Kasus Suap Izin Meikarta - Investor Meninggalkan Saham Lippo Grup

NERACA

Jakarta – Kasus suap soal perizinan Meikarta sebagai proyek properti Grup Lippo terhadap pemerintah daerah Kabupaten Bekasi, memberikan dampak berarti terhadap performance kinerja saham sekor properti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). “Kabar itu membuat penilaian investor menjadi negatif terhadap saham Grup Lippo, terutama sektor properti," ujar Indra, analis Henan Putihrai Sekuritas di Jakarta, kemarin.

Investor, lanjut dia, juga akan terus menanti hasil proses klarifikasi lebih lanjut seraya melakukan kalkulasi valuasi harga sahamnya.”Investor akan mencermati siapa saja pihak-pihak yang terkena kasus itu. Jika manajemen pengelola Meikarta tersandung kasus maka dampak negatifnya dapat berlanjut," katanya.

Hal senada juga disampaikan analis Panin Sekuritas, William Hartanto, kasus yang sedang mendera Lippo ini sedikit banyak akan membuat mata investor akan tertutup. “Ini akan membuat kasus ini menjadi sentimen utama pergerakan saham mereka. Tentu akan berdampak negatif,”jelasnya.

Walaupun dampaknya akan terasa di LPCK dan LPKR, namun menurutnya ini juga akan berdampak ke lini bisnis non properti seperti MPPA, LPPF dan MLPL. William  menyarankan investor sebaiknya wait and see di kondisi sekarang dan ikuti perkembangan kasus yang ada.“Masih banyak saham properti lain yang dapat sentimen positif dari LTV. Seburuk apapun rupiah dan faktor eksternal saat ini, keberhasilan LTV tetap akan terlihat,” tutup William.

Sementara Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital menambahkan, adanya kasus operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemerantasan Korupsi (KPK) soal suap perizinan proyek properti Meikarta ini menambah daftar tekanan pada emiten properti Grup Lippo. Secara sektoral, emiten-emiten properti di pasar saham masih belum menunjukkan pemulihan, baik secara fundamental maupun kinerja harga sahamnya, termasuk dua emiten properti Lippo tersebut. Menurutnya, dengan adanya kasus OTT, prospek kedua emiten tersebut menjadi sangat negatif.“Mungkin dari segi dampak finansial secara jangka pendek tidak akan besar, misalnya terkait denda. Namun, dari sisi trust ini yang akan mempengaruhi sebab faktor good corporate governance sangat signifikan dampaknya untuk emiten properti,”ungkapnya.

Alfred mengatakan, emiten properti sangat banyak jumlahnya di pasar modal dalam negeri, sehingga investor punya banyak pilihan untuk beralih dari emiten yang bercitra negatif dari segi GCG. Beberapa emiten properti yang terkena kasus GCG mendapatkan sentimen negatif yang sangat panjang, sehingga harga sahamnya sulit pulih meskipun sudah sangat murah.

Bila terbukti Grup Lippo terlibat dalam kasus korupsi tersebut, harga saham dan likuiditasnya kemungkinan akan terus memburuk. Apalagi, Mahkamah Konstitusi sudah memungkinkan korporasi menjadi terdakwa sebagai pelaku kejahatan korupsi. Menurutnya, dalam kondisi ketidakpastian yang akan meningkat ini, investor kedua emiten sebaiknya melepas kepemilikannya. Pasalnya, ruang penurunan harga saham kedua emiten masih sangat besar ke depan seiring perkembangan pemberitaan tentang kasus tersebut.

BERITA TERKAIT

Dukung Ketahanan Pangan - Progres Proyek Bendungan Manikin Lebihi Target

NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…

Daya Beli Masyarakat Melemah - Astra Pangkas Belanja Modal Jadi Rp25 Triliun

NERACA Jakarta – Mempertimbangkan melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi global menjadi alasan PT Astra International Tbk (ASII) memangkas…

Cipta Sarana Medika Bidik Laba Tumbuh 191%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten rumah sakit PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH)…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Dukung Ketahanan Pangan - Progres Proyek Bendungan Manikin Lebihi Target

NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…

Daya Beli Masyarakat Melemah - Astra Pangkas Belanja Modal Jadi Rp25 Triliun

NERACA Jakarta – Mempertimbangkan melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi global menjadi alasan PT Astra International Tbk (ASII) memangkas…

Cipta Sarana Medika Bidik Laba Tumbuh 191%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten rumah sakit PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH)…

Berita Terpopuler