Furnitur Indonesia Berpotensi Transaksi USD 2,4 Juta - Atlanta Summer Market

NERACA

Atlanta – Produk furnitur dan dekorasi rumah Indonesia laris manis saat mengikuti pameran Atlanta Summer Market di Americas Mart Convention Center, Atlanta, Amerika Serikat (AS). Pada pameran ini, furnitur dan dekorasi rumah Indonesia meraup potensi transaksi lebih dari USD 2,4 juta atau sekitar Rp33 miliar.

"Keikutsertaan Indonesia di Atlanta Summer Matket berhasil memperoleh potensi transaksi sebesar USD 2,4 juta. Adapunproduk yang menarik perhatian adalah produk mainan dengan bentuk peta AS dalam bentuk 3D, produk kayu  cemara,  peralatan  perkakas  terbuat  dari  kayu,  kotak  penyimpanan  anggur  dan  rokok," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi.

Didi juga menyampaikan, promosi ini dapat berfungsi sebagai katalis untuk meningkatkan ekspor produk furnitur dan dekorasi rumah Indonesia ke AS. “Produk Indonesia yang akan melakukan penetrasi pasar keAmerika Serikat harus memiliki unsur yang lekat dengan kebudayaan setempat. Dengan cara ini, produk Indonesia dapat menarik perhatian buyerdengan mudah dan diterima mudah di pasar Amerika Serikat,” ujar Didi.

Sementara  itu, Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Bayu Nugroho menyampaikan,  keikutsertaan  pada pameran  ini  merupakan  salah  satu  upaya pemerintah  untuk  meningkatkan  nilai  ekspor Indonesia ke pasar AS.

Berdasarkan data IHS Market, nilai ekspor Indonesia ke AS pada 2021 untuk produk furnitur adalah sebesar Rp 26 triliun rupiahdan Rp7 triliun rupiah untuk produk dekorasi rumah. Kedua nilai tersebut secara berturut-turut naik 26,1 persen dan 41,9 persen dibandingkan 2020.

“Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan preferensi tarif khusus  untuk  masuk  ke  pasar Amerika  Serikat  melalui  skema  Generalized  System  of  Preference  (GSP),  khususnya  produk  turunan  furnitur  (HS 94). Diharapkan dengan memanfaatkan GSP tersebut, produk furnitur Indonesia dapat bersaing dengan negara lain karena adanya keringanan pajak/tanpa bea masuk,” jelas Bayu.

Terkait dengan furnitur lokal, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga pernah menampilkan berbagai produk industri furnitur yang berkelanjutan kepada para delegasi dalam rangkaian pertemuan pertama Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Solo, Jawa Tengah. Produk furnitur yang dipamerkan ini menunjukkan bahwa industri di tanah air menggunakan bahan baku yang memenuhi aspek legalitas dan ramah lingkungan.

“Kami ingin menyampaikan pesan bagi dunia bahwa industri furnitur di Indonesia sudah sustainable. Tidak ada lagi industri furnitur yang bahan bakunya ilegal, sudah tinggi traceability-nya, dan bisa dipertanggung jawabkan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Agus pun mengemukakan, pertemuan TIIWG G20 di Solo membahas beberapa isu prioritas, salah satunya adalah industri yang inklusif dan berkelanjutan. “Industri furnitur Indonesia merupakan salah satu industri yang inklusif karena melibatkan masyarakat lokal, perajin, industri besar hingga pemerintah. Rangkaian proses produksi industri furnitur di Tanah Air juga memperhatikan aspek lingkungan,” ungkap Agus.

Aspek berkelanjutan tersebut dipenuhi oleh industri furnitur yang berkomitmen menggunakan kayu bersertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sudah memenuhi aspek legal dan kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menerangkan, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong sertifikasi SVLK bagi seluruh industri furnitur. “Sumber kayu yang berkelanjutan telah menjadi perhatian utama produsen mebel kayu Indonesia. Meningkatnya kesadaran pembeli internasional akan isu lingkungan mendorong produsen Indonesia untuk hanya menggunakan kayu legal yang dipanen dari sumber yang berkelanjutan,” terang Putu.

Putu menjelaskan, SVLK merupakan sistem sertifikasi legalitas dan keberlanjutan wajib yang dibangun di atas konsensus multistakeholder nasional. “Skema ini relatif sama dengan sertifikasi legalitas kayu internasional lainnya seperti FSC dan PEFC yang telah banyak digunakan oleh produsen,” ujar Putu.

Sehingga untuk turut serta menyukseskan acara TIIWG G20 di Solo, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Agro akan bekerja sama dengan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jawa Tengah memamerkan produk-produk industri furnitur unggulan yang sudah memenuhi sertifikasi SVLK.

Selain memenuhi aspek SVLK, produk-produk dari anggota HIMKI Solo Raya, HIMKI Semarang Raya, HIMKI Jepara Raya dan HIMKI DIY menampilkan inovasi desain dan teknologi yang memiliki kekhasan tersendiri,” sebut Putu.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…