Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya menyisakan masalah kesehatan dan ekonomi, tetapi dampak pada lingkungan. Pasalnya, meningkatnya penggunaan masker sekali pakai pada saat pandemi menimbulkan masalah baru yaitu terdapat penumpukan limbah dari masker yang sudah dipakai masyarakat.
Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), jumlah timbulan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia, termasuk masker dan alat pelindung diri (APD) mencapai 1.662,75 ton selama masa pandemi, yakni selama bulan Maret hingga September 2020. Di ibukota DKI Jakarta sendiri, terdapat lebih dari 1.500 kg limbah masker sekali pakai dari rumah tangga sejak awal pandemi pada bulan April 2020 lalu. Bayangkan, berapa banyak limbah masker yang timbul dari sebuah masker medis sekali pakai yang berat satuannya hanya sekitar 0,008 kg.
Limbah masker yang masih utuh dan “berkeliaran” di lingkungan karena tidak ditangani dengan baik dapat terbawa ke sungai dan laut serta menyebabkan pencemaran air.Lembaga pemerhati lingkungan Waste4Change, Senior Campaign Executive Waste4Change, Tantin Yasmine bilang, masker yang sudah tidak terpakai menambah gunungan sampah di Indonesia.”Di Indonesia, sekitar 420 ton sampah per hari timbulan limbah medis yang dihasilkan, dengan kasus positif yang ada di Indonesia. Kemudian masker sekali pakai yang dihasilkan juga kurang lebih ada sekitar 150 juta pcs yang dihasilkan. Sebetulnya ini alat pelindung diri untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun masalahnya bukan pada bagaimana kita melakukan upaya pencegahan Covid-19, melainkan bagaimana setelah kita menggunakan masker itu, kita bijak untuk melakukan upaya pengolahan sampah masker,"ujarnya.
Disampaikannya, mayoritas masyarakat Indonesia tidak peduli terhadap penanganan sampah di Indonesia. Dampaknya, penumpukan sampah, khususnya masker medis menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memperhatikan bahwa limbah masker medis kerap bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tanpa ada pemisahan ataupun pengolahan lebih lanjut. Padahal, menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, masker medis termasuk ke dalam jenis limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun).
Oleh karena itu, penumpukan limbah masker akan menambah beban kerusakan alam. Dimana masker sekali pakai yang digunakan selama masa pandemi Covid-19 termasuk jenis sampah yang sulit diurai oleh lingkungan, sebab berbahan dasar plastik. Menurutnya, setiap elemen masyarakat bertanggung jawab mengolah limbah yang dihasilkannya, termasuk limbah masker medis."Ternyata setiap orang yang menghasilkan limbah itu wajib memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya. Tentu kalau kita secara individu. kita sebagai orang penghasil limbah. sebagai pribadi individu ya harus peduli. Bagaimana kita harus mengelola dengan baik. Tentunya bagi institusi yang menghasilkan adalah memiliki tanggung jawab,”kata Laksana.
Berangkat dari peduli pada lingkungan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate sosial responsibility (CSR), BRI Peduli mengubah limbah masker tersebut menjadi pot tanaman melalui kegiatan “BRI Peduli Penanganan Limbah Masker Non-Infeksius”. Kegiatan ini melibatkan setiap pekerja BRI di lingkungan kantor BRI seperti penyediaan fasilitas pengumpulan dan peralatan sterilisasi awal yang dapat memudahkan proses pengumpulan. Tempat pengumpulan masker atau drop box diletakkan di area terbuka dan untuk kegiatan monitoring ada petugas yang secara berkala mengecek drop box pengumpul masker. Kemudian, limbah masker tersebut dikirim ke tempat pengolahan bijih plastik yang menjadi lokasi pengolahan.
Kata Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, seperti halnya sampah plastik lainnya, apabila tidak dikelola dengan benar, limbah masker juga dapat mencemari lingkungan.”Kami mengajak pekerja BRI untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga keseimbangan alam,”ujarnya.
Dalam pengolahan limbah masker, BRI menggandeng Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara (UBN) yang berdiri pada 2021 dan berlokasi di Kelurahan Baranangsiang, Kec Bogor Timur, Kota Bogor. Sugeng Waluyo, pendiri Yayasan UBN mengatakan, yayasan yang didirikannya pada awalnya bergerak di sektor pelestarian lingkungan. Namun, khusus pada masa pandemi Covid-19 beralih haluan untuk mengolah limbah masker non-infeksius.“Kalau limbah plastik lainnya kan orang sudah mulai mendaur ulang, tetapi khusus masker ini belum. Tidak ada yang berani mengolahnya, sedangkan masker itu terbuat dari plastik polypropylene,” kata Sugeng.
Berdasarkan aturan pemerintah, limbah masker terbagi menjadi dua. Pertama, limbah masker yang infeksius yaitu yang berasal dari layanan fasilitas kesehatan dari rumah sakit. Kelompok ini prosedurnya sudah jelas, yakni harus dimusnahkan karena termasuk dalam limbah B3 atau bahan berbahaya dan beracun. Kedua, limbah masker non-infeksius yang berasal dari masyarakat.
Limbah itu dianggap sebagai limbah domestik dan prosedurnya boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Akibatnya, karena tidak ada pemulung yang berani mengambil limbah masker non-infeksius ini dan mereka tidak tahu kalau masker berasal dari plastik, sehingga limbah masker membludak dan tersebar kemana-mana, bahkan ada yang ke laut. Padahal, limbah masker memerlukan waktu yang lama untuk hancur, sekitar 300 tahunan.
Seperti sampah plastik lainnya, apabila tidak dikelola dengan benar, masker sekali pakai dapat mencemari lingkungan. Dalam proses mengurai tersebut, limbah masker terlebih dahulu berubah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut sebagai nano plastik, dan ini menjadi masalah sehingga dimakan ikan dan mahluk laut lainnya.
Bantuan Sarana Prasarana
Pada Agustus 2022, Yayasan UBN mendapatkan bantuan sarana dan prasarana dari BRI berupa satu unit mobil pengangkut limbah masker, drop box dan alat sterilisasi limbah masker untuk mendukung kegiatan pengelolaan limbah masker non-infeksius.Pemberian bantuan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial (TJSL) atau corporate social responsibility (CSR) BRI Peduli.“Kami didukung oleh BRI, saat itu tim CSR BRI meninjau fasilitas pengolahan kami. Akhirnya kami diberikan mobil operasional,” kata Sugeng.
Tak hanya itu, BRI ambil bagian mengumpulkan limbah masker non-infeksius yang berasal dari karyawan, dan kemudian diberikan kepada yayasan untuk dikelola. Sejauh ini, dalam kurun waktu pandemi Covid-19, Yayasan UBN telah memproses 4 ton masker, dan dalam waktu dekat akan mengelola 2 ton limbah masker lagi.
Sugeng sangat mengapresiasi peran dari masyarakat yang sadar akan pentingnya mengelola limbah masker. Banyak masyarakat di seluruh Indonesia mengirimkan limbah masker ke Yayasan, yang berlokasi di Jalan Binamarga 2 Blok C Nomor 31, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor."Secara keseluruhan masyarakat kita ini sangat baik dan antusias, mereka men-support program kami, jumlahnya ribuan orang mengirimkan maskernya ke kami dari seluruh Indonesia, luar biasa terharu banyak respon dari masyarakat,” ungkapnya.
Disampaikannya, limbah masker tersebut kemudian dicetak menjadi pot. Hasil dari produksi limbah masker berupa pot tanaman tersebut disumbangkan ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi bagaimana mencintai lingkungan. Sebagai informasi, kurangnya edukasi dari pemerintah setempat tentang penanganan khusus pada limbah masker medis habis pakai, menjadikan meluapnya jumlah timbunan limbah masker medis tersebut di TPA berbagai daerah dan menjadikan suatu masalah pencemaran jenis baru yaitu pencemaran limbah masker habis pakai.
Menurut penelitian limbah masker medis habis pakai butuh waktu setidaknya 30 tahun untuk dapat terurai oleh alam. Oleh karena itu, penanganan limbah masker medis habis pakai dirasa perlu lebih disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, untuk mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19 melalui limbah masker.
NERACA Jakarta - Germany Brilliant (GB) produsen perlengkapan kamar mandi dan dapur, berkolaborasi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Desain Interior Indonesia…
Bantu pemerintah wujudkan ketahanan pangan, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), melalui Bakti BCA, bersama Yayasan Kopi Nasional (YKN) dan…
Komitmen berikan dampak langsung kepada masyarakat, Sinar Mas Agribusiness and Food, Tzu Chi Indonesia, dan ADM berikan program pemberdayaan masyarakat…
NERACA Jakarta - Germany Brilliant (GB) produsen perlengkapan kamar mandi dan dapur, berkolaborasi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Desain Interior Indonesia…
Bantu pemerintah wujudkan ketahanan pangan, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), melalui Bakti BCA, bersama Yayasan Kopi Nasional (YKN) dan…
Komitmen berikan dampak langsung kepada masyarakat, Sinar Mas Agribusiness and Food, Tzu Chi Indonesia, dan ADM berikan program pemberdayaan masyarakat…