Surat Utang Korporasi Diprediksi Turun 30%

NERACA

Jakarta – Dampak dari pandemi Covid-19 banyak surat utang korporasi yang gagal bayar dan hal inpun diakui PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Belum adnya ketidakpastian berakhirnya pandemi saat ini, menjadi alasan bagi Pefindo pasar penerbitan surat utang korporasi sepanjang 2020 diprediksi akan menurun hingga 30%. Ya, dampak pandemi Covid-19 membuat penerbitan jatuh tempo meleset dari proyeksi awal tahun sebesar Rp158,5 triliun.”Pandemi membuat cash flow perusahaan menurun, sehingga kebutuhan menerbitkan surat utang lebih menurun dari tahun sebelumnya," kata Ekonom Pefindo, Fikri C Permana dalam acara IDX channel di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, pada periode Januari sampai September 2020 penerbitan surat utang korporasi baru mencapai Rp66,2 triliun. Sementara pada tahun lalu, di periode yang sama, penerbitan surat utang mencapai Rp102 triliun. Menurutya, ini merupakan penurunan yang signifikan sekali.

Dia menjelaskan, di tahun ini pada Januari sama sekali tidak ada penerbitan surat utang korporasi, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan April dan Juni. "Secara umum penerbitan surat utang ini untuk refinancing atau pun ekspansi. Nah kalo=au surat utang turun, maka antara dua hal itu yang juga berkurang," jelasnya.

Sebelumnya, Pefindo menetapkan peringkat SD (selective default) kepada PT Modernland Realty Tbk (MDLN). Peringkat tersebut menandakan obligor gagal dalam melaksanakan satu atau lebih kewajibannya. Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra dalam siaran persnya mengatakan, peringkat SD tersebut berlaku untuk periode 17 September 2020 sampai 1 April 2021. Peringkat tersebut didasarkan pada data laporan keuangan perseroan per 31 Maret 2020 dan 31 Desember 2019. "Obligor dengan peringkat SD menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, baik atas kewajiban yang telah diperingkat atau tidak diperingkat, tetapi masih melakukan pembayaran tepat waktu atas kewajiban lainnya," kata dia.

Peringkat atas perusahaan tidak berlaku untuk efek utang yang dikeluarkan perusahaan, karena tidak memperhitungkan struktur serta berbagai ketentuan (provision) dari efek utang tersebut, tingkat perlindungan, dan posisi klaim dari pemegang efek utang. Disamping itu, peringkat atas perusahaan tidak memperhitungkan kemampuan penjamin, pemberi asuransi, atau penyedia credit enhancement lainnya yang ikut mendukung suatu efek utang tertentu. Selain peringkat SD, Pefindo menetapkan peringkat CCC untuk obligasi Berkelanjutan I Tahap I Seri B Tahun 2015 milik Modernland Realty.

Penetapan peringkat untuk obligasi senilai Rp 150 miliar tersebut didasarkan laporan keuangan perseroan per 31 Maret 2020 dan 31 Desember 2019. "Efek utang dengan peringkat CCC saat ini rentan untuk gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan emiten yang lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang," ungkap Salyadi.

Sementara itu, Modernland Realty melalui Rapat Umum Pemegang Saham Obligasi (RUPO) pada 14 Juli 2020 telah meraih persetujuan untuk melakukan restrukturisasi obligasi. Perseroan akan memperpanjang jatuh tempo obligasi Berkelanjutan I Modernland Realty Tahap I Tahun 2015 Seri B dari 7 Juli 2020 menjadi 7 Juli 2021.

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…