NERACA
Jakarta – Emiten produsen lakban, selotip, pelapis makanan, aluminium foil, perekat dan lainnya, PT Ekadharma International Tbk (EKAD) memiliki kas yang berlimpah. Pasalnya, kerap disebut diuntungkan karena berkembangnya e-commerce di Indonesia. Salah satu brand yang didistribusikan EKAD adalah Daimaru, Superfix, Ekatape, dan BestPack.
Menurut riset Lifepal.co.id yang diterima neraca di Jakarta, kemarin, perseroan memiliki profitabilitas yang cukup menjanjikan. Tengok saja, aset EKAD terus mengalami pertumbuhan yang signifikan, begitu pula dengan ekuitasnya. Sementara itu liabilitas EKAD terbilang cukup rendah jika dibandingkan dengan aset dan ekuitas. Dengan total aset lancar sebesar Rp 548 miliar dan total liabilitas (utang) jangka pendek sebesar Rp 76,6 miliar, maka EKAD memiliki current ratio sebesar 715,41%. Bisa dikatakan bahwa EKAD memiliki kemampuan membayar utang jangka pendeknya sebesar 7 kali lipat.
Berdasarkan data yang dihimpun, penjualan EKAD memang terus tumbuh dari tahun ke tahun. Perolehan laba bersih EKAD yang tertinggi ada pada 2016, di mana perseroan sukses mencetak laba bersih sebesar Rp 90,6 miliar. Tepat pada kuartal III 2020, EKAD mencetak laba bersih sebesar Rp 73,9 miliar. Perolehan ini sudah sangat mendekati perolehan laba bersih tahunan tahun 2018.
Dalam perhitungan rasio profitabilitas di kuartal III 2020, marjin laba bersih/ net profit margin (NPM) EKAD berada di angka 14,76%, marjin laba kotor/ gross profit margin (GPM) di 32,52%, rasio pengembalian aset (ROA) di 7,21%, dan rasio pengembalian ekuitas (ROE) di 8,16%. Maka bila dibandingkan dengan emiten sub sektor bahan kimia yang memiliki kapitalisasi besar, bisa dikatakan bahwa profitabilitas EKAD memang cukup baik.
Sebut saja BRPT memiliki NPM 0,68%, GPM 22%, ROE 1,16% dan ROA 0,21%. Sementara itu TPIA memiliki NPM -1,56%, GPM 3,72%, ROE -1,52%, ROA -0,81%, AGII memiliki NPM 1,87%, GPM 42,72%, ROE 1,21%, dan ROA 0,55%. Sedangkan MOLI yang merupakan produsen etanol memiliki NPM sebesar 5,42%, GPM 27,40%, ROE 7,04%, dan ROA 3,61%.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa mereka yang membeli saham EKAD pada Januari 2011 dan menyimpannya hingga Januari 2021 berpotensi meraup keuntungan 500%. Di tahun 2011, harga saham perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 862 miliar ini masih berada di kisaran Rp 204 per lembar, namun per tanggal 25 Januari 2021, harganya sudah mencapai Rp 1.235 per lembar.
Sejak dulu, performa EKAD juga selalu mengungguli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kemudian dengan harga Rp 1.235 per lembar, EKAD bisa dinyatakan tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah dari segi price earning ratio (PER) maupun price to book value (PBV). Maka bisa disimpulkan bahwa dalam ketersediaan kas (aset lancar) juga tak kalah penting bagi kelangsungan bisnis emiten. Sebagai investor, kita pun tidak bisa memusatkan perhatian kita hanya pada pertumbuhan penjualan atau sebatas laba bersih saja. (bani)
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…