Darya Varia Laboratoria Serap Capex Rp 26 Miliar

NERACA

Jakarta – Di kuartal pertama 2021, PT Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 26 miliar dari total capex yang dialokasikan Rp 134 miliar untuk ekspansi usaha."Capex masih untuk melanjutkan pedoman CPOB, kami juga menyelesaikan serialisasi 2D untuk pabrik, menambah perangkat dan renovasi gudang," kata Direktur Keuangan PT Darya Varia Lobaratoria Tbk, Yustina Endang dalam virtual daring di Jakarta, kemarin.

Emiten farmasi ini menyebutkan, mayoritas capex untuk ekspansi kapasitas produksi obat, serta biaya dan implementasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Sementara Wakil Direktur Utama PT Darya Varia Laboratoria Tbk, Ian Kloer mengatakan, tahun ini perusahaan masih melanjutkan agenda yang dicanangkan tahun lalu. Perusahaan berencana untukmengintensifikasikan pendapatan portofolio produk vitamin serta mengeluarkan sejumlah produk baru.

Ian mengatakan, DVLA mendorong penjualan produk suplemen ke Filipina dan Myanmar. Di negara tersebut, DVLA menjual produk seperti Enervon Active. "Kami juga makin meningkatkan kemitraan dengan dokter dan rumah sakit serta melibatkan keterlibatan di ranah digital dengan menjual produk di beberapa e-commerce," jelasnya.

Sementara sepanjang 2020 Darya Varia Laboratoria Tbk memperoleh laba bersih Rp 162 miliar atau turun 26,92% dari tahun 2019. Meski demikian pendapatan meningkat 0,55% jadi Rp 1,82 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 1,81 triliun. Ian Kloer mengatakan, kinerja DVLA sedikit banyak dipengaruhi oleh sulitnya mendapatkan pasokan bahan baku obat akibat Covid-19 gelombang pertama di Tiongkok, India dan Italia. Ketiga negara tersebut, memang menjadi sumber bahan baku mayoritas dari produksi obat DVLA.

Ian melanjutkan, untuk meringankan kesulitan tersebut pula, DVLA mendorong penjualan produk suplemen ke Filipina dan Myanmar. Di negara tersebut, DVLA menjual produk seperti Enervon Active. Pendapatan DVLA antara lain disumbang dari lini pihak ketiga dan berelasi yang terdiri dari obat resep dan bebas. Di segmen ini, DVLA mengantongi pendapatan Rp 1,81 triliun. Perolehan lini ini meningkat 1,68% dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 1,78 triliun.

Adapun lini jasa maklon yang terdiri dari pihak ketiga dan berelasi turun cukup signifikan yakni 60,93% atau hanya sekitar Rp 12,83 miliar dari Rp 32,84 miliar di 2019. DVLA menyebut, penurunan tersebut dipengaruhi penurunan kunjungan masyarakat ke rumah sakit di masa Covid-19. Namun demikian, sepanjang 2020 DVLA masih mampu menduduki posisi top of mind yakni sebesar 18% di pasar farmasi dalam negeri. Posisi tersebut melampui Kalbe Farma yang menguasai pasar 16% dan Dexa Medika sebesar 14%.

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…