Oleh: Putu Panji BK Jayamahe, Staf KPP Pratama Gianyar Bali
Kecintaan terhadap negara harus dimiliki setiap warga negara tak terkecuali oleh kita sebagai rakyat Indonesia. Karena hanya dengan kecintaan tersebut kita dapat membawa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan lebih maju sesuai dengan cita – cita para pendiri bangs. Memang rasa cinta tidak hadir begitu saja namun rasa cinta dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Salah satu cara menumbuhkan rasa cinta terhadap negara adalah dengan propaganda literasi melalui buku dan proses belajar mengajar di sekolah. Siapa yang saat duduk di bangku sekolah dasar paling suka pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS? Atau siapa yang sampai saat ini sangat tertarik dengan ulasan atau bahasan mengenai kejayaan Nusantara? Tentu banyak termasuk saya.
Dengan mempelajari sejarah, generasi penerus diharapkan mampu memahami dan mengambil nilai positif dari peristiwa di masa lampau. Terlebih sejarah yang dipelajari menyangkut perjalanan panjang berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka begitu superior dibandingkan dengan negara tetangganya. Pastinya sebagai warga negara Indonesia, belajar sejarah akan melibatkan emosi termasuk tumbuhnya rasa cinta kepada tanah air.
Sejak kecil kita juga diajarkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Indonesia sangat identik dengan perumpamaan “Gemah Ripah Loh Jinawi” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti kekayaan alam yang berlimpah; tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Literasi berkaitan dengan kondisi geografi memberikan pemahaman bahwa sumber daya alam Indonesia sangat kaya, mulai dari minyak bumi, gas, batu bara hingga tembaga dan emas yang semua kekayaan itu dimiliki Indonesia. Dengan demikian kita menjadi paham bahwa negara Indonesia adalah negara yang begitu kaya.
Selain itu kita juga diberikan pemahaman bahwa Indonesia yang memiliki beragam budaya serta menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Orang Indonesia katanya terkenal ramah dan patuh serta taat akan aturan. Adab sopan santun merupakan ciri khas masyarakat Indonesia.
Sebuah Anomali
Seakan berkebalikan dengan pemahaman dari literasi yang dipelajari pada saat di bangku sekolah, semua terasa berbeda ketika dewasa, ketika mulai benar – benar menjadi warga negara dengan munculnya berbagai kewajiban sebagi wujud nyata kecintaan terhadap negara. Terlebih dalam hal kekayaan mengkhusus pada keuangan negara seperti kewajiban membayar pajak. Terjadi penyimpangan atau anomali pemahaman ketika menyandingkan apa yang pernah dipelajari serta dipahami dengan keadaan keuangan negara yang sebenarnya. Pemahaman keuangan negara pada kenyataannya begitu menyimpang dengan apa yang kita pahami selama ini melalui literasi dan proses belajar mengajar di sekolah.
Anomali tersebut memunculkan beragam pertanyaan seperti “mengapa kita harus membayar pajak?” “kemana kekayaan alam kita yang berlimpah?” “negara yang kaya seperti ini mengapa negara harus berhutang?”. Pemahaman yang didapat dari literasi melalui literasi dan proses belajar mengajar di sekolah tidak mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut dan justru menimbulkan asumsi yang lebih liar. Anomali ini diperparah dengan mengakarnya budaya korupsi yang masih ada di berbagai instansi pemerintahan dan dilakukan oleh berbagai kalangan. Tak mengherankan apabila kepatuhan pajak sebagai tulang punggung utama keuangan negara masih rendah.
Keuangan negara seolah selalu menjadi sentimen negatif dan semakin tidak menarik dipelajari lebih dalam. Terlebih di masa kemajuan teknologi dan informasi seperti saat ini dengan tersedianya beraneka macam sosial media, sangat mudah untuk mencatut sebagian kebijakan keuangan yang diambil pemerintah untuk menjadi ‘gorengan’ bahkan berita hoaks demi berbagai kepentingan. Pengetahuan keuangan negara yang tidak menjamah semua kalangan serta minimnya literasi dan proses belajar mengajar di sekolah tentang bagaimana negara mengelola keuangannya menjadi masalah utama yang menyebabkan anomali ini.
Meluruskan Pemahaman
Kembali pada kecintaan kepada negara, cinta yang baik adalah cinta yang realistis. Mencintai suatu hal harus apa adanya. Mempelajari sejarah itu penting, memahami kondisi geografis itu perlu dan menjadi warga dunia yang baik dan ramah serta mentaati aturan tetap menjadi keharusan. Namun apa yang dipelajari harus berimbang dan sesuai dengan kenyataan sehingga jangan sampai hal tersebut mengakibatkan pemahaman yang salah.
Untuk memperkecil anomali tentang pemahaman keuangan negara maka menumbuhkan rasa cinta terhadap negara melalui propaganda literasi melalui literasi dan proses belajar mengajar di sekolah harus dibuat berimbang. Propaganda literasi melalui buku dan proses belajar mengajar di sekolah tidak boleh hanya menampikan kejayaan sejarah serta kekayaan alam negara Indonesia saja. Pengelolaan keuangan negara yang sebenarnya harus diajarkan sejak kecil. Bagaimana negara mengelola keuangan negara harus dipahami setiap kalangan. Pemahaman tentang keuangan negara bukan hanya untuk para pejabat maupun pengambil kebijakan negara. Seluruh rakyat Indonesia wajib mengetahui garis besarnya.
Kebijakan pengelolaan keuangan negara yang tertuang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada dasarnya disusun berdasarkan aspirasi rakyat melalui sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama dengan Pemerintah. Oleh karena itu pemahaman keuangan negara harus terus ditanamkan agar rakyat mengerti tentang garis besar kondisi keuangan negara, tentang bagaimana negara mengatur keuangannya demi kesejahteraan rakyatnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini Kementerian Keuangan sebagai instansi yang mengelola keuangan negara telah menggalakkan berbagai kegiatan inklusi keuangan negara yang menyasar bangku sekolah. Kegiatan seperti Pajak bertutur, Treasury Goes to School, Customs Goes to School hingga Tax Goes to School untuk menanamkan pemahaman keuangan negara kepada para pelajar. Yang terbesar tentunya “Kemenkeu Mengajar” yang merupakan kegiatan inklusi keuangan dengan melibatkan seluruh pegawai Kementerian Keuangan dari berbagai unit eselon I. Kegiatan “Kemenkeu Mengajar” dilaksanakan secara serempak di seluruh Indonesia sekali setiap tahunnya. Sri Mulyani selaku Menteri keuangan pun optimis, jika program ini terus dilakukan maka pemahaman generasi muda mengenai keuangan negara akan semakin luas. Dia pun yakin perekonomian Indonesia di masa mendatang akan semakin membaik.
“Saya sangat senang dan saya harap terus menerus kita akan melakukan ini, karena kalau seluruh masyarakat kita terutama generasi muda memahami mengenai keuangan negara, maka Indonesia ada ditangan kalian saya yakin akan menjadi baik,” ujar Sri Mulyani pada acara Kemenkeu Mengajar 6 pada tahun 2021.
Meski sifatnya masih parsial dan periodik, kegiatan – kegiatan tersebut merupakan langkah awal yang baik untuk meluruskan pemahaman keuangan negara. Melalui literasi dan proses belajar mengajar di sekolah tersebut semua kalangan akan memahami bagaimana pengelolaan keuangan negara yang sebenarnya, sama halnya ketika sejak kecil kita mengetahui bahwa negara ini memiliki kejayaan sejarah dan kekayaan yang berlimpah.
Memang untuk menyempurnakan berbagai kegiatan tersebut diperlukan program yang sifatnya menyeluruh dan berkelanjutan. Salah satu cara terbaik untuk menanamkan pemahaman keuangan negara adalah dengan menjadikan keuangan negara sebagai mata pelajaran di bangku sekolah. Dengan menjadikan keuangan negara sebagai mata pelajaran, informasi yang disampaikan akan menyeluruh sehingga tersampaikan kepada seluruh pelajar di Indonesia. Selain itu durasi penyampaian pun akan berkelanjutan dengan kurikulum yang telah disusun.
Oleh: Didik J Rachbini Ph.D., Ekonom Indef, Rektor Universitas Paramadina Kehidupan, perbuatan, kegiatan manusia pada dasarnya berpegang…
Oleh : Astrid Widia, Pemerhati Sosial Politik Presiden Prabowo Subianto menunjukkan bagaimana komitmen kuat terhadap perlindungan bagi…
Oleh: Ratna Sari Dewi, Pengamat Kebijakan Publik Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan kekayaan negara dengan diluncurkannya…
Oleh: Didik J Rachbini Ph.D., Ekonom Indef, Rektor Universitas Paramadina Kehidupan, perbuatan, kegiatan manusia pada dasarnya berpegang…
Oleh : Astrid Widia, Pemerhati Sosial Politik Presiden Prabowo Subianto menunjukkan bagaimana komitmen kuat terhadap perlindungan bagi…
Oleh: Ratna Sari Dewi, Pengamat Kebijakan Publik Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan kekayaan negara dengan diluncurkannya…