Rugi Indofarma Membengkak Jadi Rp 428 Miliar

NERACA

Jakarta – Performance kinerja keuangan emiten farmasi, PT Indofarma Tbk (INAF) masih negatif dengan perolehan rugi 2022 yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk bertambah besar menjadi Rp 428 miliar ketimbang rugi tahun lalu sebesar Rp 37 miliar. Rugi per saham ikut terkerek menjadi Rp 138,25 per saham dari Rp 12,12 per saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Dari sisi penjualan bersih seperti diumumkan dalam laporan keuangan konsolidasian, pendapatan Indofarma menyusut tajam 60,5% dari penjualan pada 2021 sebesar Rp 2,9 triliun menjadi Rp 1,1 triliun pada 2022. Perseroan menjelaskan, penurunan pendapatan akibat menurunnya penjualan produk dan jasa di pasar lokal.

Lima produk perseroan yakni ethical, FMCG, alat kesehatan, jasa klinik dan lainnya, vaksin serta over the counter semuanya hanya mampu mencetak total penjualan sebesar Rp 1,1 triliun. Angka tersebut anjlok dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 2,8 triliun.  Sementara, penjualan produk over the counter dan ethical di pasar ekspor membukukan sebesar Rp 14,4 miliar, melonjak 52% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 6,8 triliun.

Kendati pendapatan dari penjualan produk dan jasa perseroan mengalami banyak tekanan, emiten berkode saham INAF itu berhasil melakukan efisiensi terhadap beban pokok penjualan. Jika pada periode sebelumnya beban pokok penjualan mencapai Rp 2,4 triliun, pada tahun 2022 beban pokok penjualan menyusut menjadi Rp 1,2 triliun.

Adapun pos-pos yang terkena efisiensi di antaranya bahan baku yang digunakan, tenaga kerja langsung, dan biaya pabrikasi. Sebagian rinciannya, INAF melakukan pemotongan gaji dan jaminan sosial dari Rp 40 miliar menjadi Rp 37 miliar, memangkas biaya kantor dari Rp 20 miliar menjadi Rp 17 miliar, biaya pengadaan dari Rp 10 miliar menjadi Rp 1,4 miliar, dan biaya pengembangan produk dari Rp 763 juta menjadi Rp 552 juta.

INAF juga melakukan efisiensi terhadap suku cadang, perjalanan dinas, dan pemeliharaan aset tetap. Hasilnya, bukan hanya beban pokok penjualan yang berhasil ditekan, INAF juga sukses menurunkan beban penjualan dari Rp 153 miliar menjadi Rp 137 miliar dan beban keuangan dari Rp 43 miliar menjadi Rp 38 miliar.

Dengan demikian, rugi sebelum pajak melonjak menjadi Rp 517 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 8,7 miliar. Posisi ekuitas INAF kian menipis dari Rp 508 miliar pada 31 Desember 2021, tersisa sebesar Rp 86 miliar. Begitu juga dengan jumlah aset yang menyusut menjadi Rp 1,5 triliun dari posisi sebelumnya Rp 2 triliun.

Padahal, dalam jangka pendek, INAF masih menghadapi sejumlah kewajiban yang harus dibayar baik kepada pihak berelasi maupun pihak ketiga. Termasuk, pinjaman kepada pemegang saham dan pinjaman bank. Hingga per 31 Desember 2022, posisi liabilitas menjadi Rp 1,4 triliun dari sebelumnya Rp 1,5 triliun.

BERITA TERKAIT

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…

Marak Kompetisi dan Edukasi Aktif - Investor Ritel Saham Bisa Tembus 7,5 Juta

NERACA Jakarta -PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pertumbuhan investor ritel pasar saham Indonesia dapat melebihi 7,5 juta orang pada…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Panca Budi Incar Penjualan Rp5,78 Triliun

NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…

Optimalkan Pasar Domestik - Indonesian Tobacco Bidik Penjualan Tumbuh 10%

NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…

Marak Kompetisi dan Edukasi Aktif - Investor Ritel Saham Bisa Tembus 7,5 Juta

NERACA Jakarta -PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pertumbuhan investor ritel pasar saham Indonesia dapat melebihi 7,5 juta orang pada…