NERACA
Jakarta – Penjualan piranti audio-video seperti televisi (TV) dan tape recorder menguasai sekitar 40% pangsa pasar produk elektronik nasional. Sementara produk home appliances atau alat-alat rumah tangga seperti kulkas dan air conditioner (AC) masih menguasai pasar hingga 50%.
“Sedangkan sisanya untuk produk alat-alat listrik kecil,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Soebroto kepada NERACA di Jakarta, Senin.
Menurut Ali, penguatan nilai tukar rupiah memang menyebabkan harga produk elektronik cenderung turun, namun hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualan barang elektronik. “Kalau itu barang impor maka akan disesuaikan dengan kursnya,” ujar Ali.
Sementara itu, President Director PT LG Electronics Indonesia Kim Weong Dae mengakui, market share produk LGEIN sepanjang tahun 2010 mencapai 30% dari pangsa pasar nasional. Pada kuartal pertama tahun 2011, pangsa pasar perusahaan asal Korea tersebut tumbuh tipis menjadi 31%.
Dia menambahkan, volume penjualan dari industri elektronik pada tahun lalu meningkat hingga 25%. Namun, pertumbuhan penjualan LGEIN lebih dari angka tersebut.
“Market share kita tahun lalu 30% dan sekarang mencapai 31%,” kata Kim Weong Dae disela peluncuran produk terbaru LG Electronics Indonesia, di Jakarta, Senin (11/4).
Dalam kesempatan itu, LG meluncurkan produk inovatif di tiga lini unit bisnisnya, yaitu home entertainment, home appliances dan air conditioner.
Indonesia, imbuh Kim, merupakan pangsa pasar yang sangat potensial seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. “Kita mendapatkan feedback yang bagus dari konsumen,” ucapnya.
Pada tahun 2010 lalu, total nilai penjualan PT LG Electronics Indonesia mencapai sebesar US$ 48,2 miliar.
Sementara itu, Marketing Director PT LG Electronics Indonesia, David Cokro mengatakan, produk terbaru home entertainment yang diluncurkan antara lain LG Cinema 3D dan Smart TV.
Dia berharap, produk tersebut bisa memperbesar pangsa pasar LG.
Menurut dia, generasi terbaru LG Cinema 3D menghasilkan gambar 3D di level berbeda, lebih terang dan jernih daripada teknologi 3D pada umumnya. “Market paling besar memang di TV. Harga TV 32 inchi Rp 3 - 3,5 juta. Sedangkan untuk LG Cinema 3D 32 inchi harganya Rp 6,5 juta, 42 inchi Rp 11 juta dan 55 inchi Rp 42 juta,” jelas David.
Sedangkan untuk produk home appliances, sambung David, LG berupaya mengambil langkah proaktif terhadp isu lingkungan hidup dan kesehatan, dengan meluncurkan green health plus campaign seperti lemari pendingin, mesin cuci, microwave dan air purifier. “Lemari es terbaru LG mampu menghemat konsumsi listrik sampai 41% sehingga lebih ramah lingkungan,” ucap David.
Menurut dia, lini home entertainment dan home appliances merupakan bisnit unit yang paling utama dibandingkan lini lainnya. Selain dua lini tersebut, LG juga meluncurkan AC atau pendingin udara dengan watt terendah di Indonesia, yakni 260 watt. “AC ini bisa menjadi pilihan yang tepat untuk konsumen yang tinggal di rumah yang tidak terlalu besar dengan kapasitas listrik terbatas,” tuturnya.
NERACA Jakarta - PT Pertamina International Shipping (PIS), subholding integrated marine and logistic dari PT Pertamina (Persero), kembali menegaskan perannya…
NERACA Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bersama Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) sepakat untuk mempercepat pengembangan…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi kinerja PT Yuasa Battery Indonesia, salah satu pabrikan aki kendaraan terbesar Indonesia, yang…
NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…
NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…
NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…