Perkembangan industri skincare lokal di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat dalam tiga tahun terakhir. Meski turut mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap lapangan pekerjaan, nyatanya ada sisi gelap pada industri kecantikan ini.
Influencer Iqbal Alexander mengungkapkan sisi gelap tersebut berupa penggunaan bahan baku kimia sintetis pada industri skincare. “Ini tidak hanya berdampak jangka panjang tapi secara tidak langsung mencemari air dan tanah,” ujar Iqbal yang juga merupakan Founder Kertabumi Recycling Center, di Jakarta, Minggu (29/1).
Salah satu bahan baku sintetis tersebut adalah Paraben yang berdampak negatif bagi kulit dan lingkungan. Karena itu pula, Kertabumi Recycling Center yang menjadi klinik sampah mulai mengampanyekan skincare organik atau natural sejak 3 tahun lalu. Tidak tanggung-tanggung, Kertabumi langsung mendalami ilmu skincare organik hingga ke Inggris.“Supaya punya pengetahuan yang cukup untuk sharing dan kami mulai tahun lalu edukasi dan pelatihan tentang skincare organik mulai dari sabun batang, sabun cair, lotion, dan lain-lain,” tambahnya.
Seiring dengan itu, Kertabumi justru banyak mendapatkan permintaan untuk penjualan produk skincare organik. “Karena itu hari ini kami hadirkan Serenitree sebagai wujud untuk berikan akses kepada masyarakat untuk dapatkan skincare yang ramah lingkungan,”katanya.
Menurutnya, ceruk pasar skincare ramah lingkungan ke depan akan semakin besar seiring dengan adanya kesadaran masyarakat terhadap bahan alami. Beberapa brand skincare besar pun sudah ada yang memiliki lini produk ramah lingkungan.
Iqbal menekankan pihaknya juga merancang packaging produk Serenitree yang ramah lingkungan. Di mana botol produk skincare perdana Serenitree bisa didaur ulang.“Kami juga enggak pakai label plastik. Botol boleh dikirim ke bank sampah, pemulung atau kirim ke Kertabumi, kami ada rekanan di 47 kab/kota,” sebutnya.
Lebih lanjut, pada kesempatan ini Founder Serenitree, Sandra Djajadisastra resmi meluncurkan produk skincare Serenitree yakni Body Wash (Hydrating & Brightening serta Hydrating & Calming) dan Body Lotion (Moisturizing & Brightening serta Moisturizing & Calming). Acara peluncuran ini sekaligus workshop Natural Skincare untuk edukasi kepada masyarakat luas. ”Perawatan kulit natural adalah pasar yang menjanjikan, karena selain bagus untuk kulit juga untuk alam,” ujarnya.
Bermula dari masalah dermatitis pada kulitnya, Sandra sejak lama meracik sendiri skincare untuk dipakai oleh keluarganya. Tidak tanggung-tanggung, Sandra langsung menuntut ilmu skincare natural di School of Natural Skincare di Inggris 2021 silam dan Formula Botanica, Inggris 2020 lalu.“Natural skincare adalah produk perawatan kulit dari bahan-bahan natural. Misal essential oil lavender, ditanam organik, enggak pakai pestisida. Bahan baku juga natural,” ungkapnya saat memaparkan materi workshop.
Pada kesempatan itu, Sandra serta rekannya yang juga Co-Founder serenitree Santi Novianti memberikan resep beberapa produk natural skincare seperti scrub, toner, dan masker wajah.Menurutnya, meski memiliki produk natural Skincare pihaknya tetap menginginkan ada edukasi terkait produk skincare alami. “Pasar natural di Indonesia baru 2-4 tahun ini orang-orang sadar adopsi gaya hidup berkelanjutan, pasar ini terus growing tapi perlu edukasi,” beber ibu tiga anak ini.
NERACA Jakarta - PT Lucky Mom Indonesia (LMI) secara resmi meluncurkan MAKUKU Skin Health, popok bayi terbaru yang dirancang…
Berbicara tentang kanker, sering kali penyakit kritis ini dampaknya hanya dikaitkan secara fisik dan juga emosional, padahal satu dampak besar…
Memenuhi asupan gizi pada anak tidak hanya mengandalkan jajanan dari luar dan justru sebaliknya semua berawal dari makanan yang disajikan…
NERACA Jakarta - PT Lucky Mom Indonesia (LMI) secara resmi meluncurkan MAKUKU Skin Health, popok bayi terbaru yang dirancang…
Berbicara tentang kanker, sering kali penyakit kritis ini dampaknya hanya dikaitkan secara fisik dan juga emosional, padahal satu dampak besar…
Memenuhi asupan gizi pada anak tidak hanya mengandalkan jajanan dari luar dan justru sebaliknya semua berawal dari makanan yang disajikan…