Oleh: Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute
Operator kapal pesiar (cruise) asal Arab Saudi, Cruise Saudi, dilaporkan mengakuisisi kapal pesiar mewah World Dream. Sebelum dibeli oleh perusahaan yang didirikan pada 2021 itu, kapal tersebut dioperasikan oleh Dream Cruises, operator cruise anggota Genting Group, Malaysia. Setelah berpindah tangan ke operator Timur Tengah, kapal itu kini diberi nama baru Manara.
Kapal Manara dibeli dari pemilik pertamanya senilai US$330 juta pada Februari lalu dan akan didandani terlebih dahulu sebelum dilayarkan kembali untuk melayani para pelancong yang biasanya menggunakan kapal pesiar mewah untuk mengisi liburan mereka dalam musim panas tahun ini, dimulai sekitar Juni nanti. Tidak dijelaskan di galangan mana kapal itu akan di-refit. Sekadar catatan, kapal Manara/World Dream dibangun di Meyer Werft, Jerman, pada 2014 dan diluncurkan pada 2017.
World Dream didesain oleh Genting Group untuk pasar Asia. Adapun nama World Dream diberikan langsung oleh Cecilia Lim, istri CEO Genting, Lim Kok Thay. Sekadar pengingat, beberapa kapal penumpang yang dimiliki oleh PT Pelni seperti KM Lawit, KM Kambuna, dll, juga dibangun di galangan Meyer Werft.
Langkah Arab Saudi menyeriusi bisnis pelayaran kapal pesiar melalui pembelian kapal tersebut jelas menarik dikulik. Bukan karena negara ini pendatang baru dalam kancah bisnis kemaritiman dunia. Arab Saudi tercatat memiliki sejumlah pelabuhan yang menjadi sentra kegiatan bisnis minyak dan gas kelas dunia. Ada juga terminal peti kemas. Terminal peti kemas ini dijalankan oleh operator pelabuhan internasional asal Hong Kong, Hutchison Port Holdings. Terminal ini terletak di dalam pelabuhan King Abdul Aziz di Dammam.
Sementara itu, untuk bisnis pelayaran, negeri ini memiliki perusahaan pelayaran Bahri yang dulunya diberi nama National Shipping Company of Saudi Arabia. Lini bisnisnya meliputi pengangkutan minyak, bahan kimia, bulk cargo dan roll-on/roll-off. Perusahaan ini menggeluti sektor logistik dan ship management. Saat ini Bahri merupakan owner (pemilik kapal) very large crude carrier terbesar dunia. Jumlahnya mencapai 42 biji. Selain itu, ia juga pemilik kapal chemical terbesar se-Timur Tengah, sebanyak 35 unit. Ada juga armada multipurpose dan dry bulk carrier masing-masing 6 dan 5 unit.
Bisnis kapal pesiar? Nah, ini dia yang mengernyitkan jidat. Arab Saudi sejauh ini lebih menjadi konsumen. Artinya, warga negaranya kalau ingin melancong pakai kapal pesiar naik cruise yang dioperatori oleh pihak asing. Sepertinya ceruk pasar inilah yang ingin dimanfaatkan oleh Cruise Saudi. Pertanyaannya sekarang, apa hubungannya antara akuisisi World Dream oleh Cruise Saudi dengan kepentingan kemaritiman di Indonesia?
Dalam bisnis kapal pesiar, Indonesia lumayan moncer sebagai destinasi. Karenanya kita dapat menyaksikan sejumlah cruise bersandar di berbagai pelabuhan di Nusantara. Di Benoa, Bali. Di Tanjung Perak, Surabaya. Di Tanjung Emas, Semarang dan lain sebagainya. Sebagian besar, sebagaimana diberitakan oleh media lokal yang meliput kedatangan mereka, para pelancong berasal dari negara-negara di Benua Biru.
Dari pelancong dengan kapal pesiar yang selama ini masuk ke Indonesia, hampir tidak pernah disebutkan yang berasal dari Arab Saudi, atau paling tidak, negara Timur Tengah lainnya. Bisa jadi saya kurang teliti tapi demikianlah adanya. Diakuisisinya World Dream oleh Arab Saudi, bisa jadi, membuat destinasi yang ada di Tanah Air yang semula didominasi oleh orang Eropa tadi akan dibanjiri oleh pelancong dari Arab Saudi/Timur Tengah. Pasalnya, perjalanan mereka bisa lebih leluasa karena kapal dan operatornya berkebangsaan dan berbudaya yang sama. Situasi ini jelas menggembirakan bagi umat Islam di Indonesia. Dengan beroperasinya kapal pesiar yang sampai derajat tertentu bernuansa islami mereka bisa memasang niat naik haji dengan kapal mewah.
Berhaji dengan kapal sudah pernah dilakukan oleh umat Islam Indonesia dengan menggunakan kapal yang dioperasikan oleh perusahaan Belanda. Maklum, kita belum merdeka. Setelah merdeka pun berhaji dengan kapal tetap menggunakan kapal tersebut karena hanya layanan mereka sajalah yang tersedia. Lama perjalanan Indonesia-Arab Saudi, kala itu, bisa lebih dari dua bulan pergi-pulang (pp). Belum lagi isu kenyamanan di atas kapal. Menggunakan Manara jelas lebih cepat dan nyaman dibanding kapal-kapal Belanda itu.
Sekarang peluang berhaji dengan kapal terbuka lebar dengan diakuisisinya World Dream oleh Saudi Cruise. Negosiasi bisa dimulai baik dengan pelayaran tersebut atau operator perjalanannya. Tentunya dipayungi oleh kedutaan besar Arab Saudi di Indonesia agar lebih tokcer. Salah satu topik negosiasi adalah biaya perjalanan: apakah lebih murah atau lebih mahal dibanding menggunakan moda kapal terbang. Bila lebih murah, ide naik haji dengan kapal dapat berlanjut. Jadi, naik haji dengan kapal (mewah), mengapa tidak?
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi nasional tengah menghadapi tekanan…
Oleh: Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian Industri manufaktur di berbagai negara saat ini tengah menghadapi dampak dari ketidakpastian ekonomi…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Menapaki akhir semester I 2025 tidak bisa…
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi nasional tengah menghadapi tekanan…
Oleh: Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian Industri manufaktur di berbagai negara saat ini tengah menghadapi dampak dari ketidakpastian ekonomi…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Menapaki akhir semester I 2025 tidak bisa…