Kawal Ekspor Pakan Ikan Hias Berbahan Cacing ke Jepang

NERACA

Bandung - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepas ekspor 11,6 ton pakan ikan hias beku ke Jepang. Produk bernilai tinggi ini dihasilkan dari bloodworms (cacing darah), tubifex (cacing sutra) dan daphnia (zooplankton) yang banyak tersedia di persawahan dan sungai di Bandung yang diolah menjadi pakan ikan berkualitas.

"Alhamdulillah, sudah dilakukan pelepasan ekspor pakan ikan hias ke Jepang. Tentu ini menunjukkan bahwa kita juga bisa dan mampu memproduksi pakan ikan berkualitas," kata Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Bandung, AA Gede Eka Susila di Bandung.

Agung mengatakan ekspor senilai Rp1,5 miliar tak hanya berdampak bagi eksportir, yakni PT. Kyorin Group Indonesia. Sebanyak 200 mitra petani ikan juga turut merasakan manfaat karena mereka mereka berperan sebagai supplier bahan baku produk pakan ikan ataupun biota air tawar lainnya.

"Ekspor ini merupakan kerja kolaborasi swasta dan para pembudidaya ikan dan kita support dari sisi quality assurance," terang Agung.

Atas keberhasilan ini, KKP melalui SKIPM Bandung turut mendorong perusahaan agar terus mengembangkan produk berteknologi tinggi yang dapat memperbesar skala usaha, mempercepat proses produksi dan memperbanyak penyerapan bahan baku dan tenaga kerja. Terlebih produk pakan ikan hias beku milik PT. Kyorin Group Indonesia sudah mampu bersaing secara kualitas dengan produk yang serupa dari negara lain seperti Tiongkok, Ukraina dan Rumania berdasarkan hasil uji laboratorium dari Jepang dan Amerika Serikat.

Frozen Fish Ornamental Feed antara lain Vitaclean Blood worm 100gr JP, Economical Blood Worm 100gr JP, Bio-pure Blood Worm 16oz US, Vitaclean Tubifex 100gr JP dan Bio-pure Tubifex 3.5oz US. Semua produk tersebut merupakan pakan ikan hias berkualitas tinggi untuk segmen menengah keatas yang ditargetkan akan diproduksi sebasar 300 ton pada tahun 2023.

"Produk ini termasuk pakan ikan hias terbaik untuk pasar ikan hias dunia. Sekali lagi ini membuktikan bahwa kita bisa dan mampu memproduksi pakan ikan bermutu dan berkualitas," tegas Agung.

Agung berharap keberhasilan ini memotivasi pelaku usaha lain. Menurutnya, peluang usaha produksi pakan ikan masih terbuka mengingat KKP menempatkan perikanan budidaya sebagai salah satu program prioritas.

"Ekspor ini juga menunjukkan peluang bahwa ekosistem perikanan sangat terbuka, tak harus ikut budidaya ikan, tapi juga dari produksi pakannya," jelas Agung.

Pelepasan ekspor dilakukan  bersama Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung di Kompleks Pemda Kabupaten Bandung – Soreang. 

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meminta jajarannya untuk memfasilitasi para pelaku usaha perikanan baik dalam pendampingan, sertifikasi, profiling potensi pasar. Selain itu, dia juga meminta BKIPM memperkuat peran sebagai quality assurance dari produk yang dihasilkan pelaku usaha.

Selain itu, implementasi Permen KP No 11 tahun 2019  tentang Pemasukan Media Pembawa dan/atau Hasil Perikanan telah memberikan dampak positif dengan hasil 35 Negara telah menerapkan Health Certificate (HC)  sesuai Permen tersebut. hal ini menggambarkan bahwa negara mitra telah mengakui Sistem Perlindungan Sumber Daya Ikan (SDI) dari hama dan penyakit ikan serta pemenuhan persyaratan mutu produk perikanan yang diterapkan di Indonesia.

Lebih lanjut, Trenggono menegaskan bahwa Indonesia harus bisa menjadi juara di perikanan budidaya, karena potensinya sangat besar.

“Ada lima komoditi unggulan yang menjadi fokus kita yaitu udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia. Kalau lima-limanya ini dalam waktu 5 sampai 10 tahun kita kuat, maka kita akan menjadi champion," ungkap Trenggono.

Adapun untuk mencapai target tersebut, KKP mengusung strategi kebijakan ekonomi biru berupa pengembangan budidaya laut, pesisir dan darat yang ramah lingkungan. Strategi ini bertujuan meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen dengan peran inovasi teknologi yang ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan bahan baku pakan dari luar negeri, serta menumbuhkan usaha-usaha turunan di hilir sektor perikanan.

Perikanan budidaya menurutnya masa depan perikanan Indonesia bahkan dunia, karena tren perikanan tangkap cenderung menurun dari tahun ke tahun. Sementara kebutuhan protein dunia diprediksi akan meningkat hingga 70 persen pada tahun 2050 sesuai data FAO.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kios Penjual Pupuk Nakal di Lumajang Ditutup

NERACA Lumajang — Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman menegaskan pihaknya akan melindungi petani dari praktik penjualan pupuk bersubsidi…

Swasembada Pangan, Jalan Menuju Kedaulatan dan Kemandirian Nasional

NERACA Jakarta – Pemerintah terus memperkuat komitmen dalam mewujudkan swasembada pangan sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi besar menuju kedaulatan…

Triwulan I-2025, 77 Ribu Pelaku Usaha Kelautan Perikanan Dapat Bantuan Kredit

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat realisasi Kredit Program sektor kelautan dan perikanan pada triwulan I 2025…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kios Penjual Pupuk Nakal di Lumajang Ditutup

NERACA Lumajang — Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman menegaskan pihaknya akan melindungi petani dari praktik penjualan pupuk bersubsidi…

Swasembada Pangan, Jalan Menuju Kedaulatan dan Kemandirian Nasional

NERACA Jakarta – Pemerintah terus memperkuat komitmen dalam mewujudkan swasembada pangan sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi besar menuju kedaulatan…

Triwulan I-2025, 77 Ribu Pelaku Usaha Kelautan Perikanan Dapat Bantuan Kredit

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat realisasi Kredit Program sektor kelautan dan perikanan pada triwulan I 2025…