Harga dan Cuaca Kelapa Sawit Mulai Pulih

NERACA

Jakarta - Produksi CPO bulan Oktober sedikit lebih rendah dibandingkan dengan produksi bulan September 2019 yang diduga disebabkan oleh curah hujan yang masih di bawah normal.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono mengatakan, produksi Jan-Okt 2019 11% lebih tinggi dibandingkan dengan Jan-Okt 2018. Produksi Jan-Mei 2019, masih 19% lebih tinggi dibandingkan produksi Jan-Mei 2018 dan terus turun hingga mencapai 11% untuk periode Jan-Okt.

Perubahan tersebut mengindikasikan adanya pengaruh iklim terhadap produktivitas tanaman. Menurut BMKG, tahun 2019/2020 curah hujan di sebagian besar wilayah perkebunan kelapa sawit diperkirakan normal kecuali di sebagian kecil di Sumatera Utara bagian selatan dan Riau bagian Utara, Jambi bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Timur.

“Namun, kekeringan di tahun 2019 mungkin akan sedikit terbawa pengaruhnya ke tahun 2020,” ucap Mukti, dalam keterangan tertulis.

Disisi lain, Mukti menerangkan konsumsi dalam negeri bulan Oktober 2019 baik untuk oleofood, oleochemical dan biodiesel menunjukkan peningkatan sebesar 6% dari bulan sebelumnya.

Kenaikan terbesar terjadi pada biodiesel (15%) dan oleokimia (8%). Kenaikan biodiesel sejalan dengan kenaikan perpindahan barang dan manusia yang meningkat pada bulan Oktober dibandingkan dengan bulan September.

“Dibandingkan Jan-Okt 2018, konsumsi dalam negeri tahun 2019 untuk periode yang sama naik sebesar 37%. Kenaikan terbesar terjadi pada biodiesel (101%), oleofood (15%) dan oleochemical (8%),” terang Mukti.

Kemudian, Mukti menjelaskan volume ekspor produk minyak sawit Oktober 2019 turun sebesar 6% dibandingkan dengan September 2019. Pada minyak laurat, terjadi kenaikan sebesar 64%. Kenaikan yang tinggi ini diduga merupakan carry over dari ekspor yang minyak laurat yang rendah pada September 2019.

Kenaikan yang tinggi (18%) juga dijumpai pada ekspor oleokimia. Dibandingkan dengan Jan-Okt 2018, volume ekspor Jan-Okt 2019 naik sekitar 2%. Kenaikan terbesar terjadi pada produk oleokimia (113%) dan pada CPO (17%).

Ekspor ke Pakistan pada bulan Oktober naik 100 ribu ton lebih tinggi (+52%) dibandingkan dengan ekspor bulan September, “Sedangkan ekspor ke Afrika pada bulan Oktober 270 ribu ton lebih rendah (-41%) dari ekspor pada bulan September tetapi secara year on year ekspor ke Pakistan 5% lebih rendah sedangkan ke Afrika masih 88% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu,” jelas Mukti.

Sehingga, Mukti mengakui, bulan Oktober terjadi kenaikan harga CPO yang cukup tajam dari USD 520/ton pada awal bulan menjadi USD 660/ton cif Rotterdam pada akhir Oktober 2019. Kenaikan harga minyak sawit sangat melegakan pengusaha dan pekebun setelah beberapa tahun menderita karena harga yang rendah. Harga yang baik ini memberikan kesempatan kepada pengusaha dan pekebun untuk memulihkan kondisi kebun dan pabrik agar kembali berproduksi normal.

“Upaya pemulihan kebun pada awal akhir 2019/awal 2020 merupakan waktu yang tepat karena menurut BMKG curah hujan 2019/2020 akan normal. Meskipun demikian, kegiatan pemulihan ini akan memerlukan waktu,” terang mukti.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom  Bangun memprediksi harga sawit beranjak naik. Pada 21 November 2019, harga sempat tembus RM 2.700 per ton untuk pengiriman tiga bulan mendatang di Bursa Malaysia. Sejumlah faktor mempengaruhi pergerakan harga seperti fluktuasi harga minyak nabati dan mata uang ringgit.

“Saya yakin (harga) akan tembus 2700 Ringgit Malaysia per ton. Hanya  tidak juga begitu cepat naiknya,” ucap Derom.

Adapun factor yang mempengaruhi naiknya harga menurut Derom yaitu penurunan   produksi sehingga stok  dikhawatirkan sudah berada di bawah produksi 1 bulan. Produksi rata-rata per bulan tahun ini adalah sekitar 4 juta ton. Sementara itu, stok sawit diperkirakan hanya 3,73 juta ton.

“Biasanya stok yang normal itu minimum kira-kira 1 bulan jika kurang dari 1 bulan,  pasar akan segera merasakannya misalnya pihak pembeli ketika mengadakan tawar-menawar dengan produsen jumlah yang diharapkan tidak dapat disediakan,” papar Derom.

Artinya, Derom membenarkan dengan dengan menipisnys stok maka harga akan terdorong naik. Belum lagi produsen biodiesel harus membeli banyak CPO untuk persediaan memenuhi kebutuhan yang diperkirakan akan naik mulai bulan Januari 2020. Sehingga program biodiesel di Indonesia menjadi B30 dan di Malaysia menjadi B20 pada Januari 2020 akan berpengaruh terhadap stok CPO di kedua negara tersebut dalam hal ini Indonesia dan Malaysia.

Alhasil stok CPO akan menipis dan menjadi rebutan pembeli dan menyebabkan naiknya harga penawarannya.  Di Eropa penggunaan biodiesel dari minyak nabati lain juga menyedot stok minyak nabati sehingga harga minyak nabati lain bergerak naik. “Karena Ringgit Malaysia mengalami pelemahan maka harga diperkirakan 2800 Ringgit Malaysia per ton pada bulan-bulan mendatang,” harap Derom.

BERITA TERKAIT

Akses Pembiayaan UMKM Jadi Tantangan Tersendiri

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Helvi Moraza menyebut salah satu tantangan yang dihadapi oleh…

Penerimaan Bea Masuk Sektor Pangan Anjlok

NERACA Jakarta – Keberhasilan program swasembada pangan nasional mulai menunjukkan dampak nyata. Salah satunya tercermin dari turunnya penerimaan bea masuk…

Indikasi Geografis Tingkatkan Daya Saing Produk Kelautan Perikanan

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mempercepat pendaftaran Indikasi Geografis (IndiGeo) untuk produk kelautan dan perikanan. Langkah…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Akses Pembiayaan UMKM Jadi Tantangan Tersendiri

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Helvi Moraza menyebut salah satu tantangan yang dihadapi oleh…

Penerimaan Bea Masuk Sektor Pangan Anjlok

NERACA Jakarta – Keberhasilan program swasembada pangan nasional mulai menunjukkan dampak nyata. Salah satunya tercermin dari turunnya penerimaan bea masuk…

Indikasi Geografis Tingkatkan Daya Saing Produk Kelautan Perikanan

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mempercepat pendaftaran Indikasi Geografis (IndiGeo) untuk produk kelautan dan perikanan. Langkah…