Kebutuhan Energi Makin Meningkat - Thorium Bisa Jadi Energi Alternatif Ramah Lingkungan

NERACA

 

Jakarta - Persatuan Insinyur Indonesia masih mengkaji potensi thorium atau nuklir jinak di sejumlah daerah sebagai energi alternatif untuk masa depan. “Ketersediaan thorium sebagai sumber energi lebih lama dibandingkan dengan energi yang lain. Selain itu, pemanfaataanya bisa mencapai ratusan juta tahun,” kata Wakil Ketua Badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia, Bambang Purwohadi di Jakarta, Kamis (21/6).

Bambang menuturkan, bila rencana tersebut telah terealisasi, diharapkan bisa mendukung kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. “Energi masih menjadi permasalahan utama nasional saat ini, sehingga potensi energi alternatif sangat diperlukan,” ujarnya.

Namun, lokasi potensi energi alternatif di dalam negeri masih dirahasiakan karena masih dalam tahap penelitian. Thorium bisa menjadi energi alternatif karena ramah lingkungan sehingga masyarakat diharapkan tidak khawatir dengan penggunaan energi ini. “Tenaga nuklir memang dikhawatirkan warga karena tingginya radiasi yang ditimbulkan. Meski thorium merupakan nuklir, tapi ramah lingkungan,” paparnya.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia, Handoko mengatakan, energi baru ini bisa diaplikasikan untuk sejumlah sektor, seperti mesin dan otomotif. Diharapkan thorium bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) yang ketersediaannya dinilai semakin menyusut. “BKM PII akan mengajak instansi terkait untuk mengembangkan energi terbarukan ini, mulai dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” tandasnya.

Di tempat berbeda, Staf Bappeda Pemprov Babel, Ahmad Yani Hasir memaparkan, di Provinsi Bangka Belitung selain kaya akan timah, juga kaya akan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yaitu Thorium. Thorium ini diperoleh dari ikutan timah yang berada dalam Tin Slag dan tidak ikut diekspor.

Lebih jauh lagi Ahmad mengatakan, Thorium yang tersimpan dalam Tin Slag di Babel ini mencapai ribuan ton yang masih tersimpan dari proses peleburan timah baik yang ada di PT. Timah, PT. Koba Tin dan Smelter-smelter yang ada di Babel.

“Kita bersyukur sekali bahwa daerah kita ini dikaruniai Thorium yang banyak punya ribuan ton. Thorium dan Uranium ini merupakan bahan bakar dari PLTN, dan kita beruntung memilikinya, bahkan sudah lama tersimpan sejak timah digali,” ungkapnya.

Dari Babel

Meskipun memiliki bahan baku PLTN, Yani menjelaskan, untuk rencana PLTN yang akan dibangun di Bangka Barat dan Bangka Selatan nantinya tidak akan menggunakan bahan baku thorium dari Babel tersebut, karena sebelum dijadikan bahan baku, Thorium terlebih dahulu dikayakan dengan tekhnologi yang super canggih yang hanya ada di Eropa dan negara-negara maju lainnya.

“Untuk mengelolanya harus diperkayakan, dan kita belum punya teknologi itu. Tapi, di negara Eropa Slowakia, Slovenia, Amerika ada, dan boleh kita bawa kesana untuk dikayakan menjadi bahan baku PLTN kita, namun kita punya kebijaksanaan, BATAN tidak akan menggunakan deposit-deposit uranium dan thorium ini di Indonesia terlebih dahulu. Kita tetap akan membeli secara bahan baku itu, karena secara strategi politik ekonomi jauh lebih mengutungkan membeli daripada kita mengayakan thorium kita,” timpalnya.

Hal ini menurut Yani, dikarenakan beberapa pertimbangan oleh BATAN dan pemerintah pusat, diantaranya adalah untuk persediaan Thorium dunia jika sewaktu-waktu Thorium dan Uranium dunia habis, Indonesia bisa menggunakannya dan jauh lebih efisien serta nominalnya lebih baik lagi. “Karena suatu saat dunia akan megalami kelangkaan sumber energi, dan thorium kita tahan dulu apabila persediaan dunia menipis. Kita akan perkayakan kita kirim ke luar negeri, atau kita addopt teknologi mereka kita bangun pengayaan di Indonesia. Kita memerlukan SDM yang jauh lebih hebat lagi untuk pengayaannya dengan tujuan untuk perdamaian bukan peperangan,” tukasnya.

Lebih lanjut dikatakan Yani, meskipun Indonesia belum memiliki tekologi pengayaan Thorium dan Uranium tersebut, namun Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan SDA yang banyak sehingga SDM Indonesia yang saat ini bekerja di negara maju bisa ditarik kembali ke Indonesia. Dia menyebutkan, ahli nuklir, kimia dan fisika Indonesia saat ini bahkan ada yang bekerja di Internasional Atom Energi Agency (IAEA) selama kurang lebih 20 tahun, dan di negara-negara lainnya.

“Memang, yang mengerti teknologi pengayaan Thorium ini adalah ahli-ahli nuklir, fisika, kimia, dan dalam hal ini kita banyak SDMnya, namun tidak punya sarana prasarana sehingga mereka ini digunakan oleh IAEA dan negara maju lainnya yang sudah diakui dunia. Intinya kita tidak kekurangan SDM, kita kaya akan SDA, oleh sebab itu IAEA sangat mendukung kita membangun PLTN, karena kita lebih siap dibandingkan negara-negara tetangga di ASIA,” tandasnya.

Yani mengharapkan, dukungan seluruh masyarakat Bangka Belitung dalam pembangunan PLTN ini, karena PLTN merupaka solusi untuk kebutuhan listrik di Indonesia yang setiap tahun mengalami peningkatan kebutuhan seiring dengan pertumbuhan penduduk, investasi dan sebagainya.

Dengan adanya PLTN, masyarakat Babel menurutnya lebih mudah memenuhi kebutuhan listrikya, bahkan jauh lebih murah dibandingkan yang ada saat ini. Selain itu, keberadaan sumber listrik ini bukan hanya berakibat pada kebutuhan masyarakat yang terpenuhi, namun berkembangnya Provinsi Babel menjadi provinsi maju, karena segala bentuk investasi akan masuk dan akan meningkatkan perekonomian masyarakat serta membuka lapangan kerja baru.

BERITA TERKAIT

Industri Waralaba Turut Majukan UMKM

NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mendorong industri waralaba turut memajukan UMKM dalam lingkup…

Program Aren Nasional untuk Pengembangan Bioetanol Indonesia

NERACA Jakarta – Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Juli Antoni, melaksanakan kunjungan kerja ke perkebunan aren milik masyarakat di Kabupaten…

Saint Lucia Belajar Olah Kelapa di Indonesia

NERACA Jakarta – Saint Lucia adalah salah satu negara di Kepulauan Karibia aktif menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Industri Waralaba Turut Majukan UMKM

NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mendorong industri waralaba turut memajukan UMKM dalam lingkup…

Program Aren Nasional untuk Pengembangan Bioetanol Indonesia

NERACA Jakarta – Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Juli Antoni, melaksanakan kunjungan kerja ke perkebunan aren milik masyarakat di Kabupaten…

Saint Lucia Belajar Olah Kelapa di Indonesia

NERACA Jakarta – Saint Lucia adalah salah satu negara di Kepulauan Karibia aktif menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan…