadi pusat maritim kelas dunia.

Kerja-kerja sipil/konstruksi pembangunan pelabuhan swasta dijadwalkan selesai pada 2027 dan diperkirakan mampu menciptakan sekitar 10,000 lapangan kerja. Pembangunan KLIP akan menelan biaya senilai 3,2 miliar dollar AS atau setara 49 trilyun rupiah lebih. Sayang, tidak ada informasi dari mana duit sebanyak itu berasal. Isu ini tentulah tidak menjadi persoalan. Untuk proyek sepenting dan sebesar itu, yang pengumumannya disampaikan oleh seorang menteri, pastilah masalah pendanaan sudah clear.

Berkaca dari pengembangan Pelabuhan Tanjung Pelepas di Johor Baru, Malaysia punya pengalaman dalam bidang financial engineering bagi pembiayaan pelabuhan. Kala itu, salah satu strategi pembiayaan pembangunan pelabuhan adalah dengan menggandeng pelayaran global. Mereka diberi saham atas Pelabuhan Tanjung Pelepas jika menanamkan investasi di sini. Kini, Pelabuhan Tangjung Pelepas (PTP) merupakan salah satu hub di kawasan Asia Tenggara bersama dengan Pelabuhan Singapura.

Bagaimana dengan Indonesia? Menjawab pertanyaan di atas terasa rada sulit. Pasalnya, dari berbagai proyek pengembangan pelabuhan (peti kemas atau konvensional), baik yang sudah beroperasi maupun yang sedang dikerjakan, rata-rata berkapasitas kecil; tidak layak disandingkan dengan Pelabuhan Kuala Linggi. Tetapi, bisa saja setelah Pemilu 2024 nanti ada terobosan. Semoga.

BERITA TERKAIT

IPPP 2024 Bukti Kepercayaan bagi RI

     Oleh : Adib Prasetya Pengamat Hubungan Internasional     Sidang Indonesia-Pacific Parliamentary Partnership (IPPP) atau forum parlemen Indonesia dengan…

Berkolaborasi Upaya Kerek PDB

  Oleh: Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Benar, bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu penopang…

Harga Migor Naik, Beban Ekonomi Kian Berat

  Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP Pengamat Kebijakan Publik   Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng (Migor) Minyakita mengalami kenaikan…

BERITA LAINNYA DI

IPPP 2024 Bukti Kepercayaan bagi RI

     Oleh : Adib Prasetya Pengamat Hubungan Internasional     Sidang Indonesia-Pacific Parliamentary Partnership (IPPP) atau forum parlemen Indonesia dengan…

Berkolaborasi Upaya Kerek PDB

  Oleh: Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Benar, bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu penopang…

Harga Migor Naik, Beban Ekonomi Kian Berat

  Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP Pengamat Kebijakan Publik   Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng (Migor) Minyakita mengalami kenaikan…