Inovasi Tingkatkan Pasar Perikanan

NERACA

Jakarta - Perpaduan kulit ikan patin yang digoreng renyah  dengan bumbu telur asin atau lebih dikenal “Fish Skin Salted Egg” telah menjadi camilan yang booming dan digemari oleh masyarakat. Seiring meningkatnya permintaan produk ini, maka semakin banyak pula kebutuhan bahan baku kulit ikan patin yang awalnya hanya memanfaatkan hasil samping dari pengolahan fillet ikan.

Atas dasar itulah alat pengupas kulit ikan menjadi krusial dalam industri pengolahan ikan guna menghasilkan fillet daging dan kulit yang sama sama berkualitas tinggi. Berdasarkan hal inilah Balai Besar Pengujian dan Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) UPT Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat inovasi (scale-up) alat pengupas kulit ikan yang lebih efisien dalam penggunaan daya listrik dan lebih tinggi produktivitas alatnya.

 “Alat pengupas kulit ikan hasil inovasi (scale-up) BBP3KP memiliki keunggulan dalam meningkatkan kapasitas produksi, mudah dioperasionalkan, aman untuk produk pangan dan hemat energi listrik,” ujar Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti di Jakarta.

Selain itu, sambung Artati, inovasi (scale-up) pada barang yang diciptakan akan membuat bisnis semakin kompetitif sehingga secara tidak langsung akan bermanfaat bagi penerap inovasi tersebut.

Sementara itu, Kepala BBP3KP, Widya Rusyanto menerangkan bahwa inovasi (scale-up) alat pengupas kulit ikan muncul saat booming industri patin di Indonesia dimana alat pengupas kulit masih impor dari Taiwan atau Jepang.

Sejak tahun 2012, telah membuat inovasi (scale-up) untuk memperbaiki kelemahan yang ada di alat impor, antara lain: penggerak V-Belt diinovasikan menjadi sistem rantai, direct to motor digantikan dengan menggunakan gearbox.

 “Harapannya dengan menggunakan gearbox, tenaga lebih besar sehingga saat melepas kulit ikan patin yang besar-besar relatif lebih mudah. Selanjutnya modifikasi pada pisau, telah diubah dari model biasa ke model jepit,” terang Widya.

Keunggulan mesin pengupas kulit ikan dari BBP3KP diakui oleh Jarot Arif, selaku Factory Manager PT. Kurnia Mitra Makmur Purwakarta (KMMP) yang merasakan langsung manfaatnya dalam proses produksi fillet ikan patin, nila, dan gurame. Jika sebelumnya dia menggunakan tenaga kerja manual, begitu menggunakan alat ini mampu mengonversi operasional pekerja menjadi 1 banding 3. Bahkan, hasil dari alat pengupas kulit tersebut juga lebih bersih.

"Kalau selama ini buyer-buyer kulit sering komplain, kalo kulit patinnya KMMP itu banyak dagingnya, karena disadari kami masih menggunakan teknologi manual.  Akan tetapi dengan adanya alat yang dari BBP3KP tersebut kandungan daging yang tersisa semakin sedikit bahkan bisa habis," terang Jarot.

 Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan pentingnya inovasi dalam menghadirkan industri perikanan Indonesia yang maju dan berkelanjutan. Caranya dengan berkolaborasi dalam bidang perikanan tangkap maupun budidaya.

Selain itu, inovasi sangat penting dalam menghadirkan industri perikanan Indonesia yang maju dan berkelanjutan. Untuk itu ia mengajak berbagai pihak termasuk perguruan tinggi, berkolaborasi dalam menghadirkan inovasi, baik di bidang perikanan tangkap, pengolahan maupun budidaya perikanan.

“Inovasi akan berkembang jika industrinya juga hidup dan diregulasi dengan baik. Saya harap dukungan dari kampus, karena ini adalah pabriknya ilmu. Enerjiknya anak-anak muda ini luar biasa. Kalau ini kita dorong inovasi, industri (perikanan) bisa tumbuh dengan baik,” ujar Trenggono.

Sentuhan inovasi akan mendorong produk perikanan yang dihasilkan oleh pelaku usaha perikanan memiliki daya saing tinggi di pasar. Inovasi juga akan mendorong peningkatan produktivitas produk perikanan yang dihasilkan.

Lebih lanjut, saat ini KKP sedang menggenjot produktivitas perikanan budidaya khususnya untuk komoditas berorientasi ekspor, meliputi udang, lobster, kepiting dan rumput laut.

Atas dasar itulah, Trenggono berharap perguruan tinggi mengambil peran dengan melahirkan berbagai inovasi, misalnya di bidang teknologi budidaya dan pakan.

“Inovasi yang diciptakan harus bersaing dengan lainnya, jangan bagaikan kodok dalam tempurung. Dengan begitu, inovasi tidak akan berhenti,” jelas Trenggono. 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Sapi Betina Solusi Ketergantungan Impor Daging

NERACA Jakarta –  Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong investasi untuk meningkatkan populasi sapi hidup di Indonesia…

KKP Buka Peluang Investasi di Sentra Garam Rote Ndao

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka peluang investasi untuk pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di…

Januari - Mei 2025, Total Transaksi Business Matching UMKM Tembus USD 68,65 Juta

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah  (UMKM) ke kancah perdagangan global. Penjajakan bisnis…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Investasi Sapi Betina Solusi Ketergantungan Impor Daging

NERACA Jakarta –  Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong investasi untuk meningkatkan populasi sapi hidup di Indonesia…

KKP Buka Peluang Investasi di Sentra Garam Rote Ndao

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka peluang investasi untuk pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di…

Januari - Mei 2025, Total Transaksi Business Matching UMKM Tembus USD 68,65 Juta

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah  (UMKM) ke kancah perdagangan global. Penjajakan bisnis…