NERACA
Apakah anda pernah berwisata ke daerah Trowulan, Mojokerto? Tidak banyak yang mengetahui, kota di timur Pulau Jawa ini menyimpan banyak sejarah, budaya juga tempat pariwisata. Salah satunya adalah Maha Vihara Majapahit. Meski sudah berusia 27 tahun, Mahavihara Majapahit ini kurang dikenal masyarakat luas di Jawa Timur. Hanya umat Buddha, khususnya keluarga Buddhayana, yang tahu persis keberadaan vihara yang didirikan Banthe Viriyanadi Mahathera pada 1985 ini. Juga, tentu saja, warga Trowulan di sekitar vihara.
Sebagai vihara besar, Mahavihara Majapahit dilengkapi dengan tetenger berupa patung Buddha Tidur. Patung berwarna keemasan ini disebut-sebut terbesar kedua setelah patung serupa di Thailand. Maha Vihara Majapahit memang difungsikan sebagai tempat ibadah umat Buddha, tapi meskipun demikian tidak ada larangan untuk pengunjung yang beragama lain. Maha Vihara Majapahit terbuka bagi semua pengunjung yang ingin menikmati keindahan patung Budha tidur, tapi dengan syarat tidak boleh berisik. Memang para biksu dan biksuni di Maha Vihara Majapahit sangat menghargai ketenangan.
Patung ini didirikan sekitar tahun 1993 oleh YM Viryanadi Maha Tera. Sedangkan Maha Vihara Majapahit sendiri sudah berdiri dan diresmikan Gubernur Jawa Timur Sularso sejak Desember 1989. patung Budha tidur dengan panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4.5 meter ini di buat dari beton dan di pahat oleh pengerajin patung asal Trowulan. Disekeliling bawah patung juga terdapat ukiran-ukiran yang menceritakan kisah Buddha. Selain itu, pengunjung juga akan menemui sebuah miniatur Borobudur serta berbagai relief indah di belakang bangunan utama.
Terletak di Desa Bejijong, Kabupaten Mojokerto, kehadiran Mahavihara Majapahit kontan mengingatkan kita akan kebesaran Majapahit (1293-1500). Kerajaan yang wilayahnya jauh lebih luas ketimbang Indonesia saat ini. Katakan saja tinggi badan laki-laki Indonesia rata-rata 166 sentimeter, maka sosok Sang Buddha digambarkan lebih besar 13 kali ukuran manusia normal. Tentu saja, patung unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi jemaat Buddha maupun wisatawan.
Selain patung Buddha Tidur berukuran besar, Mahavihara Majapahit dilengkapi sejumlah fasilitas untuk jemaat Buddha, gerai suvenir, aula, asrama banthe, hingga gudang logistik dan dapur umum. Karena itu, ketika ribuan orang mengikuti perayaan Waisak bersama keluarga Buddhayana pada 6 Mei lalu, vihara ini tak perlu membuat terop atau membuka dapur umum segala. Di pojok sebelah timur kompleks Vihara Majapahit dibangun asrama untuk para bhante atau rohaniwan Buddha. Setiap hari mereka bermeditasi, melakukan olah spiritual, serta melayani pengunjung yang berasal dari berbagai daerah di tanah air.
Untuk menuju ke Maha Vihara Majapahit, jika menggunakan angkutan umum bisa dengan naik minibus dan turun di Balai Perlindungan Benda Purbakala Trowulan. Dari situ lalu berjalan kaki menuju Maha Vihara Majapahit. Tempat ini juga dekat dengan berbagai situs peninggalan kerajaan Majapahit seperti Candi Brahu, Kolam Segaran, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Museum Majapahit [Pusat Informasi Majapahit], dll, jadi jika anda berwisata ke Trowulan, selain bisa menikmati keanggunan patung Budha tidur [The Sleeping Buddha] raksasa anda juga bisa melakukan wisata sejarah dengan menelusuri jejak peninggalan kerajaan Majapahit.
oh ya, beberapa sumber mengatakan bahwa The Sleeping Buddha juga bisa di temui di Thailand, Jepang, Nepal, dan beberapa negara di Asia lainnya, jadi jika anda berwisata ke daerah Jawa Timur sempatkanlah mengunjungi patung Budha tidur ini, tidak ada biaya tiket masuk Maha Vihara Majapahit alias Gratis, tapi pengunjung di haruskan untuk menjaga ketenangan alias ga boleh berisik.