Sentimen Covid 19 Bikin IHSG Kembali Anjlok

NERACA

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (19/3) dibikin keok. Pasalnya, seharian IHSG berada di zona merah dan bahkan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan trading halt atau membekukan sementara perdagangan karena IHSG turun lebih dari 5%. Prediksi IHSG bakal menguat seiring merespon sentimen positif Bank Indonesia (BI) yang memangkas acuan suku bunga tidak berpengaruh.

Mengakhiri perdagangan Kamis sore kemarin, IHSG ditutup melemah 225,25 poin atau 5,2% ke posisi 4.105,42. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 43,52 poin atau 6,64% menjadi 612,12.”Pemangkasan 7RRR 25 bps belum mampu menetralisir kekhawatiran investor terhadap pandemi COVID-19 di Indonesia, dimana jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal terus bertambah," kata analis Indopremier Sekuritas, Mino di Jakarta, kemarin.

Secara sektoral, seluruh sektor terkoreksi dimana sektor aneka industri turun paling dalam yaitu minus 6,07%, diikuti sektor manufaktur dan sektor konsumer masing-masing minus 5,96% dan minus 5,95%. Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau "net foreign sell" sebesar Rp35,87 miliar.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 244.073 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 5,23 miliar lembar saham senilai Rp5,18 triliun. Sebanyak 46 saham naik, 378 saham menurun, dan 92 saham tidak bergerak nilainya. Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 173,8 poin atau 1,04% ke 16.552,8, indeks Hang Seng melemah 582,7 poin atau 2,61% ke 21.709,1, dan indeks Straits Times melemah 106,91 poin atau 4,41% ke 2.318,71.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG masih melemah 213,64 poin atau 4,93% ke posisi 4.117,03., sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 43,88 poin atau 6,69% menjadi 611,75. Tim riset Samuel Sekuritas dalam risetnya memperkirakan IHSG akan menguat terbatas dengan menunggu keluarnya suku bunga acuan Bank Indonesia dan menguatnya bursa saham regional.

Bank Indonesia berpeluang memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7DDR) sekitar 25-50 basis poin dalam Rapat Dewan Gubernur pada 18-19 Maret 2020. Hal tersebut untuk merespons kebijakan The Fed pada Minggu (15/3) yang mengambil kebijakan darurat dengan memotong suku bunga acuan US Fed Fund Rate sebesar 100 bps ke 0,25% dan mengeluarkan program quantitative easing sebesar US$ 700 miliar.

BERITA TERKAIT

Ramayana Bagikan Dividen Rp355,8 Miliar

NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…

Data Positif Warnai Kapitalisasi Pasar BEI Sepekan

NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…

Dana Asing Keluar Pasar Saham Rp50,72 triliun

NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Ramayana Bagikan Dividen Rp355,8 Miliar

NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…

Data Positif Warnai Kapitalisasi Pasar BEI Sepekan

NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…

Dana Asing Keluar Pasar Saham Rp50,72 triliun

NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…

Berita Terpopuler