3 Otak Pelindung Bumi

Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.

Direktur Climate Reality Indonesia

Kesehatan otak manusia dapat menjadi lebih baik karena adanya alam semesta, sebaliknya otak manusia dapat melindungi Bumi yang kini makin sekarat akibat berbagai masalah lingkungan.

David & Austin Perlmutter M.D. penulis buku laris “Brain Wash” menyatakan kedekatan dengan alam dapat meningkatkan fungsi otak manusia, bahkan menyempurnakan pengambilan keputusan dan menurunkan tingkat stres.

Sayangnya, interaksi manusia modern dengan alam kini sangat minim, bahkan kadang kala waktu yang kita habiskan di alam hanya kurang dari 8% dalam sehari. Sementara itu, peneliti William Ellsworth dari Universitas Stanford dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa kesehatan dan keterampilan otak adalah kunci untuk menjaga lingkungan hidup dan menavigasi kompleksitas tantangan sosial-ekologis.

Kesehatan otak terkait erat dengan perubahan iklim karena ketika satu membaik begitu pula yang lainnya. Mengatasi bias kognitif dapat meningkatkan kesehatan otak dan membekali kita untuk mencegah perubahan iklim. Sebaliknya, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan dapat secara signifikan membahayakan kesehatan otak.

Secara sederhana, otak manusia  terdiri dari tiga bagian dasar, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pada organ manusia seberat sekitar 1,5 kg inilah terletak pusat kecerdasan, penafsir indra, penggagas gerakan tubuh, dan pengawas perilaku.

Penelitian tentang otak jauh berkembang daripada sekadar anatominya. Para ahli saraf kini meyakini, ternyata manusia memiliki 3 buah otak, yakni otak kepala (head brain), otak hati (heart brain), dan otak perut (gut brain).

Brian Gorman di majalah Forbes bahkan membahas 3 buah otak di setiap diri manusia ini dan mengaitkannya dengan Teori Kepemimpinan.

Otak kepala merupakan pusat kreatiivitas untuk berpikir, dan memberi makna pada  sesuatu. Otak hati  memimpin pemrosesan emosi, nilai-nilai dan hubungan kita dengan orang lain, sehingga merupakan sumber kasih sayang. Sedangkan otak perut adalah akar dari keberanian, dirancang untuk fokus pada rasa tentang diri, serta pada melindungi dan menggerakkan diri. Ketiga otak tersebut masing-masing mampu mengambil informasi, memproses, menyimpan dan mengaksesnya saat dibutuhkan.

Jackie Arnold dan Lydia Stevens dari Climate Coaching Alliance membahas peranan ketiga otak itu dalam menangani krisis iklim dan keanekaragaman hayati, khususnya dari tiga aspek, yaitu Kondisi Planet Bumi, Jejak Lingkungan Manusia di Bumi dan Dampak Positif yang dapat diberikan.

Otak kepala diperlukan untuk memahami ilmu perubahan iklim, berpikir secara sistemik, dan menerapkan nilai-nilai kehidupan. Otak hati berperan dalam hubungan antar manusia, refleksi terhadap berbagai kegiatan, dan perasaan empati. Sedangkan otak perut mencetuskan kepercayaan, kerentanan, dan keberanian.

Keselarasan kerja 3 otak manusia akan menentukan cara para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat umum, menangani krisis iklim.

Bagaimana dapat melatih otak kepala, otak hati dan otak perut manusia agar dapat selaras? Nasihat yang umum adalah gunakan kepalamu (head), ikuti kata hatimu (heart), dan dengarkan nalurimu (gut).

The Mindfulness Summit menyarankan lima langkah meditasi mini, setidaknya selama 30 detik sampai 5 menit, untuk sinkronisasi 3 otak manusia dalam pengambilan keputusan.

Pertama, secara sadar menarik napas dalam dan melepaskannya, dilakukan sebanyak 3 kali untuk sadar pada keadaan saat ini. Kedua, memusatkan perhatian pada kepala dan mengenali pemikiran yang ada terkait dengan situasi yang dihadapi. Ketiga mengalihkan kesadaran ke hati, sambil menyelami apa nilai-nilai yang terkait, kepedulian, maupun niat yang terpikir. Keempat memalingkan perhatian ke perut, mendengarkan intuisi dan firasat terkait keadaan yang dihadapi. Kelima, menarik napas dalam, mengeluarkannya sambil mengumpulkan semua informasi yang diperoleh sejak langkah pertama. Kemudian bertanya pada diri, apa yang perlu dilakukan sekarang, dan temukanlah jawabannya. (W)

BERITA TERKAIT

Rebana Jadi Katalis Pertumbuhan

Oleh: Mohammad Rudy Salahuddin Deputi Kemenko Bidang Perekonomian   Kawasan Rebana yang terdiri dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat…

Dampak Ekonomi Perang Israel-Iran

  Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta   Seberapa rapuhkah jalinan perekonomian global dan nasional di tengah gejolak…

Wakaf & Pembiayaan "Back to Back"

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Lembaga atau badan wakaf yang ada di Tanah Air jumlahnya sangat banyak, baik berbasis…

BERITA LAINNYA DI

Rebana Jadi Katalis Pertumbuhan

Oleh: Mohammad Rudy Salahuddin Deputi Kemenko Bidang Perekonomian   Kawasan Rebana yang terdiri dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat…

Dampak Ekonomi Perang Israel-Iran

  Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta   Seberapa rapuhkah jalinan perekonomian global dan nasional di tengah gejolak…

Wakaf & Pembiayaan "Back to Back"

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Lembaga atau badan wakaf yang ada di Tanah Air jumlahnya sangat banyak, baik berbasis…