Terdampak Inflasi - Kinerja Keuangan Unilever Ikut Terkoreksi

NERACA

Jakarta – Di paruh pertama 2023, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) membukukan laba sebesar Rp 2,75 triliun atau turun 19,6% dibandingkan priode yang sama tahun lalu Rp 3,43 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan belum diaudit di Jakarta, kemarin.

Penurunan laba ini turut dipicu oleh penurunan pada penjualan bersih di semester pertama. Selama periode ini, UNVR mengakumulasi pendapatan bersih sebesar Rp20,29 triliun atau 5,5% lebih rendah daripada priode yang sama tahun 2022 sebesar Rp21,46 triliun. Tren penurunan sepanjang semester I/2023 juga terlihat secara kuartalan. Pada kuartal II/2023, penjualan bersih UNVR bertengger di Rp9,68 triliun atau turun 8,6% dibandingkan dengan kuartal I/2023 sebesar Rp10,60 triliun.

Capaian pada kuartal II/2023 juga lebih rendah 8,8% daripada kuartal II/2022 sebesar Rp 10,62 triliun. Kinerja kuartal kedua yang melemah daripada kuartal sebelumnya disebabkan oleh penjualan segmen home and personal care (HPC) yang turun 5,8% quarter-on-quarter (QoQ). Segmen food and refreshment (FnR) juga tercatat turun 13,8% QoQ.

Dari sisi bottom line, periode April—Juni 2023 menyumbang laba bersih sebesar Rp1,35 triliun atau turun 3,6% daripada kuartal I/2023 sebesar Rp1,40 triliun. Presiden Direktur Unilever Indonesia, Ira Noviarti mengatakan, perusahaan tetap optimistis menghadapi pasar ke depan, tetapi dengan sejumlah catatan. “Kami memahami bahwa inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen, hal ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa kuartal ke depan. Terlepas dari perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini, kami memiliki optimisme terhadap pasar FMCG Indonesia secara jangka panjang. Oleh karena itu, kami akan terus beradaptasi untuk memastikan bahwa bisnis kami selalu kompetitif,”ujarnya.

Disampaikannya, Unilever tetap bisa mempertahankan pangsa pasar secara volume sebesar 31,3% pada semester I/2023, meskipun penjualan mengalami penurunan. Torehan kinerja pada paruh pertama 2023 yang terkoreksi dia sebut merupakan efek dari tutupnya beberapa pemain B2B dan B2C e-commerce pada akhir tahun lalu. “Sejak September 2022 pertumbuhan kanal daring melambat karena penutupan layanan sejumlah pemain. Untuk segmen B2C juga cenderung merevisi target pertumbuhannya. Padahal kontribusi bisnis ini terhadap penjualan daring kami hampir sepertiganya,” kata Ira.

Faktor lain yang memicu penurunan penjualan pada kuartal II/2023 maupun sepanjang semester I/2023 adalah basis harga jual yang cenderung lebih tinggi pada 2022. Sebagaimana diketahui, Unilever menerapkan sejumlah penyesuaian harga sebagai respons atas tingginya inflasi dan kenaikan harga komoditas bahan baku imbas dari memanasnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Kenaikan harga jual yang diterapkan UNVR saat itu berkisar di 14—15% dan ditempuh untuk meminimalisir tekanan pada laba.

BERITA TERKAIT

Ramayana Bagikan Dividen Rp355,8 Miliar

NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…

Data Positif Warnai Kapitalisasi Pasar BEI Sepekan

NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…

Dana Asing Keluar Pasar Saham Rp50,72 triliun

NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Ramayana Bagikan Dividen Rp355,8 Miliar

NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…

Data Positif Warnai Kapitalisasi Pasar BEI Sepekan

NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…

Dana Asing Keluar Pasar Saham Rp50,72 triliun

NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…

Berita Terpopuler