Laba Bank BUMN Melesat Tinggi, NPL Mulai Naik

NERACA

Jakarta-Di tengah peningkatan laba bank BUMN yang cukup signifikan pada akhir 2017, Bank Indonesia mencatat rasio kredit bermasalah (non performing Loan- NPL) gross sedikit meningkat menjadi 2,9% pada Januari 2018. Sedangkan  NPL net menjadi 1,3% pada periode yang sama.

Menurut Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Linda Maulidina, kenaikan tersebut merupakan efek musiman. Sebab, pada Desember tahun lalu NPL cenderung menurun. "NPL yang meningkat itu seasonal effect. Biasa mengalami peningkatan sedikit karena Desember menurun," ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

Namun demikian, kredit bermasalah diprediksi masih akan mengalami penurunan sesuai dengan komitmen perbankan menurunkan NPL. "Sudah jadi komitmen bank untuk turunkan NPL dan disertai juga dengan dukungan kebijakan pengawasan OJK untuk memastikan bank menurunkan NPL," ujarnya.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan rasio kredit macet  turun hingga di bawah 2% di akhir tahun ini. Penurunan seiring langkah perbankan melakukan konsolidasi untuk memperbaiki rasio kredit bermasalahnya.

Menurut Ketua OJK Wimboh Santoso, perbankan di awal tahun ini masih dalam tahap konsolidasi memperbaiki rasio kredit bermasalah. Rasio NPL gross bank per Desember 2017 tercatat 2,55%, naik menjadi 2,86% pada Januari 2018. Namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Januari 2017 yang tercatat 3,07% (yoy). "Kontribusi NPL terbesar tahun lalu dari kredit sektor komersial," kata ujar Wimboh di Bandung, belum lama ini.

Namun, Wimboh meyakini di akhir tahun kondisi berbeda akan terjadi. Beberapa hal seperti langkah konsolidasi bank, membaiknya harga komoditas, membuat rasio NPL akan membaik pada tahun ini. “Faktor lainnya seperti restrukturisasi kredit bank, penghapusbukuan NPL (write off), dan pertumbuhan kredit yang tahun ini ditarget mencapai 20% diharapkan bisa menurunkan NPL (kredit macet) hingga di bawah 2% pada akhir tahun ini,” ujarnya.

Kinerja Bank BUMN

Berdasarkan data RUPS ke-4 Bank BUMN belum lama ini, total realisasi laba bersih sepanjang 2017 mencapai Rp 65,7 triliun,  atau naik 22,83% secara tahunan (yoy). Laba bersih terbesar masih diraih oleh  BRI dengan Rp 28,4 triliun, menyusul kemudian Bank Mandiri Rp 20,6 triliun, BNI Rp 13,6 triliun dan BTN Rp 3 triliun.

Menurut Wakil Dirut BNI Herry Sidharta, kenaikan laba tahun ini lebih disebabkan karena langkah efisiensi yang dilakukan bank. "Selain meningkatkan bottom line kami juga meningkatkan efisiensi," ujarnya kepada pers.

Selain itu, RUPS BRI juga menyepakati untuk membagi dividen ke pemegang saham tahun ini sebesar 45% dari laba tahun 2017. “RUPS tahunan mengesahkan pembagian total deviden sebesar 45% dari laba 2017 yakni Rp 13,04 triliun sebagai dividen. Sedangkan laba ditahan Rp15,94 triliun,” ujar Direktur Utama BRI Suprajarto, di BRI 1 Jakarta, Kamis (22/3).

Dia menjelaskan, porsi dividen tahun buku 2017 tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 40% dari laba 2016. Laba konsolidasi terdiri dari laba Bank BRI beserta perusahaan anak.

Menurut dia, pembagian dividen telah memperhitungkan kecukupan modal perseroan dan masih sehatnya kondisi perekonomian nasional. Memang harus diakui kinerja BRI selama setahun ini dapat disebut sangat bagus dan wajar mempertahankan tim yang sudah solid saat ini. Sementara aset konsolidasi BRI sudah menembus angka Rp1.000 triliun.

Sementara itu, manajemen BTN memutuskan untuk tidak memberikan dividen spesial kepada pemegang saham. Padahal, tiga bank BUMN lainnya seperti Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI memberikan dividen spesial.

Dirut BTN Maryono beralasan, keputusan untuk tidak membagikan dividen spesial karena BTN mendapat tugas untuk menyediakan rumah demi mendukung program sejuta rumah pemerintah. Apalagi BTN menilai kebutuhan rumah (backlog) untuk tahun ini masih tinggi sehingga laba ditahan akan digunakan untuk mendukung bisnis perseroan.

Dalam RUPS pekan lalu, manajemen BTN membagikan 20% dari total laba bersih 2017 sebagai dividen reguler kepada pemegang saham. Laba bersih perseroan sampai dengan akhir 2017 tercatat Rp3,02 triliun sehingga dividen yang dibagikan sekitar Rp605,4 miliar.

Maryono mengatakan, laba yang ditahan Bank BTN sebesar Rp2,42 triliun dan akan digunakan untuk menambah modal perseroan. Dengan tambahan modal tersebut, diharapkan dapat menopang ekspansi kredit serta pengembangan usaha Bank BTN pada tahun ini. mohar

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…