NERACA
Jakarta – Aksi korporasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menggelar rights issue dalam perkuat struktur permodalan, rupanya tidak semua pemegang saham ikut berpartisipasi dan salah satunya Chairul Tanjung melalui PT Trans Airways memastikan tidak ikut mengeksekusi rights issue Garuda Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, dengan tidak diambilnya jatah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) oleh Trans Airways terdapat konsekuensi bagi perseroan yakni kepemilikan sahamnya terdilusi. "Trans Airways tidak melakukan exercise saham ini sehingga tentu saja ada konsekuensinya, Trans Airways ini tidak berpartisipasi dalam rights issue kali ini," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan prospektusnya, jumlah saham baru yang akan diterbitkan dalam rights issue ini sebanyak-banyaknya 63.210.504.593 saham atau 63,21 miliar saham. Rasio HMETD menjadi 10.000.000 berbanding 24.418.256. Dengan harga pelaksanaan HMETD Rp196 per saham. Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk melaksanakan HMETD, kepemilikannya dapat terdilusi sebesar maksimum 70,95%.
Lebih jauh, Irfan menyiratkan, tidak semua jatah rights issue porsi publik diambil seluruhnya, karena memang rights issue ini sebagai bagian dari pemerintah menyuntikan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun. Berdasarkan data Datindo Entrycom, dari 19 Desember hingga 27 Desember telah ada beberapa kali pencatatan saham baru GIAA. "Saya tidak ingin katakan tertarik atau tidak, data kami cukup besar yang mengikuti rights issue ini, tetapi memang bukan untuk publik, jadi pemegang saham Garuda saja, kami perkirakan atau berharap ketika semua proses ini selesai, suspensi dilepas, harga saham menjadi lebih bergairah," tambahnya.
Dia juga menerangkan, Garuda memiliki masa depan yang lebih jelas seiring dengan pelaksanaan rights issue porsi pemerintah dan publik ini. GIAA juga bakal terus mengedepankan transparansi sehingga dapat menjadi perusahaan yang lebih baik lagi. "Mudah-mudahan semua bisa lihat garuda punya masa depan lebih clear, operasional, dan transparansi juga bisa diberikan berupa pergerakan saham, sehingga mengembalikan modal yang beberapa tahun lalu tertahan di Garuda," tuturnya.
Asal tahu saja, selain menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) senilai Rp 5,18 triliun. Di hari yang sama, GIAA juga direncanakan menerbitkan sukuk baru sekitar US$ 80 juta. Private placement digelar dalam rangka konversi obligasi wajib konversi (OWK) yang diterbitkan kepada PT Sarana Multi Infrastruktur Rp 1 triliun. Selain itu, untuk melaksanakan konversi utang para kreditur sebagai pelaksanaan atas perjanjian perdamaian.
Kata Irfan, penerbitan sukuk baru adalah salah satu syarat agar saham GIAA bisa lepas dari suspensi Bursa Efek Indonesia (BEI).“Saham kita disuspen itu karena kita waktu itu wanprestasi terhadap sukuk. Jadi salah satu syarat saham kita bisa dilepas suspensinya bila kita kemudian bisa menerbitkan sukuk baru sebagai pengganti sukuk yang lama. Jadi sukuk yang lama US$ 500 juta dolar ini direstrukturisasi mengalami haircut dan akan menjadi sukuk dengan nilai sekitar US$ 80 juta,” papar Irfan.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) resmi menjadi sponsor bagi tiga klub sepakbola Liga 1 Nasional dalam rangka meningkatkan…
Dukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) melaksanakan kegiatan sosial melalui program…
Genjot pertumbuhan penjualan, Savyavasa yang merupakan hunian mewah hasil kolaborasi Swire Properties dan JSI Group yang dikembangkan oleh PT Jantra…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) resmi menjadi sponsor bagi tiga klub sepakbola Liga 1 Nasional dalam rangka meningkatkan…
Dukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, PT PP Presisi Tbk (PPRE) melaksanakan kegiatan sosial melalui program…
Genjot pertumbuhan penjualan, Savyavasa yang merupakan hunian mewah hasil kolaborasi Swire Properties dan JSI Group yang dikembangkan oleh PT Jantra…