NERACA
Jakarta – Perdagangan saham Rabu (21/9) di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel resmi menjadi penghuni baru indeks ESG Leaders mulai 21 September 2022. Mitratel masuk menjadi anggota IDX ESG Leaders bersama dua emiten lainnya, yakni PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK).
Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, Pande Made Kusuma Ari dan Kepala Divisi Riset BEI Verdi Ikhwan dalam keterbukaan informasi di Jakarta, kemarin mengatakan, daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks pada indeks IDX ESG Leaders tersebut akan efektif berlaku pada tanggal 21 September 2022.
Sebagai informasi, Mitratel memiliki ESG risk rating sebesar 25,37. Sementara itu, AGII memiliki risk rating 23,86, dan EMTK memiliki risk rating 17,6. Ketiga emiten baru penghuni indeks ESG Leaders ini menggeser posisi PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI), PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS). Periode efektif konstituen IDX ESG Leaders ini akan berlaku sejak 21 September 2022, hingga 14 Maret 2023.
Sementara itu, periode efektif jumlah saham penghitungan indeks berlaku pada 21 September 2022 hingga 20 Desember 2022. Sebagai informasi, konstituen IDX ESG Leaders terdiri atas 30 perusahaan tercatat. Indeks IDX ESG Leaders adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.
Sebelumnya, anak usaha dari Telkom ini resmi mengakuisisi 600 unit menara telkomunikasi milik Telkomsel dan mempertegas Mitratel menjadi perusahaan menara yang terbesar di regional Asia Tenggara. Aksi korporasi ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan juga mendukung ekonomi digital. Bahkan perseroan mengaku akuisisi tersebut bakal menambah potensi pendapatan backlog sekitar Rp9,6 triliun hingga 10 tahun mendatang.
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama pernah bilang, pihaknya mendapatkan tambahan pendapatan backlog senilai Rp9,6 triliun untuk 10 tahun ke depan. Jika dijumlahkan dengan kontrak MTEL saat ini, maka MTEL telah mengantongi kontrak Rp42 triliun untuk 10 tahun mendatang. "Sejak 2018 sampai saat ini, pertumbuhan dari kontrak-kontrak di Mitratel ada di 26%. Ini jumlah growth yang sangat signifikan," ujarnya.
Dia menjelaskan, 6.000 menara Telkomsel yang diakuisisi ini memiliki jumlah tenant 6.014, dengan 87% lokasinya berada di perkotaan, dan 13% di area suburban atau remote area. Akuisisi ini menambah total menara MTEL menjadi sekitar 35.000 menara. Dengan akuisisi ini, disampaikan Hendra, menekan tenancy ratio MTEL menjadi 1,4 kali. Pasalnya, menara yang diakuisisi dari Telkomsel ini hanya memiliki tenancy ratio 1 kali.
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…