MARAKNYA PERUSAHAAN FINTECH DI INDONESIA - Jumlah Kantor Bank Mulai Menyusut

Jakarta-Maraknya start-up di bidang finansial mulai menggerus pelayanan di sektor perbankan konvensional. Munculnya Fintech menggaet nasabah secara cepat dengan teknologi mutakhir pada akhirnya memangkas jumlah kantor cabang bank yang beroperasi di Indonesia. Karena itu, bank konvensional sekarang mau tidak mau dituntut mampu mengubah layanan yang serba modern dan paperless di masa mendatang.

NERACA

Faktanya saat ini menunjukkan berbagai kemudahan pelayanan Fintech tersebut, pengguna transaksi digital atau e-banking tumbuh sangat pesat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pengguna e-banking pada 2016 mencapai 50,4 juta nasabah, atau tumbuh 270% dari 13,6 juta nasabah (2012). Frekuensi transaksi penggunaan e-banking juga melesat signifikan. Pada 2016, volume transaksi e-banking tumbuh 169% menjadi 405,4 juta transaksi, dari semula 150,8 juta transaksi (2012).

Konsekuensi adanya tren peningkatan penggunaan transaksi digital tersebut, jumlah kantor bank di negeri ini mulai menyusut. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, jumlah kantor bank umum pada November 2017 hanya 32.242 kantor, jumlah ini menurun 2% dari posisi Desember 2016 yang tercatat 32.730 kantor. Sementara itu, jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat masih sedikit meningkat, yakni sebanyak 6.130 kantor atau naik 1%. Namun, tren kenaikan jumlah kantor BPR dalam lima tahun terakhir dalam tren melambat.

“Sejak 2014, memang pertumbuhan kantor-kantor bank baru di Indonesia makin tipis seiring dengan penetrasi internet yang semakin meningkat,” ujar ekonom BCA David Sumual seperti dikutip laman Tirto. Id, beberapa waktu lalu.

Jumlah kantor bank memang saat ini mengalami penurunan, tapi kondisi tersebut diperkirakan hanya terjadi sementara. Menurut David, penambahan kantor baru masih diperlukan, terutama di pelosok-pelosok daerah yang belum banyak penetrasi bank.

Alasannya, menurut dia, masih banyak wilayah di Indonesia yang masih kesulitan untuk mendapatkan akses internet. Selain itu, layanan secara langsung juga dibutuhkan karena tidak sedikit masyarakat yang masih belum melek internet. Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016, penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta orang, atau 51,7% dari populasi.

Selain di Indonesia, Federasi Perbankan Eropa juga mencatat bank-bank di Uni Eropa telah menutup 9.100 cabang dan memangkas sekitar 50 ribu karyawan sepanjang tahun lalu, karena pelanggan semakin memilih perbankan online.

Menurut Reuters, jumlah cabang bank di Uni Eropa telah berkurang menjadi 189.000 pada akhir 2016, turun 4,6% pada tahun sebelumnya. Sementara, jumlah staf terendah mereka sejak 1997, sekitar 2,8 juta orang.

Sebanyak 48 ribu cabang telah ditutup di blok tersebut sejak 2008 atau setara lebih dari seperlima pengurangan. Namun, bank mempercepat penutupan tahun lalu dibandingkan dengan 2015, ketika 3 persen cabang menutup pintu mereka.

Dengan banyaknya pelanggan yang menerima pembayaran elektronik dan perbankan digital serta mobile banking dan tingkat suku bunga di titik terendah, bank-bank telah memangkas gerai fisik mereka untuk menghemat biaya. Ini disebabkan suku bunga rendah dapat menekan margin yang dapat dikenakan bank untuk pinjaman atau memperoleh investasi, membuat keuntungan bank kian menipis.

Beberapa bank di negara-negara Eropa tersebut merespon dengan menutup cabang. Sementara bank-bank Inggris saja telah menutup 762 cabang pada tahun ini. Sebagai alternatif, bank-bank di beberapa negara telah memperkenalkan biaya atas layanan gratis sebelumnya, termasuk rekening bank dan penarikan dasar, agar bisnis tetap berjalan.

Perbankan Eropa juga tengah melakukan perubahan dengan mengkonsolidasikan atau menggabungkan sistem untuk meningkatkan profitabilitas, sebuah tren yang dimulai sejak 2009.

Mesin Otomatis

Menghadapi perubahan pelayanan konvensional ke model digital akhirnya juga menuntut Bank Commonwealth Indonesia, yang mengeluarkan sebuah mesin pembuatan ATM tercepat di dunia. Mesin ini bisa memangkas waktu pembuatan rekening dan pengaktifan layanan mobile banking serta internet banking cuma sampai 10 menit saja. Padahal biasanya, proses tersebut baru selesai sejam-dua jam atau bahkan seminggu. Hebatnya lagi, ukurannya lebih kecil dari mesin ATM, yang dikenal dengan sebutan Tyme Digital. Kehadiran mesin ini diharapkan jadi solusi untuk proses berbelit-belit perbankan yang makan banyak waktu.

Tidak hanya itu. Bank Tabungan Pensiun Negara (BTPN) juga meluncurkan sebuah aplikasi yang memungkinkan seseorang membuat rekening bank dari ponsel pintarnya, bernama Jenius. Hal itu mereka lakukan untuk memudahkan para calon nasabah dan nasabah agar tak perlu lagi mengunjungi kantor bank, atau bahkan mesin ATM. Ini menunjukkan pola menghemat waktu administratif bank memang perlu jadi tren masa kini.

Menurut Survei Marketing Research Indonesia (MRI) 2016-2017, seorang nasabah membutuhkan waktu minimal 1 jam untuk membuka rekening bank, dari mulai mengisi formulir, fotokopi data pribadi berupa KTP dan NPWP, menunggu pencetakan kartu ATM, aktivasi IB dan MB hingga mendengarkan informasi penawaran produk dan layanan.

Belum lagi, untuk di kota-kota besar, seperti Jakarta, waktu tempuh ke lokasi bank pun sangat lama. Untuk jarak 5 km, menurut Badan Pusat Statistik 2015, diperlukan minimal 1 jam untuk mencapai tujuan. Renovasi jalan besar-besaran di Jakarta bahkan membuat seseorang membuang umurnya seminggu di jalanan tiap tahun.

Banyak nasabah mengeluhkan, urusan perbankan yang mengharuskan ke kantor bank jelas sudah tidak efisien. Bank sekarang harus mendigitalisasi diri agar seimbang dengan zaman. Masalahnya, sebuah kemudahan selalu datang diiringi dengan tantangan.

Bagaimanapun, digitalisasi perbankan tak cuma memangkas arus administrasi bank. Sejumlah pekerjaan yang biasanya dikerjakan manusia, kini diselesaikan mesin dan piranti lunak dengan waktu yang lebih cepat dan efisien.

Hal itu diakui sendiri oleh manajemen BTPN. Kemudahan teknologi yang mereka kembangkan, misalnya aplikasi Jenius dan WOW, akan mengurangi relevansi kantor cabang. “Ada perubahan tuntutan kerja dan penyesuaian organisasi,” ujar direktur BTPN Anika Faisal, beberapa waktu lalu.

Perubahan yang dimaksud Anika, termasuk hilangnya sejumlah pekerjaan lama, dan munculnya beberapa jenis pekerjaan baru. Pekerjaan-pekerjaan lama yang hilang adalah yang terkait dengan penutupan sejumlah kantor cabang. Sementara pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul adalah sejumlah slot teknisi yang akan membantu mengembangkan produk teknologi bank mereka. “Misalnya kita butuh yang teknologi, (untuk) coding," ujarnya.

Para pekerja baru itu umumnya memiliki perilaku yang berbeda dengan karyawan bank pada umumnya. Bank-bank harus terus bisa beradaptasi dengan slot pekerja baru ini. "Mereka ini kan biasanya kerjanya beda, bukan tipikal yang loyal dan kerja bertahun-tahun kan. Biasanya tiga-empat tahun. Karakter pekerjanya sendiri kan sudah berubah juga,” ujar Anita.

Pangkas "Back Office"

Hal yang dilakukan BTPN selaras dengan hasil riset Citigroup. Mantan Bos Citigroup Vikram Pandit mengatakan ke Bloomberg, bahwa 30% pekerjaan di bank akan hilang sampai 5 tahun mendatang. Perbankan akan semakin banyak menggunakan kinerja robot untuk melakukan berbagai pekerjaan, terutama dari kecerdasan buatan (AI). Teknologi tersebut akan menggantikan tenaga manusia di back office.

“Semua yang dilakukan kecerdasan buatan, robot, dan natural language processing (kemampuan komputer memahami bahasa manusia)—akan membuat banyak proses jadi lebih mudah,” ujarnya. Di Amerika, menurut catatan Citigroup, angka penurunnya sampai 770 ribu. Sementara di Eropa sampai angka 1 juta. Di Indonesia tren ini belum terlalu terlihat.

Menurut  laporan tahunan beberapa bank besar, jumlah pekerjanya memang meningkat setidaknya sejak 2010 hingga 2016. Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Maryono mengatakan sejauh ini bank-bank Indonesia justru masih akan merekrut pekerja baru untuk beberapa tahun ke depan. Menurut dia, pengurangan sumber daya manusia belum bisa dipastikan, sebab perbankan masih harus melihat ekpansi bisnis ke depannya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…