PERLU PERTIMBANGKAN KEBIJAKAN MONETER KETAT - Bank Dunia dan ADB Prediksi Pertumbuhan 5,3%

Jakarta-Laporan Bank Dunia terbaru mengungkapkan, negara-negara kawasan perlu mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter dan melanjutkan penguatan peraturan makroprudensial. Sementara itu, Bank Dunia dan ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 berada di kisaran 5,3%.

NERACA

"Ini sangat penting khususnya bagi negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi atau pertumbuhan kredit yang cepat bisa memperburuk kerentanan sektor keuangan mereka saat bunga di negara maju dinaikkan," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty seperti dikutip Antara, Kamis (12/4).

Dalam paparan laporan terbarunya bertajuk World Bank East Asia dan Pacific Economic Update edisi April 2018: Enhancing Potential, Sudhir mengatakan kenaikan suku bunga acuan di negara maju adalah salah satu dari berbagai tantangan bagi pembuat kebijakan dalam jangka pendek dan menengah, meski prospek pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik positif.

Menurut Bank Dunia, untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, akan membutuhkan langkah-langkah untuk meredam kemungkinan dampak pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di negara maju.

Seperti pada Maret 2018, Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga jangka pendek 25 basis poin dan diperkirakan masih ada kenaikan sebanyak tiga kali lagi. Kendati The Fed menaikkan suku bunganya, Bank Indonesia sendiri masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI 7-Days Reverse Repo Rate) di level 4,25%.

"Saat ini, negara-negara kawasan kelihatannya siap untuk menaikkan suku bunga acuannya. Ruang untuk pelonggaran moneter tampaknya sudah tidak ada lagi," ujarnya. Selain itu, untuk meningkatkan prospek pertumbuhan jangka panjang dalam menghadapi ketidakpastian kebijakan, terutama terkait perdagangan global.

Tantangan lainnya, yaitu ancaman terhadap sistem perdagangan global saat ini. Negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik bisa merespons ancaman terhadap sistem perdagangan global tersebut dengan memperdalam integrasi dan fasilitasi perdagangannya. Integrasi dan fasilitasi tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN, Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership, serta Belt & Road Initiative.

"Bila dijalankan dengan baik, prakarsa-prakarsa tersebut akan menjadi lebih penting karena negara-negara menyesuaikan strategi pembangunan berbasis manufaktur dengan tantangan yang muncul dengan teknologi dan otomatisasi yang menghemat jumlah tenaga kerja, serta mengaburkan batas antara manufaktur dan jasa," tutur dia.

Tantangan berikutnya, yaitu prospek pertumbuhan yang moderat di seluruh kawasan dalam jangka menengah. Untuk mengatasinya, negara-negara perlu mencari cara untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang mereka.

"Ini dapat mencakup berbagai tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan belanja publik dan penyediaan infrastruktur, memperdalam integrasi perdagangan dan memperbaiki fasilitasi perdagangan, melaksanakan reformasi untuk meningkatkan daya saing, dan membangun sumberdaya manusia," ujarnya.

Pesta Demokrasi

Pada bagian lain, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di kisaran 5,3%. Proyeksi ini sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan kuatnya permintaan domestik.

Dari sisi investasi, menurut Senior Economist Bank Dunia Derek Chen,  perhelatan pesta demokrasi pada 2018 dan 2019 bakal berdampak pada tertahannya pertumbuhan investasi. Investor tentu akan menunggu hasil yang diperoleh dari proses suksesi politik tersebut, sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Sebab itu investasi diprediksi akan kembali menggeliat paska pemilu.

"Setelah pemilu, investasi dapat naik, karena ketidakpastian politik berkurang. Sekarang, investor mungkin menunggu, untuk melihat apa yang terjadi di 2018 dan 2019," ujarnya kemarin.  

Dia menjelaskan proses semacam ini adalah hal yang lumrah terjadi di negara-negara yang melakukan perhelatan pemilu."Dan ini bukan hanya berlaku untuk Indonesia saja, melainkan juga negara-negara lain, setelah mereka melewati pemilu, itu siklusnya," ujarnya.

Terhadap kebijakan pemerintah yang telah menerbitkan PMK No 35/2018 terkait kemudahan fasilitas tax holiday bagi para investor, Bank Dunia menilai aturan ini merupakan hal yang baik bagi iklim investasi Indonesia ke depannya.

Menurut Senior Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Derek Chan, pembebasan pajak (tax holiday) tersebut akan membantu pertumbuhan investasi di Indonesia. Namun, masih ada beberapa hal yang dinilai masih harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

"Tax holiday tentu akan berperan besar dalam hal ini (investasi). Namun kita perlu masih mempertimbangkan aspek-aspek lain yang perlu kita khawatirkan," tutur dia.

Dia mengatakan, hal tersebut seperti sektor infrastruktur, kondisi permintaan pasar, dan juga situasi bisnis di indonesia saat ini. "Hal-hal lain yang kita perlu khawatirkan antara lain infrastruktur, bagaimana kondisi permintaan, harga untuk melakukan bisnis di Indonesia, jadi kita perlu melihat gambarannya secara utuh. Namun tax holiday tentu membantu Indonesia," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengungkapkan sektor komoditas impor dalam negeri berperan besar dalam menjaga serta menciptakan kondisi investasi di Indonesia. "Apakah ketika impor sesuatu ini mudah, cepat, atau terlambat atau hal-hal transportasi lain di Indonesia. Kita perlu melihat kebijakan fiskal, apakah hal tersebut baik bagi pemerintah dalam hal pendapatan, hukum, jadi banyak aspek dalam hal ini," ujarnya.

Meski demikian, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 5,3%. Namun Indonesia diingatkan risiko terhadap stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan yang tetap perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah.

"Kami tidak fokus pada pertumbuhan ekonomi berbasis kuartal namun fokus kami bagi Indonesia yaitu 5,3% pada 2018. Dan ini naik 0,2% dari 2017 yang pada posisi 5,1%. Hal ini akan sangat kuat bagi dunia investasi Indonesia," ujar Derek.

Selain itu, Shudir mengatakan perbaikan ekonomi nasional saat ini juga didorong pertumbuhan laju konsumsi yang terjadi. "Thailand dan Indonesia kami prediksikan tumbuh baik dalam konsumsi," ujarnya.

Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,3% pada 2018 dan 2019. Proyeksi tersebut lebih rendah dibanding target pemerintah sebesar 5,4% dalam APBN 2018.

Menurut Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein,  pertumbuhan ekonomi tersebut seiring naiknya laju investasi dan membaiknya konsumsi rumah tangga. “Manajemen makroekonomi Indonesia yang kuat dan reformasi struktural telah mendorong momentum investasi," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/4). Jika mampu menjaga keberlanjutan upaya reformasi, menurut Wicklein, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih inklusif.

Lebih jauh menurut dia, hal yang mesti menjadi prioritas dari upaya tersebut di antaranya investasi infrastruktur, pengembangan pendidikan dan keterampilan, serta reformasi iklim investasi. ADO juga menggarisbawahi bahwa penguatan investasi telah meningkatkan mutu pertumbuhan, dengan pengeluaran modal yang lebih tinggi dari pemerintah membantu mengatasi kesenjangan infrastruktur.

Laporan ADB Outlook 2018 mengungkapkan, laju investasi di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh sentimen bisnis yang positif dari reformasi struktural, bersama dengan percepatan sejumlah proyek strategis nasional. Inflasi tahun ini diperkirakan akan stabil, sebelum sedikit naik ke 4,0% pada 2019. "Hal ini akan mendukung kepercayaan konsumen dan membantu mempertahankan pengeluaran rumah tangga dan pendapatan riil pada tahun ini dan tahun depan," ujarnya.  

Untuk 2018, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat, sedangkan impor masih tetap kuat, ditopang oleh permintaan barang modal. Oleh karena itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada 2018 dan 2019. "Secara eksternal, risiko terhadap proyeksi perekonomian lndonesia antara lain mencakup laju perkembangan kebijakan moneter di negara maju dan ketegangan perdagangan internasional," ujarnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…