Antara Modus vs Trend

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi., Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Review kinerja perbankan 2019 dan menatap prospek pada 2020 tidak hanya mengacu data angka nominal tapi juga sejumlah kejahatan perbankan yang muncul sehingga hal ini bisa menjadi pemetaan untuk mereduksinya di kemudian hari. Hal ini penting karena perbankan bukan sekedar layanan berbasis offline dan online tapi juga komitmen untuk menjamin keamanan dana nasabah dari berbagai kemungkinan kejahatan kerah putih di industri perbankan.

Terkait ini Perhimpunan Bank Swasta Nasional - Perbanas sukses menggelar hajatan Indonesia Banking Expo - IBEX 2019 di Fairmont Hotel Jakarta 6 Nopember 2019 dengan tema ‘Consolidate to Elevate’. Urgensi IBEX tidak saja terkait langkah antisipasi persaingan ke depan yang semakin kompleks tetapi juga pentingnya antisipatif dari peluang kejahatan perbankan. Bagaimanapun juga model layanan yang berbasis tradisional (offline) dan modern (online) menyisakan peluang kejahatan bank.

Kasus pembobolan rekening bank milik ASN Dinas Sosial Sragen beberapa waktu lalu dan juga kasus kejahatan perbankan lainnya menarik dicermati, tidak hanya dari aspek keamanan tetapi juga potensi ancaman. Oleh karena itu, rush menjadi konsekuensi logis dari ancaman kejahatan perbankan. Yang justru menjadi pertanyaan mengapa kejahatan perbankan terus saja terjadi? Paling tidak, hal ini menjadi acuan penting tentang trend-modus kejahatan perbankan di republik ini.

Yang juga perlu menjadi perhatian adalah ancaman keterlibatan internal pada setiap kejahatan perbankan. Hal ini menjadi penting karena realitas pengungkapan kejahatan perbankan mayoritas melibatkan orang dalam, baik sebagai pelaku langsung atau tidak langsung. Artinya, ancaman kejahatan kolektif dari setiap kejahatan perbankan memang sangat rentan terjadi dan ini menjadi tantangan untuk bisa mereduksinya di tahun 2020.

Modus

Fakta pengungkapan dari berbagai modus dan trend kejahatan perbankan seharusnya memberikan pembelajaran untuk meningkatkan pengawasan. Sistem pengawasan telah menjadi bagian penting dalam tata kelola dan juga model kepatuhan dalam operasional perbankan. Namun sayangnya, kasus-kasus kejahatan perbankan yang mengebiri aturan tentang tata kelola dan model kepatuhan cenderung terus terjadi sehingga kejahatan di sektor perbankan juga terus meningkat dengan nominal kerugian yang sangat besar. Hal ini perlu dicermati karena ancaman dari kejahatan perbankan adalah aspek kepercayaan dan tentu implikasinya adalah rush yang bisa berdampak negatif terhadap likuiditas. Selain itu maraknya fintech saat ini juga harus dicermati, tidak saja dalam aspek generic competition tapi juga product form competition untuk mengantisipasi semua risikonya.

Belajar dari kasus-kasus kejahatan perbankan, nampaknya kini menjadi sangat penting untuk membangun model pengawasan yang melibatkan masyarakat. Artinya, selain ada pengawasan internal seperti tata kelola dan model kepatuhan, perlu juga peningkatan sistem pengawasan internal yang melibatkan pihak terkait. Harapan dari pengawasan berjenjang yang juga melibatkan pengawasan masyarakat diharapkan dapat mereduksi kemungkinan terjadinya berbagai kejahatan perbankan. Alasan yang mendasari karena perbankan adalah bisnis yang terkait dengan aspek kepercayaan sehingga keterlibatan masyarakat dalam aspek pengawasan diharapkan dapat meningkatkan transparansi bagi kontrol operasional perbankan.

Urgensi pengawasan yang melibatkan masyarakat juga didasarkan pertimbangan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi obyek dari pembiayaan perbankan, tetapi juga menjadi subyek dari operasional perbankan. Oleh karena itu, prinsip transparansi menjadi sangat penting dan karenanya tidak ada alasan untuk tidak selalu meningkatkan transparansi di semua operasional perbankan. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah mengalihkan pengawasan perbankan dari BI ke Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya juga terkait dengan kepentingan untuk melibatkan pengawasan eksternal. Harapannya tentu terjadi peningkatan kinerja dan mereduksi kemungkinan kasus-kasus kejahatan perbankan, termasuk misalnya kasus uang nasabah yang raib.

Beda

Jika dicermati sebenarnya kejahatan perbankan bisa dibedakan menjadi dua yaitu aspek kuantitatif dan juga kualitatif. Kejahatan perbankan dilihat dari aspek kuantitatif lebih mengacu terhadap jumlah nominal kerugian yang terjadi. Kejahatan tipe ini cenderung melibatkan orang dalam dan semakin besar nominal yang terjadi biasanya melibatkan kelompok yang lebih besar juga. Oleh karena itu, sangat beralasan jika kasus kejahatan  perbankan selalu disebut sebagai kejahatan kolektif. Fakta yang ada menunjukan bahwa semakin banyak yang terlibat maka semakin banyak juga kerugian yang ditimbulkan.

Kejahatan perbankan dilihat dari aspek kualitatif pada dasarnya tidak hanya mengacu kepada jumlah nominal kerugian yang ditimbulkan tetapi juga modus yang dilakukan. Oleh karena itu, kejahatan perbankan dari aspek kualitatif cenderung terus berkembang karena didukung perkembangan teknologi. Artinya, basis kejahatan yang muncul lebih banyak terjadi karena aplikasi teknologi yang digunakan dan nominal kerugiannya bisa sangat besar tapi juga bisa kecil tergantung korban yang menjadi sasaran kejahatan tipe kualitatif. Belajar dari kasus-kasus kejahatan berbasis teknologi ini maka tipe nasabah dikelompokan menjadi dua yaitu nasabah tipe high tech dan nasabah tipe high touch.

Nasabah tipe high tech memiliki karakteristik melek teknologi, usia dewasa, tinggal di perkotaan, mayoritas termasuk kelas menengah dan berpendidikan tinggi. Nasabah tipe ini cenderung sangat rentan terhadap kejahatan perbankan berbasis teknologi. Fakta ini disebabkan karena interaksi mereka terhadap perbankan lebih banyak dilakukan dengan online dan interaksi ke kantor cabang cenderung semakin rendah.

Oleh karena itu, hal ini berpengaruh positif terhadap ancaman kejahatan berbasis transaksi online, misalnya melalui mobile banking. Oleh karena itu edukasi kepada tipe nasabah ini sangat penting untuk mereduksi kemungkinan terjadinya kejahatan perbankan berbasis layanan online. Modus dengan menggunakan skimming dan phising adalah salah satu yang seringkali menjadi ancaman terkait kejahatan perbankan berbasis layanan online.

Nasabah tipe high touch memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan tipe nasabah tigh tech yaitu kurang melek teknologi, usia tua, tinggal di perdesaan dan mayoritas berpendidikan rendah. Nasabah tipe ini tidak rentan terhadap kejahatan yang berbasis teknologi karena memang akses dan interaksi mereka terhadap layanan online masih sangat kecil. Meski demikian, ancaman terhadap kejahatan perbankan tetap ada dan karenanya edukasi dari perbankan juga sangat penting kepada nasabah tipe ini agar mereka juga terhindar dari berbagai modus dan trend kejahatan perbankan yang terus berkembang.

Selain itu, nasabah tipe ini cenderung lebih sensitif terhadap kasus-kasus kejahatan perbankan. Tipe nasabah ini cenderung rentan terhadap kejahatan perbankan dengan menggunakan model konvensional. Jadi, apapun tipe-nya, pastinya perbankan harus peduli karena menyangkut layanan dan kepercayaan sehingga layanan maksimal menjadi tantangan untuk lebih baik lagi di tahun 2020.

 

BERITA TERKAIT

Elemen Masyarakat Dukung Komitmen Presiden Prabowo Berantas Korupsi

  Oleh: Samuel Erza, Pengamat Sosial Politik   Dalam enam bulan pertama masa pemerintahannya, Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan keseriusan…

Mewaspadai Kepentingan Politik di Balik Aksi Indonesia Gelap

  Oleh: Nancy Mayesi,  Peneliti Sosial dan Politik   Dalam beberapa waktu terakhir, ruang digital dan jalanan Indonesia diramaikan oleh…

BI Rate Kompetitif, Stimulus Cegah Pelemahan Ekonomi

    Oleh: Bara Winatha, Pemerhati Ekonomi Moneter   Bank Indonesia (BI) resmi mengambil langkah strategis dalam merespons dinamika ekonomi…

BERITA LAINNYA DI Opini

Elemen Masyarakat Dukung Komitmen Presiden Prabowo Berantas Korupsi

  Oleh: Samuel Erza, Pengamat Sosial Politik   Dalam enam bulan pertama masa pemerintahannya, Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkan keseriusan…

Mewaspadai Kepentingan Politik di Balik Aksi Indonesia Gelap

  Oleh: Nancy Mayesi,  Peneliti Sosial dan Politik   Dalam beberapa waktu terakhir, ruang digital dan jalanan Indonesia diramaikan oleh…

BI Rate Kompetitif, Stimulus Cegah Pelemahan Ekonomi

    Oleh: Bara Winatha, Pemerhati Ekonomi Moneter   Bank Indonesia (BI) resmi mengambil langkah strategis dalam merespons dinamika ekonomi…