NERACA
Jakarta - Industri radio memiliki prospek yang cerah karena beberapa kemudahan untuk mengaksesnya. Pendengar radio dapat mengakses siaran radio di mana saja sambil melakukan aktivitas yang lain.
“Siaran radio juga dapat diterima dengan pesawat atau alat penerima yang harganya terjangkau dengan jangkauan yang luas. Potensi itulah yang mendorong industri di bidang radio memiliki prospek yang cerah,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring di Jakarta, Selasa.
Namun, imbuh Tifatul, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Misalnya, adalah industri radio harus selalu mengedepankan konten yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperkuat karakter bangsa.
Menurut dia, radio juga merupakan media yang sangat efektif sebagai sarana untuk membentuk karakter generasi muda yang memiliki jati diri bangsa.
Sementara itu, Pemilik Radio Kayu Manis, Rohmad Hadiwijoyo menyatakan, meski memiliki prospek yang cerah, namun industri radio membutuhkan inovasi baru agar mampu bersaing dengan media informasi yang lain. “Meski prospektif, industri radio memerlukan inovasi baru, tanpa itu tidak ada gunanya,” katanya.
Inovasi tersebut, sambung Rohmad, salah satunya diperlukan untuk memperluas kue alias pangsa iklan di media radio yang sampai saat ini masih jauh dari angka ideal.
Dia mencatat iklan di media radio pada kurun 2010 hanya berkisar Rp600 miliar atau 1,3% dari seluruh total belanja iklan media 2010 sebesar Rp48 triliun. “Idealnya sekitar 5-7% atau sesuai dengan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Rohmad mencontohkan di beberapa negara lain, belanja iklan di media radio tergolong tinggi bahkan di Amerika Serikat persentasenya mencapai 30% dari total belanja iklan media.
Menurut dia, inovasi menjadi jawaban dari persoalan rendahnya minat belanja iklan di radio. “Saat ini industri radio kita belum siap bersaing dengan derasnya arus teknologi, salah satu indikatornya adalah kita masih harus berebut pangsa iklan dan kita mendapatkan jatah yang kecil,” katanya.
Dia mencontohkan salah satu inovasi yang bisa digarap dan dikembangkan dalam industri radio di antaranya dengan menyinergikan siaran radio dengan internet. Kedua media tersebut dinilainya sama-sama memiliki prospek ke depan yang cerah. “Inovasi di sini adalah bagaimana meningkatkan pendapatan ekonomi dalam industri radio,” katanya.
Menurutnya, radio potensial di zaman pasca-era IT yakni era global warming di mana isu ramah lingkungan akan menjadi fokus utama. Industri radio merupakan industri yang paling ramah lingkungan sehingga pelaku industri di dalamnya diharapkan dapat menggarap potensi tersebut.
NERACA Padang – Berbagai langkah terus dilakukan oleh pemerinah pusat dan daerah untuk terus memperukat kelembagaan pekebun atau petani kelapa…
NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…
NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…
NERACA Padang – Berbagai langkah terus dilakukan oleh pemerinah pusat dan daerah untuk terus memperukat kelembagaan pekebun atau petani kelapa…
NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…
NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…