Sidoarjo - Industri pengolahan kayu di tanah air terus menunjukkan pertumbuhan. Setelah sebelumnya mengalami kontraksi, pada triwulan I 2021 industri furnitur telah bangkit dan tumbuh positif sebesar 8.04%.
NERACA
Produktivitas industri pengolahan kayu dalam negeri terus meningkat, menandakan meningkatnya permintaan atau demand pada sektor tersebut. Hal ini berpeluang meningkatkan minat investasi di sektor tersebut.
“Suatu kebanggaan bagi saya berada di antara rekan-rekan pelaku industri yang terus bergerak menciptakan peluang pasar baru dan membangun kemandirian ekonomi melalui investasi baru,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, saat peresmian PT. Woodone Integra Indonesia di Sidoarjo, Jawa Timur.
PT. Woodone Integra Indonesia melakukan perluasan investasi sebesar Rp255,8 miliar. Investasi ini khususnya untuk pengembangan produk pintu dari kayu. Secara keseluruhan, perusahaan memproduksi barang bangunan dari kayu dan komponen bahan bangunan dari kayu yang meliputi wooden step, pintu kayu, stair riser, kusen kayu, list kayu/architrave, dan plinth kayu/skirting. Produk utama saat ini adalah pintu kayu dengan kapasitas produksi 35.000 set per bulan.
Selama ini, perkembangan permintaan global produk industri furnitur dan woodworking secara keseluruhan sangat menjanjikan, baik itu di dalam negeri maupun untuk ekspor. "Ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) di tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai USD1,91 miliar atau meningkat 7.6% dari tahun 2019 yaitu senilai USD1.77 miliar," jelas Agus.
Dari jumlah tersebut, Agus mengungkapkan, Indonesia berada di deretan eksportir produk-produk funitur besar seperti China, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 adalah AS, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.
Pada ekspor produk woodworking, khususnya pintu (HS 4418.20), tahun 2019 Indonesia juga masih berada pada deretan eksportir terbesar pintu dunia seperti China, Canada, Polandia, Brazil, Jerman. "Pada tahun 2020, Indonesia berada di urutan enam besar pengekspor pintu dengan negara tujuan ekspor Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Australia, dan Afrika Selatan," ungkap Agus.
Sementara itu, menurut Agus dalam upaya menjaga tetap stabilnya demand di dalam negeri, pemerintah terus memberikan stimulus fiskal dan moneter yang jumlahnya lebih tinggi dari implementasi saat krisis 2008.
Sedangkan dalam hal belanja rumah tangga, pandemi mengakibatkan adanya fenomena reorganisasi signifikan belanja rumah tangga akibat pandemi, yaitu peralihan dari hiburan, pariwisata dan transportasi, ke sektor lain seperti produk teknologi dan kebutuhan menata atau renovasi rumah.
"Pola belanja furnitur dan renovasi rumah, termasuk pintu melalui gawai atau belanja online juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan," ungkap Agus.
Pergeseran pola belanja dan peningkatan belanja online akibat pandemi ini semestinya menjadi peluang peningkatan pasar bagi industri furnitur dan woodworking, seperti yang dilakukan oleh PT. Woodone Integra Indonesia.
Perusahaan tersebut pada hari ini juga melakukan ekspor ke-1000 untuk pintu kayu sejumlah tiga container dengan nilai mencapai USD120.000. Pada bulan Maret 2021, perusahaan telah mengirimkan sejumlah 35.450 set pintu serta 3.570 set tangga/BC.
"PT. Woodone Integra Indonesia tentu telah memahami besarnya pasar konsumen dalam negeri Indonesia maupun pasar ekspor. Dukungan bahan baku dan permesinan yang canggih, efisien dan ramah lingkungan diharapkan dapat menunjang kelancaran produksi kedepannya," terang Agus.
menurut Agus, perusahaan tersebut masih berpeluang untuk meningkatkan produksinya. "Kami mendorong agar Woodone bisa memproduksi hingga 100.000 set pintu per bulan," ujar Agus.
Guna mendorong terus tumbuhnya investasi pada industri furnitur di tanah air, Kementerian Perindsutrian juga terus memberikan fasilitas kemudahan iklim berusaha terutama antisipasi penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun terus mendukung peningkatan ekspor furnitur yang saat ini sudah baik agar semakin baik lagi, terutama untuk membantu pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
“Kinerja ekspor sektor furnitur tumbuh pesat di masa pandemi Covid-19. Hal ini karena bekerja dari rumah menjadi pilihan dan membutuhkan peralatan kerja yang baik. Kemendag akan membantu agar ekspor lebih besar lagi sehingga bisa ikut menggerakkan perekonomian nasional,” Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Lebih lanjut, Lutfi menilai besarnya pasar Amerika Serikat maka pihaknya mendukung capaian kinerja ekspor produk furnitur Indonesia ke Negeri Paman Sam tersebut. “Selain itu, konsumen AS juga cenderung suka meredekorasi rumah saat bekerja dari rumah selama pandemi,” ujar Lutfi.
Lutfi pun mengakui, perang dagang antara AS dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) turut membuka peluang memperluas pasar produk furnitur Indonesia di AS. Pajak yang dibebankan Pemerintah AS kepada barang-barang asal RRT membuat konsumen AS harus mencari alternatif barang-barang dari negara selain RRT dengan harga yang lebih bersaing, dan salah satu alternatifnya adalah produkproduk Indonesia.
NERACA Surabaya – Menteri Perdagangan Budi Santoso melepas ekspor perdana 8.872 pasang produk alas kaki buatan CV Rumah Jeddiah senilai…
NERACA Raja Ampat - Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya terus mendorong pengelolaan tambang di wilayah Raja Ampat…
NERACA Rote Ndao – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan melakukan tiga kerja sama penting mewujudkan…
NERACA Surabaya – Menteri Perdagangan Budi Santoso melepas ekspor perdana 8.872 pasang produk alas kaki buatan CV Rumah Jeddiah senilai…
NERACA Raja Ampat - Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya terus mendorong pengelolaan tambang di wilayah Raja Ampat…
NERACA Rote Ndao – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan melakukan tiga kerja sama penting mewujudkan…