Oleh : Ahmad Febriyanto, Mahasiswa FEB Islam UIN, Sunan Kalijaga Yogyakarta
Hari kemerdekaan selalu menjadi momentum terbaik untuk menilik kembali sejarah perjalanan bangsa. Pemaknaan hari kemerdekaan secara luas tidak cukup hanya mengacu pada pembebasan bangsa atas hak dan keadilan dari bangsa lain. Konseptualisasi kemerdekaan juga menuntut adanya proses pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Hal serupa dituliskan jelas oleh para pendiri negara melalui Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pembukaan alinea 4 diantaranya menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya fokus utama pembangunan bangsa tidak hanya mengacu pada konteks infrastruktur atau tata negara, namun juga mengacu pada sumber daya manusia.
Secara teoritis, dijelaskan bahwa SDM menjadi bagian utama dalam sebuah organisasi. Dengan demikian lebih luas dalam konteks bangsa maka SDM juga akan dikatakan sebagai aset vital. Selaras dengan hal tersebut, Ir. Soekarno memberi gambaran jelas melalui kalimat “beri aku 1000 orang tua maka akan aku cabut mahameru, beri aku 10 pemuda maka akan aku guncangkan dunia.”
Sejumlah fakta tersebut memperjelas pentingnya sumber daya manusia bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa awal kemerdekaan Indonesia juga diprakarsai dengan lahirnya sumber daya manusia yang berpendidikan dan kritis atas segala fenomena yang terjadi. Serupa dengan hal tersebut, memaknai 78 tahun kemerdekaan Indonesia juga menjadi penting untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki tingkat intelektualitas tinggi.
Sebab, konsepsi Indonesia emas pada 2045 akan bersamaan dengan peningkatan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 70% dan jumlah penduduk usia tidak produktif (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) sebesar 30% atau disebut bonus demografi. Melihat bonus demografi melalui dua sudut pandang (keuntungan dan risiko), merupakan hal yang sangat penting untuk memaknai bonus demografi.
Secara keuntungan bonus demografi akan mengindikasikan bahwa adanya peningkatan tenaga kerja produktif yang dapat meningkatkan perekonomian dan kemakmuran negara, sebagaimana Korea dan Jepang. Meskipun demikian, menilik pada Brazil dan Afrika Selatan, adanya bonus demografi justru menjadikan peningkatan pengangguran.
SDM Indonesia
Belajar dari dua sudut pandang tersebut, maka pemanfaatan bonus demografi akan menjadi syarat utama untuk mendapat keuntungan atas hal tersebut. Generasi 100 tahun Indonesia merdeka menunjukkan bahwa SDM tersebut pada saat ini berada pada kisaran usia 5 hingga 30 tahun. Pada rentang usia tersebut seorang individu akan berada pada rentang usia pendidikan (SD hingga perguruan tinggi). Artinya memanfaatkan bonus demografi akan berkaitan erat dengan pendidikan saat ini untuk SDM 100 tahun Indonesia merdeka.
Jika diibaratkan dengan investasi, maka seorang investor perlu mempertimbangkan return pada masa yang akan datang atas investasi yang dilakukan saat ini. Serupa dengan hal tersebut, maka SDM seperti apa yang kemudian diinginkan ada pada tahun 2045 merupakan perwujudan atas pendidikan yang dilakukan saat ini. Secara komprehensif, pendidikan tidak hanya mengacu pada aspek teoritis dan praktis, melainkan juga berkorelasi dengan nilai budaya dan nasionalisme sebagai bangsa Indonesia.
Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai perwujudan atas kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan yang memadai dan layak bagi seluruh anak bangsa akan menjadi kunci memaknai kemerdekaan Indonesia, untuk saat ini atau nanti 100 tahun Indonesia merdeka. Namun, perlu diingat bahwa pendidikan tidak hanya mengacu atas nilai hitam di atas putih, melainkan kemampuan individu atau SDM dalam menghadapi setiap fenomena dan memberi solusi atas problema yang ada.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa nilai merupakan serangkaian pencapaian, namun implementasi atas keilmuan yang didapat juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Lebih lanjut, bahwa konteks pendidikan tidak hanya mengacu pada akademis atau materi, melainkan juga pada aspek non-akademis. SDM yang unggul tidak berarti seluruh anak bangsa harus menjadi presiden, melainkan menjadi dan menjalani setiap profesi yang dimiliki dengan ‘profesional’. Arti kata profesional juga dapat dimaknai sebagai ahli atau keahlian seorang individu terkait suatu hal yang dapat dikerjakan.
Memanfaatkan Digital
Selanjutnya, pendidikan dalam pembentukan SDM juga terus bertransformasi seiring dengan perkembangan zaman. Pada era ini pendidikan memiliki aksesibilitas yang tidak terbatas. Artinya seluruh ilmu pengetahuan dapat diakses secara real time online dengan digital. Perubahan tersebut juga memberi indikasi dualisme atas manfaat digital bagi pembangunan SDM.
Pemanfaatan digital dalam konteks pendidikan guna pembangunan SDM akan semakin mempermudah proses mendapatkan informasi, materi, hingga hasil penelitian. Sisi lain, keterbukaan tersebut juga dapat menjadikan kesalahan akses situs-situs tertentu. Sebab memang tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat akan selalu berkaitan dengan risiko atas manfaat yang ditawarkan.
Sehingga memaknai pendidikan untuk pembangunan SDM tidak hanya pada batas mendidik melalui sekolah atau bangku pendidikan. Keterbukaan informasi melalui digital mengindikasikan bahwa proses pembelajaran akan dilakukan secara real time online. Mempersiapkan moral dan akhlak generasi penerus bangsa akan menjadi penting untuk membekali proses pembelajaran tersebut.
Meskipun, pembangunan SDM pada dasarnya akan menjadi lebih komprehensif sebab tidak hanya akan menyangkut pendidikan bagi suatu generasi. Namun, melalui aspek pendidikan, SDM yang unggul dapat tercipta. Peningkatan pendidikan dalam mempersiapkan SDM unggul juga merupakan langkah tepat sasaran dalam mengisi 78 tahun Indonesia merdeka.
Langkah meningkatkan pendidikan tidak hanya mengacu pada mengisi kemerdekaan hari ini melainkan juga 100 tahun Indonesia merdeka. Sebagaimana diibaratkan seperti melakukan investasi, maka investasi yang diberikan saat ini diharapkan akan memberikan peningkatan nilai pada masa yang akan datang. Sehingga kemerdekaan tidak hanya dimaknai dengan menilik kembali perjuangan para pendiri bangsa, melainkan mengingat dan mengimplementasikan pesan para pendiri bangsa kepada anak cucu tercinta.
Oleh: Pande K. Trimayuni, Sekjen DPP Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, pada Jumat…
Oleh: Indah Hapsari, Pengamat Kebijakan Publik Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam membangun pemerataan akses energi melalui pelaksanaan…
Oleh: Marinus Imbenai, Pemerhati Lingkungan Hutan Raja Ampat dikenal sebagai salah satu kawasan terindah di Indonesia, dengan…
Oleh: Pande K. Trimayuni, Sekjen DPP Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, pada Jumat…
Oleh: Indah Hapsari, Pengamat Kebijakan Publik Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam membangun pemerataan akses energi melalui pelaksanaan…
Oleh: Marinus Imbenai, Pemerhati Lingkungan Hutan Raja Ampat dikenal sebagai salah satu kawasan terindah di Indonesia, dengan…