Berdasarkan hasil kajian Global Save The Children (2020), ternyata 40% orangtua tidak melakukan apa pun untuk melindungi anaknya saat berselancar di internet. Alasan bahwa sebagian orangtua masih gaptek dan tidak memahami internet, muncul saat diriset. Tapi membiarkan anak bebas berselancar tanpa didampingi orangtua, berisiko terpapar perundungan di jagat maya alias cyberbullying.
”Ini tak bisa dibiarkan. Kalau ingin tumbuh kembang anak positif, juga banyak prestasi di sekolah dan karier, orangtua harus belajar kecakapan digital. Dampingi anak saat mengakses internet dan batasi waktunya. Tak boleh over time. Orangtua mesti mengendalikan dan memberi pengertian bahaya keamanan digital pada anak sedini mungkin,” ujar Rio Alief Radhanta, musisi dan pegiat literasi digital dalam diskusi di Madiun Jawa Timur, Sabtu (58).
Senada dengan Rio Alief, penyanyi dan selebgram Nelly Carey menyebut, pentingnya batasan waktu saat anak mengakses internet menjadi kunci penting agar anak aman dari paparan negatif dan efek buruk ruang digital. Bila perlu, saat mendampingi, anak dibiasakan minta izin ketika hendak menginstal aplikasi baru di gadgetnya. Beri pengertian anak hanya menggunakan aplikasi dan membuka media sosial yang bermanfaat.”Selain memberi batas waktu saat berselancar di internet, orangtua tetap perlu membiasakan anak berinteraksi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat. Sehingga, pertumbuhan sosial anak tetap wajar sesuai perkembangan usia dan lingkungan. Ini kunci sukses tumbuh kembang anak di keluarga, sekolah, juga di masyarakat,” urai Nelly Carey.
Influencer, Tya Yustia mengatakan, selain berpotensi menjadi korban, pendampingan terhadap anak di dunia maya diperlukan untuk menjaga agar anak tak terlibat melakukan cyberbullying pada temannya. Misal, kata Tya, tidak memperolok, merendahkan, dan mengajak teman lain untuk memojokkan teman yang tak kita suka. ”Itu bisa bikin teman yang di-bully depresi dan tak mau bergaul di sekolah atau lingkungan sosial. Hormati sesama teman di ruang digital, saling berbagi ilmu dan hal positif. Karena tak boleh ketinggalan dari anak, maka meningkatkan kecakapan digital merupakan hal wajib buat guru dan orangtua,” tegas Tya Yustia.
Praktisi Teknologi Informasi dan Komunikasi, Moh. Rouf Azizi mengingatkan, hal lain yang mesti dijaga saat anak mengakses ruang digital adalah godaan phising. Mudah terayu iming-iming hadiah, lalu memberikan data pribadi. ”Pengawasan dan penyaringan orangtua juga diperlukan terkait akses pada pornografi. Kenapa? Karena pelecehan dan kekerasan seksual pada anak di ruang digital cukup besar angkanya. Itu semua bisa dicegah kalau orangtua terus menjadi teman dan pendamping saat anak mengakses internet,” kata Rouf Azizi.
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan sekitar 20 ribu debitur UMKM sudah…
NERACA Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan tengah menghitung dampak dari stimulus Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan Jaminan…
NERACA Jakarta – Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan merilis serangkaian stimulus…
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan sekitar 20 ribu debitur UMKM sudah…
NERACA Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan tengah menghitung dampak dari stimulus Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan Jaminan…
NERACA Jakarta – Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan merilis serangkaian stimulus…