NERACA
Jakarta – Emiten farmasi, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) mencatatkan laba periode berjalan Rp165,29 miliar di kuartal tiga 2022 atau amblas 38,4% dibanding periode sama tahun 2021 yang terbilang Rp268,06 miliar. Akibatnya, laba tahun berjalan per saham dasar turun ke level Rp148 per lembar, sedangkan akhir September 2021 berada di level Rp239. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan tanpa audit di Jakarta, kemarin.
Rinciannya, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan menyusut 2,8% menjadi Rp1,527 triliun. Pasalnya, penjualan obat resep kepada pihak ketiga terpapas 7,3% menjadi Rp632,85 miliar. Senasib, penjualan obat bebas kepada pihak berelasi turun 22,2 persen menjadi Rp154,77 miliar. Tapi, penjualan obat bebas ke pihak ketiga tumbuh 2,7% menjadi Rp886,82 miliar.
Walau beban pokok pendapatan dapat ditekan sedalam 2,7% menjadi Rp713,53 miliar. Tapi laba kotor tetap menyusut 2,8% menjadi Rp813,83 miliar. Kian tertekan, beban penjualan dan pemasaran bengkak 19,9% menjadi Rp487,2 miliar. Lalu, beban administrasi naik 12,6% menjadi Rp134,95 miliar. Dampaknya, laba usaha tergerus 39,3% menjadi Rp208,3 miliar.
Sementara itu, kewajiban berkurang 11,7% dibanding akhir tahun 2021 menjadi Rp662,21 miliar. Sedangkan ekuitas tumbuh 5,5% menjadi Rp1,456 triliun. Sehingga aset terkikis 0,33% menjadi Rp2,078 triliun. Kemudian arus kas yang digunakan untuk aktivitas operasi dalam sembilan bulan tahun 2022 mencapai Rp53,966 miliar. Pasalnya, penerimaan dari pelanggan Rp1,398 triliun. Tapi pembayaran kepada pemasok sebesar Rp1,09 triliun. Ditambah pembayaran kepada karyawan Rp304,8 miliar dan pembayaran pajak penghasilan Rp68,008 miliar.
Selama tahun 2021, dua pabrik emiten farmasi ini di Gunung Putri dan Citeureup mengalami kenaikan kapasitas produksi. Sebesar 80% naik untuk kapsul vitamin, kemudian 40% naik untuk produk vitamin dan suplemen serta naik 20% untuk produk infus antibiotik. Tahun ini, perseroan mengalokasikan capex Rp 134 miliar untuk ekspansi usaha.
Direktur Keuangan Darya Varia Loboratoria, Yustina Endang pernah bilang, capex masih untuk melanjutkan pedoman CPOB dan juga menyelesaikan serialisasi 2D untuk pabrik, menambah perangkat dan renovasi gudang. Perseroan menegaskan, mayoritas capex untuk ekspansi kapasitas produksi obat, serta biaya dan implementasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Sementara Wakil Direktur Utama PT Darya Varia Laboratoria Tbk, Ian Kloer mengatakan, tahun ini perusahaan masih melanjutkan agenda yang dicanangkan tahun lalu. Perusahaan berencana untukmengintensifikasikan pendapatan portofolio produk vitamin serta mengeluarkan sejumlah produk baru.
Ian mengatakan, DVLA mendorong penjualan produk suplemen ke Filipina dan Myanmar. Di negara tersebut, DVLA menjual produk seperti Enervon Active. "Kami juga makin meningkatkan kemitraan dengan dokter dan rumah sakit serta melibatkan keterlibatan di ranah digital dengan menjual produk di beberapa e-commerce," jelasnya.
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…