Sejak pertama kali Indonesia dinyatakan terpapar pandemi virus corona atau Coronavirus Disease 19 (Covid-19) pada awal Mei 2020, optimisme pertumbuhan roda ekonomi dan juga geliat industri pasar modal mulai sirna seiring dengan beberapa korban jiwa yang terus berjatuhan. Keputusan pemerintah untuk membatasi mobilitas masyarakat untuk menekan penyebaran virus corona memberikan dampak terhadap terkoreksinya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka kemiskinan hingga pengangguran seiring tren maraknya perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menekan efisiensi.
Ketidaksiapan pemerintah menghadapi pandemi serta ketidakpastian kapan berakhirnya virus corona tersebut membuat pelaku usaha gulung tikar. Rupanya kondisi ini, tidak hanya dirasakan di dalam negeri saja, tetapi juga negara di dunia. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan ditemukan vaksin Covid-19 pada akhir 2020 memberikan optimisme pelaku usaha dan pelaku pasar akan pemulihan ekonomi lebih cepat. Tengok saja, pada Maret 2020 lalu, kinerja IHSG sempat terpuruk di titik terendah yakni sebesar 3.937,63. Namun, pada 27 November 2020, IHSG sudah kembali menguat dan berada pada posisi 5.783,33 poin atau naik sebesar 46,87%.
Pasang surut kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak luput dari sentiment dan kebijakan pemerintah dalam penanganan penyebaran Covid-19. Pada awal pandemi tahun lalu menimbulkan kepanikan di lantai bursa, dimana investor berbondong melakukan aksi jual dan beberapa kali PT Bursa Efek Indonesia menerapkan trading halt untuk menahan laju koreksi. Namun, saat IHSG berada di level terendah justru dimanfaatkan sebagai momentum bagi investor ritel domestik ramai-ramai masuk pasar saham. Dari sinilah, generasi baru investor saham muncul dan kerap disebut “investor generasi corona”.
Ya, di musim pagebluk saat ini memberikan gambaran kesengsaraan tetapi membawa kenikmatan di industri pasar modal karena banyak masyarakat yang melakukan kegiatan dari rumah mulai terbuka dan tertarik menjadi investor saham yang menuai cuan hanya dengan trading secara online melalui smartphonenya. Perubahan prilaku masyarakat yang lebih mengandalkan layanan digital di saat pandemi mendorong pertumbuhan investor ritel di pasar modal.
Direktur Retail dan Treasury Mandiri Sekuritas, Theodora VN Manik mengatakan, di masa pandemi, hampir 95% nasabah ritel melakukan tarnsaksi secara daring. Perseroan juga mencatatkan peningkatan investor baru lebih dari 50% dibanding periode yang sama tahun lalu."Nilai transaksi harian nasabah retail juga meningkat sekitar 70% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," ujarnya.
Kenaikan investor ritel ini juga dialami di negara-negara kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, alokasi dana masyarakat yang tadinya konsumtif, di saat pandemi mulai diarahkan untuk berinvestasi di pasar modal. Menurut Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo di masa pandemi, terjadi peningkatan transaksi dari investor ritel domestik. Hal ini menjadi katalis yang positif untuk meredam tekanan pasar saham yang terguncang arus modal keluar yang begitu besar sejak awal tahun ini."Investor ritel mendominasi rata-rata transaksi harian, 51% dari investor ritel dengan rata-rata nilai transaksi harian Rp 6,3 triliun," ujar Laksono.
Menariknya, dari sisi demografi, investor ritel tersebut sebanyak 47,57% didominasi dari kalangan generasi milenial atau berusia di bawah 30 tahun. Beberapa hal yang menjadi alasan transaksi ritel meningkat karena mereka memiliki uang tunai berlebih yang mulai diinvestasikan di pasar saham di tengah era suku bunga rendah.
Pertumbuhan Investor
Cepat pulihnya pasar modal dari dampak pandemi tidak lepas dari berbagai kebijakan, relaksasi hinga stimulus yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga SRO lainnya untuk menjaga ketahanan pasar modal. Hingga saat ini, berkat ketahanan tersebut membawa pencapaian positif industri pasar modal meski masih dihadapkan ketidakpastian pandemi Covid-19. Sebut saja, dari sisi jumlah investor terus tumbuh.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal per 6 Agustus 2021 mencapai 5,89 juta atau meningkat empat kali lipat terhitung sejak 2017. Investor individu domestik yang terdiri dari milenial dan generasi z mendominasi. Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pencapaian lain yang patut disyukuri adalah total jumlah investor di pasar modal di Indonesia yang sudah mencapai 5,89 juta investor per 6 agustus 2021 atau tumbuh lebih empat kali lipat sejak 2017,”Jumlah investor tersebut didominasi investor individu lokal sebesar 99% yang mayoritas berasal milenial dan generasi z sebesar 80%. Tren serupa juga terlihat dari jumlah investor yang aktif bertransaksi saham yang meningkat hampir 200.000 investor,”ujarnya.
Kemudian Per Agustus 2021, jumlah investor pasar modal mencapai 6,1 juta atau naik 56% dari 2020. Untuk rekening reksa dana dari 2,8 juta di 2020 menjadi 5,8 juta, sedangkan surat berharga negara (SBN) dari 1,6 juta akun menjadi 2,4 juta akun. Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19, lebih 59% investor yang bertransaksi saham harian didominasi investor ritel. Salah satu faktor yang menyebabkan jumlah investor naik signifikan adalah dukungan infrastruktur teknologi informasi dan simplifikasi pembukaan rekening. Hal ini didukung dengan data bahwa lebih 60% investor memiliki rekening di agen penjual financial technology (fintech).
Menurut Uriep, Self-Regulatory Organization (SRO) bersama OJK berupaya bersinergi dalam pengembangan pasar modal Indonesia yang dituangkan dalam program strategis dan roadmap jangka panjang. “Berbagai kebijakan dan penyesuaian baru dipersiapkan agar pasar modal Indonesia terus berkembang di tengah pandemi Covid-19 termasuk dalam rangka mewujudkan pemulihan ekonomi,” tuturnya.
Sementara Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi mengatakan, tercapainya rekor baru jumlah investor saham di BEI maupun rekor lain, seperti 1 juta investor saham baru pada 31 Agustus 2021 lalu, tidak lepas dari dukungan generasi muda. “Dominasi tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat peran investor lokal sehingga menjadi tuan rumah di negeri sendiri.”ujarnya.
Jumlah investor pasar modal Indonesia baik saham, obligasi, maupun reksa dana, per 14 Oktober 2021 telah mencapai 6.597.100 SID. Pertumbuhan investor pasar modal ini, memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi Indonesia. Hasan menambahkan, BEI gencar menarik minat generasi muda berinvestasi di pasar modal Indonesia dengan berbagai edukasi dan sosialisasi, yang memanfaatkan teknologi serta solusi digital. “Kami yakin dengan pengetahuan yang baik tentang pasar modal akan membantu calon investor, khususnya generasi muda menentukan strategi investasi," kata Hasan.
Menurut Hasan, peran serta investor generasi muda menjadi aspek penting memperkuat ketahanan pasar modal Indonesia serta mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional. Kini Pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun dihadapi dan menghadirkan tantangan bagi pasar modal, berhasil dilalui dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada dan salah satunya dengan pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan operasional.
Kepala Departemen Pasar Modal Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), Muhammad Hanif menilai, keberadaan financial technology (fintech) turut mendorong pertumbuhan investasi ritel di pasar modal. Selain itu, adanya pandemi Covid-19 juga ikut mendorong peningkatan minat investasi. Tren positif ini diyakini dapat mendorong literasi dan inklusi keuangan pada sektor pasar modal.
Disampaikannya, fintech memiliki peran penting mendorong pertumbuhan pasar modal karena memberikan banyak kemudahan untuk calon investor. Kemudahan tersebut antara lain, proses membuka rekening yang mudah tanpa harus datang ke bank sebagai agen penjual reksa dana dan SBN atau ke perusahaan sekuritas. Prosesnya pun cukup mudah. Selain itu untuk membeli reksa dana melalui fintech juga lebih terjangkau mulai dari Rp 10.000."Dengan adanya fintech, calon investor tinggal mengunduh aplikasi, lalu melakukan registrasi. Prosesnya juga lebih cepat, bahkan tidak sampai satu hari sudah bisa di-approve. Kemudian untuk jumlah transaksinya juga terus meningkat. Misalnya untuk transaksi saham, jumlah transaksinya hingga akhir 2021 diperkirakan mencapai 9 juta transaksi jual-beli saham hanya melalui fintech,”kata Hanif.
Tidak hanya itu, banyaknya perusahaan teknologi hingga unicorn seperti PT Bukalapak Tbk melantai di pasar modal juga membawa antusiasme cukup tinggi bagi masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen, munculnya rencana perusahaan rintisan (startup) berskala besar dan pertumbuhan investor retail yang signifikan menjadi oase bagi pasar modal di tengah pandemi. “Masuknya unicorn atau decacorn ke bursa saham domestik melalui IPO, mendongkrak kapitalisasi pasar. Selain itu, juga memberikan daya tarik tersendiri bagi investor, termasuk investor asing sehingga lebih menggairahkan perdagangan saham di bursa dalam negeri," kata Hoesen.
Meski pasar modal berhasil mencatatkan rekor pertumbuhan investor, nilai transaksi hingga kapitalisasi pasar di tengah pandemi, namun dalam menjalankan bisnisnya tidak luput dari upaya membantu pemerintah menekan penyebaran virus corona dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes). Bahkan belum lama ini pihak BEI bersama lembaga SRO lainnya menggelar vaksinasi Covid-19 untuk tenaga investor pasar modal hingga masyarakat luas. Dimana kegiatan ini pun berlanjut di berbagai kantor cabang BEI di seluruh Indonesia. Sehigga kedepan pasar modal tidak hanya tumbuh diatas kertas tetapi juga kuat terhadap virus corona.
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…
NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…
NERACA Jakarta -PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pertumbuhan investor ritel pasar saham Indonesia dapat melebihi 7,5 juta orang pada…
Kejar pertumbuhan penjualan smartphone dalam negeri, perusahaan produsen smartphone Xiaomi hadirkan produk baru Redmi A5 hadir di Indonesia dengan harga…
NERACA Jakarta –Sampai dengan April 2025, emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) melaporkan telah menghabiskan dana sebesar Rp1,79…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan kinerja positif di kuartal pertama 2025. Dimana perseroan…